ASEAN-China Pererat Hubungan Melalui Diplomasi Budaya dan Kuliner

TIMESINDONESIA, JAKARTA – ASEAN dan China berusaha mempererat hubungan mereka melalui keterkaitan budaya di Hainan dan pembangunan pelabuhan di provinsi tersebut. Hainan memiliki hubungan dekat secara geografis dengan Asia Tenggara, dan banyak penduduk Hainan tinggal di wilayah tersebut, menjadikannya "China free port."
"Provinsi ini dianggap sebagai "pilot port" untuk menghubungkan kedua kawasan ini," kata Sekretaris Jenderal ASEAN-China Center (ACC) Shi Zhongjun dalam acara "Grab A Bite of the Free Trade Port - Hainan dan ASEAN Culture and Food Exchange.", Minggu (27/8/2023).
Advertisement
Dalam acara tersebut, produk makanan dari Hainan dan negara-negara ASEAN dipresentasikan, termasuk sate ayam dan pameran "Brokat Li," kain tradisional dari suku minoritas Li di Pulau Hainan.
Hainan, yang terletak di wilayah paling selatan China, adalah pulau beriklim tropis dengan luas sekitar 33.210 kilometer persegi dan berbatasan dengan Vietnam. Hubungan ASEAN-China telah berkembang pesat selama beberapa dekade dan terus mempertahankan momentum kuat, terutama dalam perdagangan bilateral yang mencapai 519 miliar dolar AS dalam tujuh bulan pertama tahun tersebut.
Hal ini menjadi contoh sukses dan dinamis di kawasan. Program pendidikan, acara kebudayaan, dan inisiatif pariwisata juga pulih setelah pandemi, memfasilitasi pemahaman dan persahabatan yang lebih besar antara ASEAN dan China.
Dengan kedekatan geografis dan budaya, Hainan menjadi titik sentral dalam interaksi China dengan ASEAN, bahkan menjadi mitra dagang terbesar Hainan pada tahun 2022. Pelabuhan Perdagangan Bebas Hainan, yang sedang dibangun oleh China dan dijadwalkan menjadi yang terbesar di dunia pada 2035, akan memanfaatkan keunggulan geografisnya untuk memajukan pertukaran dan perdagangan.
Pelabuhan ini akan memiliki rezim "custom" sendiri pada 2025, memungkinkan wisatawan dari China dan negara lain masuk ke negara-negara seperti Vietnam, Kamboja, Indonesia, Singapura, dan berbelanja di toko "free-duty" dengan batasan maksimal hingga 100 ribu yuan.
Koordinator Fungsi Politik Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing, Irwansyah Mukhlis, menekankan pentingnya pelabuhan dalam perdagangan global dan mendukung pertukaran dan diskusi lebih lanjut antara pelabuhan perdagangan bebas di kawasan ini serta peningkatan konektivitas antar pelabuhan untuk mengembangkan perdagangan bebas di kawasan tersebut. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |