
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Militer Israel sudah mulai bentrok langsung dengan pejuang Hamas di jalur Gaza, Minggu (22/10/2023).
Ini adalah salah satu bentrokan pertama antara kedua belah pihak di lapangan sejak dinyatakannya perang oleh Israel menyusul serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober lalu.
Advertisement
Tidak disebutkan apakah dalam bentrokan Minggu kemarin ada korban, baik yang meninggal maupun luka-luka.
Namun, seperti dilansir CNN, bentrokan terbatas antara pejuang Hamas dan pasukan Israel itu terjadi setelah Israel meningkatkan serangan udaranya di daerah kantong Palestina.
Israel meningkatkan serangan udara di daerah kantong Palestina karena mempersiapkan serangan darat besar-besaran melawan kelompok militan Hamas.
Hamas mengklaim para pejuangnya telah menghancurkan dua buldoser militer Israel dan sebuah tank dalam penyergapan di dekat kota Khan Younis di Gaza.
Hal itu memaksa pasukan Israel mundur tanpa kendaraan mereka.
Pasukan Pertahanan Israel mengakui pasukannya telah beroperasi di dalam Gaza selama insiden tersebut, dan mengatakan sebuah tank IDF menyerang militan yang menembaki pasukannya.
Israel telah menumpuk sebagian besar pasukannya di perbatasan dan menggempur daerah kantong padat penduduk itu dengan serangan udara yang hampir terus-menerus 24 jam dalam dua minggu terakhir.
Amerika Serikat juga telah berusaha menunda serangan darat besar-besaran oleh Israel itu dengan harapan bisa membebaskan lebih banyak sandera.
Hamas saat ini menyandera setidaknya 200-an termasuk warga negara asing. Dua warga negara AS telah dibebaskan Jumat kemarin.
Para pejabat di beberapa rumah sakit di Gaza mengaku kuwalahan dengan jumlah korban pada hari Minggu.
Bahkan salah satu rumah sakit menggambarkan “hari berdarah” dan rumah sakit lainnya mengurangi perawatan dialisis di tengah kekurangan listrik dan bahan bakar.
"Lebih dari 4.600 orang telah terbunuh di Gaza yang sebagian besar perempuan dan anak-anak sejak pembalasan Israel atas serangan Hamas dimulai lebih dari dua minggu lalu," kata Kementerian Kesehatan Gaza.
Nama Ditulis di Kaki
Beberapa orang tua di Gaza kini mulai menulis nama anak-anak mereka di kaki mereka untuk membantu mengidentifikasi mereka, jika mereka atau anak-anak mereka dibunuh.
CNN melaporkan dari Rumah Sakit Martir Al Aqsa dengan video seorang balita dan tiga anak yang terbunuh, dengan nama mereka tertulis dalam bahasa Arab di betisnya.
Keempatnya terlihat tergeletak di atas tandu yang diletakkan di lantai dalam ruangan yang penuh sesak. Tidak jelas apakah orang tua mereka juga dibunuh.
Bahkan kini ada kekhawatiran bakal ada banyak bayi yang selama ini bergantung pada ventilator, tidak akan selamat karena tidak ada pasokan listrik di Gaza.
Dalam sebuah video yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Gaza, Minggu (22/10/2023), Dr. Fu'ad al-Bulbul, kepala unit departemen neonatal di rumah sakit Al-Shifa, mengatakan, penghentian pasokan listrik akan menjadi "bencana besar."
"Sebagian besar bayi yang bergantung pada ventilator akan meninggal karena kita hanya bisa menyelamatkan satu atau dua bayi, namun kita tidak bisa menyelamatkan semua bayi," z.katanya.
Al-Bulbul berbicara di tengah kekhawatiran bahwa persediaan bahan bakar yang penting untuk menjaga generator rumah sakit dan listrik tetap menyala sangat rendah .
Sebelumnya, pada hari Minggu, badan PBB yang membantu pengungsi Palestina (UNRWA) juga memperingatkan bahwa cadangan bahan bakarnya akan habis dalam tiga hari, dan membahayakan upaya kemanusiaan di Gaza.
"Kamar bayi di rumah sakit Al-Shifa, yang memiliki 45 inkubator, sebagian besar merawat bayi prematur akibat kehamilan berisiko tinggi," kata al-Bulbul.
“Sayangnya, saat ini kami tidak mempunyai persediaan medis, obat-obatan esensial yang merupakan obat esensial yang bisa menyelamatkan nyawa bayi dalam dua jam pertama kehidupannya," ujarnya.
Menyoroti kekurangan obat-obatan penting yang parah, dokter mengungkapkan bahwa mereka telah kehabisan surfaktan dan telah menggunakan botol terakhir berisi kafein sitrat pada hari Minggu.
"Unit ini kewalahan dengan banyaknya kasus, sebagian besar bayi sakit kritis dan tim medis telah bekerja selama 18 hari berturut-turut, membuat mereka kelelahan," tambahnya.
Sementara Israel terus meningkatkan pemboman udara terhadap Gaza dan sekali lagi menyerukan warga sipil untuk meninggalkan bagian utara jalur tersebut.
Bentrok antara pasukan Israel dengan pejuang Hamas telah dimulai di dalam wilayah kantong Palestina, Minggu (22/10/2023). (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Sholihin Nur |