Inkubator Mati, Bayi di RS al-Shifa Gaza Dibungkus Kain Timah

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Potret penderitaan warga Palestina di Gaza tidak hanya orang dewasa, tetapi bayi-bayipun terpaksa dibungkus kertas timah, diletakkan dalam satu tempat tidur dan didampingi air hangat, agar mereka tetap bisa hidup.
Bayi-bayi yang biasanya dirawat dalam tabung inkubator karena prematur dan kelainan fisik lainnya itu, mulai Minggu (12/11/2023) dikeluarkan dari inkubator dan ditempatkan dalam satu ruangan jadi satu dalam sebuah tempat tidur dengan dibungkus kertas timah.
Advertisement
Bayi-bayi mungil yang tak berdosa itu tampak dalam kondisi memprihatinkan karena tidak ada fasilitas medis yang meletak pada tubuhnya meskipun mereka tampak lemah.
"Bayi yang baru lahir itu terpaksa dikeluarkan dari inkubator dengan dibungkus kertas timah agar mereka tetap hidup di rumah sakit terbesar di Gaza," kata direktur rumah sakit Al-Shifa, Dr. Muhammad Abu Salmiya
Bayi-bayi prematur di rumah sakit terbesar di Gaza dibungkus dengan kertas timah dan ditempatkan di samping air panas dalam upaya putus asa untuk menjaga mereka tetap hidup, karena tidak ada pasokan listrik.
Direktur rumah sakit Al-Shifa itu juga memperingatkan, bahwa hal ini sangat mengerikan dan menyakitkan, sementara senjata Israel terus menghantam jalan-jalan di sekitar rumah sakit.
Sisa cadangan bahan bakar juga sudah mengering, sehingga membuat fasilitas seperti inkubator tersebut tidak berfungsi lagim
Staf di rumah sakit Al-Shifa hingga sore ini berjuang untuk menjaga bayi yang baru lahir tetap hidup setelah persediaan oksigen juga habis dan mereka harus memindahkan bayi dengan tangan dari inkubator unit neonatal ke bagian lain di rumah sakit.
"Saya bersama mereka beberapa waktu lalu. Mereka kini terekspos, karena kami sudah mengeluarkan mereka dari inkubator. Kami membungkusnya dengan kertas timah dan menaruh dekat air panas di sebelahnya sehingga kami bisa menghangatkannya," ujar Dr. Muhammad Abu Salmiya kepada Al-Araby TV, Minggu kemarin.
Gambar menunjukkan beberapa bayi baru lahir yang dikeluarkan dari inkubator di rumah sakit berkumpul tanpa daya dan ditempatkan di satu tempat tidur.
Dokter mengatakan beberapa bayi telah meninggal saat berada di unit perawatan intensif dan taman kanak-kanak pada hari terakhir di tengah berlanjutnya pemboman dan blokade Israel terhadap Gaza, wilayah yang sudah miskin dan padat penduduk, menyusul serangan militan Hamas pada tanggal 7 Oktober di wilayah tersebut.
Serangan udara Israel hingga kini telah menyebabkan lebih dari 11.000 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan Palestina.
Blokade bahan bakar juga telah mengakibatkan krisis kemanusiaan yang semakin parah karena rumah sakit, sistem air, toko roti, dan layanan lain yang bergantung pada listrik, telah ditutup.
Juru bicara Kementerian Kesehatan, Dr. Ashraf al-Qidra mengatakan, kompleks itu tidak berfungsi lagi setelah berulang kali menjadi sasaran tembakan Israel.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan kepada CNN bahwa pasukannya terlibat dalam “pertempuran sengit yang berkelanjutan” melawan Hamas di sekitar kompleks rumah sakit, namun membantah adanya penembakan di pusat medis Gaza utara dan menolak anggapan bahwa rumah sakit tersebut dikepung.
Militer Israel sebelumnya mengatakan Hamas menanamkan dirinya dalam infrastruktur sipil dan akan menyerang Hamas dimana pun diperlukan. Mereka juga menuduh Hamas menggunakan rumah sakit sebagai perlindungan, dimana tuduhan ini sudah dibantah oleh para dokter di Al-Shifa dan kelompok militan tersebut berkali-kali.
Nasib yang sungguh tragis akibat kebiadaban Israel kini adalah "terlantarnya" bayi-bayi yang baru lahir prematur di rumah sakit al-Shifa di Gaza, karena inkubator tidak berfungsi karena tidak adanya pasokan listrik, dan anak manusia yang tidak berdosa itu kini harus dibungkus dengan kertas timah agar untuk tetap hidup. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rizal Dani |