Korban Jiwa Gempa Maroko Dekati 3000 Orang, Pemerintah Tolak Bantuan Aljazair

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Maroko menolak bantuan kemanusiaan yang ditawarkan negara tetangganya, Aljazair saat jumlah korban meninggal dunia akibat gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 6,8 mendekati 3.000 orang.
Kabar penolakan itu diungkapkan pihak Aljazair melalui Kementerian Luar Negerinya.
Advertisement
Dilansir Sputnik, Kementerian Luar Negeri Aljazair menerima kabar resmi bahwa kerajaan Maroko menolak bantuan kemanusiaan yang ditawarkan Aljazair untuk membantu negara tetangganya itu dalam menghadapi dampak gempa bumi mematikan yang terjadi pekan lalu.
"Direktur Jenderal Kementerian Luar Negeri Maroko memberi tahu Konsul Aljazair bahwa setelah evaluasi, Kerajaan Maroko tidak membutuhkan bantuan kemanusiaan yang diusulkan Aljazair," bunyi pernyataan itu.
Sementara itu, pemerintah Aljazair mengatakan pihaknya memperhatikan tanggapan resmi Maroko itu, yang mana hal ini akan menimbulkan konsekuensi yang jelas.
Sebelumnya pada hari yang sama, media Aljazair melaporkan bahwa Aljazair telah memutuskan untuk mengirim dua pesawat dengan pasokan medis, tenda dan makanan, serta satu pesawat dengan personel pertahanan sipil ke Maroko untuk membantu menangani dampak bencana alam.
Awalnya langkah tersebut dilaporkan diterima oleh Menteri Kehakiman Maroko, Abdellatif Ouahbi.
Selain itu, kantor kepresidenan Aljazair pada hari Sabtu mengumumkan bahwa mereka akan membuka wilayah udaranya untuk pesawat yang membawa bantuan kemanusiaan dan orang-orang yang terluka dalam gempa bumi di Maroko.
Aljazair bahkan telah menyiapkan tiga pesawat angkut itu untuk membawa bantuan kemanusiaan ke Maroko, dan melakukan kontak dengan sel krisis di Marrakesh, tempat gempa hari Jumat yang menyebabkan kerusakan parah.
Namun para pejabat Aljazair mengatakan bahwa tak lama setelah Selasa (12/9/2023) tengah malam, direktur jenderal Kementerian Luar Negeri memberi tahu konsul Aljazair bahwa, setelah dipertimbangkan Kerajaan Maroko tidak memerlukan bantuan kemanusiaan yang diusulkan oleh Aljazair.
Sejauh ini Maroko telah menerima bantuan dari Spanyol, Inggris, Qatar dan Uni Emirat Arab.
Pemerintah Maroko mengatakan bahwa sejauh ini mereka menerima bantuan dari "negara-negara sahabat".
Juru bicara sekretaris jenderal PBB, Stephane Dujarric, Selasa dalam konferensi pers juga mengatakan, sejauh ini PBB juga belum menerima permintaan bantuan resmi dari pemerintah Maroko.
Dua tahun lalu, Aljazair menutup wilayah udaranya ke Maroko dan memutuskan hubungan, menuduh Rabat melakukan “tindakan permusuhan”.
Area perselisihan termasuk klaim bahwa Maroko telah menggunakan spyware, mendukung kelompok separatis dan gagal dalam komitmen atas wilayah Sahara Barat yang disengketakan. Namun Maroko membantah klaim tersebut.
Pada hari Selasa, Raja Maroko, Mohammed VI jiga mengunjungi rumah sakit yang merawat korban gempa dan mendonorkan darahnya seiring upaya untuk menemukan korban yang selamat terus berlanjut.
Menurut media setempat, Raja mengunjungi rumah sakit Mohammed VI di Marrakesh, dimana ia mendonorkan darahnya dan menanyakan kesehatan para penyintas dan perawatan mereka.
Lebih dari 2.000 orang yang selamat dirawat di rumah sakit di seluruh ibu kota, termasuk 484 orang yang dalam kondisi kritis.
Jumat malam, gempa bumi berkekuatan 6.8 SR mengguncang wilayah 77 kilometer barat daya kota Marrakesh dengan populasi 839.000 jiwa.
Episentrum gempa berada di kedalaman 10 km dan disusul sedikitnya empat kali gempa susulan dengan magnitudo hingga 4,8. Menurut seismolog, kekuatan gempa tersebut setara dengan 25 bom nuklir.
Berdasarkan laporan terkini, jumlah korban meninggal dunia akibat bencana gempa bumi di Maroko itu mencapai 2.862 orang dan lebih dari 2.562 orang lainnya mengalami luka-luka. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |