Merayakan Shab-e-Yalda, Tradisi Tahunan Iran

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Iran memiliki tradisi perayaan unik. Namanya perayaan Shab-e-Yalda. Perayaan ini dibuat tahunan.
Di Indonesia, perayaan Shab-e-Yalda digelar di salah satu hotel bintang di Jakarta. Kontributor TIMES Indonesia Nia S. Amira yang berkesempatan ikut perayaan ini menuliskan untuk TIMES Lovers. Berikut laporannya.
Advertisement
***
Bagi bangsa Iran yang dahulu dikenal sebagai bangsa Persia, perayaan Shab-e-Yalda adalah salah satu perayaan yang sangat penting di Iran. Shab-e-Yalda dirayakan sebagai titik balik matahari musim dingin kuno untuk memperingati kemenangan Mithra, Dewa Matahari bangsa Persia kuno.
Seperti halnya perayaan Tahun Baru Persia yang disebut Nowruz, Shab-e-Yalda juga dirayakan oleh masyarakat Iran di seluruh dunia dengan penuh kegembiraan.
Perayaan Shab-e-Yalda, atau “Malam Kelahiran” dirayakan pada malam hari pertama musim dingin yang biasanya terjadi tanggal 21-22 Desember. Shab-e-Yalda melambangkan banyak hal, tidak hanya menjadi perayaan budaya, namun juga telah menjadi bagian dari tradisi bangsa Iran yang memiliki kebudayaan tertua di dunia sejak 5.000 tahun lalu.
Dalam perayaan ini, keluarga, teman dan kerabat berkumpul di rumah orang yang dianggap tua; kakek-nenek atau orang tua sendiri untuk merayakan malam terpanjang dalam setahun sambil makan kacang pistachio, walnut dan buah-buahan.
Lalu para orang tua membacakan puisi-puisi karya penyair Hafez, membacakan Shahnameh. Menyampaikan harapan baik. Berbincang. Dan, tertawa bersama.
Sementara para ibu sibuk menyiapkan buah-buahan. Ada semangka, delima, apel, anggur. Sama-sama menyambut musim dingin dan mengucapkan selamat tinggal pada musim gugur.
Shab-e-Yalda adalah bagian dari tradisi di Iran yang diperingati setiap tahun. Tradisi ini percaya bahwa “kejahatan yang mendatangkan malapetaka pada malam terpanjang dalam setahun,” akan lenyap saat orang-orang berkumpul.
Dalam kepercayaan kuno bangsa Persia, dianalogikan bahwa seseorang membutuhkan perlindungan dari kejahatan. Ketika Matahari terbit, cahaya bersinar. Kejahatan pun akan sirna. Yang tinggal hanyalah kebaikan.
Zoriastrianisme adalah kepercayaan bangsa Persia kuno yang kini menjadi bagian dari tradisi bangsa Persia (baca: Iran). Kepercayaan ini memiliki tempat khusus dalam budaya bangsa yang didirikan oleh Imperium Persia yang dikenal sebagai Kaisar Cyrus Yang Agung pada 549 sebelum masehi itu.
Cyrus Yang Agung memperluas wilayahnya hingga ke Babylonia yang sekarang bagian dari wilayak Irak dan Syiria.
Nah, untuk merayakan ini, Pusat Kebudayaan Iran bersama Kedutaan Republik Islam Iran di Jakarta merayakan “Festival Malam Yalda” yang juga dikenal sebagai Shab-e-Chelleh pada hari Kamis, 21 Desember 2023 atau 1 Dey 1402 HS menurut kalender Persia.
Dr. Mohammad Reza Ebrahimi sebagai Konsul Kebudayaan Republik Islam Iran ingin berbagi sukacita dan kebahagiaan melewatkan malam terpanjang dalam musim dingin di Iran bersama masyarakat Indonesia. Shab-e-Yalda telah dimasukkan sebagai salah satu warisan dunia oleh UNESCO pada 30 November 2022.
Acara dipusatkan di Sumba Room, Hotel Borobudur, Jakarta. Ruangan ini disulap bagaikan suasana di rumah-rumah keluarga di Iran dengan karpet yang indah, buah-buahan, kacang-kacangan, serta hiasan bunga pada makanan khas Iran yang disajikan di piring.
Acara Shab-e-Yalda dibuka dengan kumandang lagu kebangsaan kedua negara, dilanjutkan sambutan dari Duta besar Iran untuk Indonesia, Dr. Mohammad Boroujerdi yang ingin menampilkan keramah-tamahan dan sifat kekeluargaan bangsa Iran.
“Suatu kehormatan untuk menjamu Anda di kesempatan yang berharga pada perayaan budaya Iran yang disebut Shab-e-Yalda,” ujar Dubes Boroujerdi saat membuka perayaan Malam Yalda.
Dalam perayaan Malam Yalda kali ini, turut hadir Wakil Presiden Iran, Dr. Ensieh Khazali. Perempuan yang dipercaya oleh pemerintah dan rakyat Iran untuk mengurus bidang Perempuan dan keluarga menyampaikan rasa bahagianya dan menikmati perayaan malam Shab-e-Yalda di Jakarta, terutama saat tari Saman, tarian khas Aceh ditampilkan.
Ada banyak suguhan budaya yang ditampilkan tuan rumah untuk menghibur para tamu undangan, termasuk mendatangkan Musisi Iran yang memainkan lagu-lagu khas negeri para Mulla itu. Konsul Kebudayaan Iran turut membacakan puisi karya Hafez, penyair Persia yang hidup pada abad ke-14.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Dr. Restu Gunawan ikut hadir mewakili Menteri Nadiem Makarim. Restu menyebut kehadiran tari Saman dalam Festival Yalda merupakan bagian dari pertukaran kebudayaan yang menjadi tonggak penting dalam mempersatukan hubungan kedua negara. (*)
*) Penulis adalah Nia S. Amira.
Jurnalis, penulis, penyair internasional dari Indonesia yang karya-karyanya telah dipublikasikan di 30 media di seluruh dunia. Nia S. Amira adalah pemenang pertama pada kontes literasi internasional dari pemerintah Italia pada 10 September 2023 dan telah ditunjuk oleh Presiden Organisasi Penulis Dunia sebagai Pemimpin Masyarakat Literasi di Asia Tenggara.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Khoirul Anwar |
Publisher | : Rifky Rezfany |