China Juga Membuang Limbah PLTN Dengan Tritium Lebih Tinggi dari Jepang

TIMESINDONESIA, CHINA – China dituduh munafik, karena ternyata PLTN-nya di Fuqing, Provinsi Fujian juga membuang tritium sekitar tiga kali lebih banyak ke Samudera Pasifik dibandingkan pelepasan yang kini sedang dilakukan PLTN Fukushima, Jepang.
Sejak Kamis kemarin, ketika Fukushima mulai membuang air limbah radioaktif yang sudah diolah, China gencar menentangnya, bahkan terbaru mengeluarkan larangan semua makanan laut dari Jepang.
Advertisement
China terus mengecam pembuangan tersebut, dan badan bea cukainya mengatakan bahwa hal tersebut berisiko menimbulkan kontaminasi radioaktif terhadap keamanan pangan.
Kementerian luar negeri China juga mengatakan bahwa tindakan tersebut adalah tindakan yang sangat egois dan tidak bertanggung jawab, dan menggunakan insiden tersebut untuk mengobarkan sentimen anti-Jepang.
Namun, seperti dilansir The Guardian, para ilmuwan juga menunjukkan bahwa China juga melakukan pembuangan limbah PLTN-nya ke Samodra Pasific.
Para ilmuwan itu juga menyebutkan bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir China justru mengeluarkan air limbah dengan kadar tritium yang lebih tinggi daripada yang dibuang dari Fukushima, Jepang yang kadar tritiumnya berada dalam batas tingkat yang tidak dianggap berbahaya bagi kesehatan manusia.
Tapi China berdalih ada perbedaan mendasar pada pembuangan limbah di Jepang yang berasal dari bencana nuklir dengan pembuangan normal miliknya.
"Ada perbedaan mendasar antara air yang terkontaminasi nuklir yang bersentuhan langsung dengan inti reaktor yang meleleh dalam bencana nuklir Fukushima dan air yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik tenaga nuklir dalam operasi normal," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin pada hari Rabu.
"Sifatnya berbeda, berasal dari sumber berbeda, dan memerlukan tingkat kecanggihan berbeda untuk menanganinya," katanya lagi.
Pihak berwenang di Hong Kong juga mengklaim situasinya benar-benar berbeda ketika ditanya tentang larangan makanan laut Jepang, dan mengatakan bahwa zat radioaktif lainnya mungkin juga ada.
Pembangkit listrik tenaga nuklir Kori di Busan di Korea Selatan juga membuang jumlah yang sama dengan Fuqing.
Korea Selatan juga sempat mengkritik keputusan Fukushima, namun pemerintahnya baru-baru ini mengatakan pihaknya menerima laporan keselamatan IAEA yang menyetujui rencana tersebut.
Pada hari Kamis (25/8/2024) lalu, Tokyo Electric Power (Tepco), perusahaan yang mengelola pembangkit listrik Fukushima mulai membuang air yang mengandung radioaktif tritium ke laut.
Proses pembuangan air limbah itu diperkirakan akan memakan waktu setidaknya 30 tahun. Rencana tersebut telah disetujui oleh pengawas atom PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan pemerintah Jepang.
Banyak ilmuwan setuju dengan IAEA bahwa pelepasan tersebut akan memiliki dampak radiologi yang “dapat diabaikan” terhadap manusia dan lingkungan.
Dr David Krofcheck, dosen senior di Universitas Auckland, mengatakan: “Pelepasan air pendingin yang mengandung atom tritium yang saat ini disaring dari pembangkit listrik Fukushima tidak akan menimbulkan efek yang merugikan secara fisik.
"Tritium diproduksi secara alami sebagai bagian dari radiasi lingkungan normal kita, dan mengalir melalui hujan atau sungai ke lautan di dunia," katanya.
"Pembuangan air itu dirancang untuk memiliki tritium tujuh kali lebih sedikit per liter dibandingkan yang direkomendasikan untuk air minum oleh Organisasi Kesehatan Dunia. Lebih banyak tritium yang dilepaskan oleh pembangkit listrik tenaga nuklir yang beroperasi secara normal ke Samudera Pasifik Utara mulai pembangkit listrik di China, Korea Selatan, hingga Taiwan, pertama kali berlokasi di lokasi pesisir," katanya lagi.
Para penjual ikan di China kini khawatir, rak-rak mereka kosong karena tidak bisa mengisi kembali produk-produk impor dari Jepang, yang sebelumnya dianggap memiliki kualitas lebih tinggi dibandingkan makanan laut dari negara lain.
Terjadi kekurangan garam di beberapa supermarket di China, seperti saat bencana terjadi Fukushima tahun 2011, karena rumor yang beredar tidak berdasar menyebutkan, bahwa yodium dalam garam bisa mencegah keracunan radiasi.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Rizal Dani |