Peristiwa Internasional

Terus Dukung Israel, Opini Anti Amerika Serikat Mulai Tumbuh di Negara-Negara Arab

Selasa, 09 Januari 2024 - 13:24 | 44.90k
Presiden AS, Joe Biden saat disela pengunjukrasa untuk gencatan senjata di Gaza, ditengah kampanyenya di gereja bersejarah di Carolina Selatan.(FOTO A: Screenshot MSNBC)
Presiden AS, Joe Biden saat disela pengunjukrasa untuk gencatan senjata di Gaza, ditengah kampanyenya di gereja bersejarah di Carolina Selatan.(FOTO A: Screenshot MSNBC)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Karena dukungannya terhadap Israel, opini anti Amerika Serikat di negara-negara Arab mulai umbuh. Para pemimpin negara-negara Arab telah menyampaikan hal itu kepada Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken saat bertemu mereka.

Para pemimpin Timur Tengah itu memperingatkan Antony Blinken, bahwa meningkatnya jumlah korban sipil di Gaza telah memicu kemarahan yang semakin besar. Amerika Serikat disalahkan oleh masyarakat Arab bersama dengan Israel atas meningkatnya jumlah korban warga sipil di Gaza.

Advertisement

Menurut beberapa pejabat senior  pemerintahan , sumber diplomatik, dan pejabat kongres, para pemimpin di Timur Tengah juga telah memperingatkan soal itu kepada Antony Blinken dalam tur diplomatiknya minggu ini.

Para pemimpin Arab menyampaikan pesan yang sama kepada delegasi Senat yang mengunjungi wilayah tersebut minggu ini menurut mereka yang mengetahui diskusi tersebut.

Mereka mengatakan bahwa perasaan masyarakat yang kuat dipicu oleh gambaran bencana kehancuran akibat kampanye militer Israel, kata sumber tersebut.

Meskipun Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah berbicara tentang pertempuran yang akan terjadi selama berbulan-bulan, seorang pejabat senior pemerintahan yang ikut bersama Antony Blinken mengatakan kepada NBC News, bahwa AS memperkirakan pertempuran akan berakhir dalam hitungan minggu.

Antony Blinken diperkirakan akan memberi tahu Israel dalam pertemuan hari ini bahwa mereka perlu menghentikan kampanye militernya sesegera mungkin dan menerapkan penargetan yang lebih baik untuk mengurangi jumlah korban sipil.

Pesan itu muncul ketika kemarahan meningkat di seluruh kawasan. Opini publik di Yordania, yang selama beberapa dekade merupakan sekutu terdekat Amerika di Arab, tampaknya sangat negatif.

Menurut beberapa senator, para pejabat di Amman mengatakan kepada mereka bahwa survei baru-baru ini menemukan 70% dari mereka yang ditanyai mengatakan mereka mendukung Hamas.

Seorang diplomat veteran Yordania mengatakan kepada NBC News bahwa sentimen anti-AS kini begitu tinggi sehingga bisnis waralaba lokal bermerek Amerika seperti McDonalds dan Starbucks mengalami penurunan bisnis secara drastis, dan banyak yang tutup.

Namun, dua pejabat senior pemerintah mengatakan, meskipun para pemimpin Arab secara terbuka menuntut gencatan senjata segera, mereka secara pribadi mengatakan kepada Blinken bahwa mereka siap membantu salah satu prioritas utamanya dalam perjalanan ini: mendukung rekonstruksi dan pemerintahan pascaperang. dari Gaza.

Namun mereka, dan pemerintah, dengan tegas menentang pendudukan kembali Israel di Gaza atau pengusiran warga Palestina, seperti yang diusulkan oleh beberapa menteri garis keras Israel, koalisi Benjamin Netanyahu.

Raja Yordania, Abdullah seperti dilansir Reuters mengatakan, pada hari Senin, bahwa Israel telah menciptakan generasi anak yatim piatu melalui perang "brutal"nya di Gaza, dimana lebih dari 30.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah terbunuh atau hilang akibat konflik tersebut.

Dalam sambutannya di Kigali Genocide Memorial, Rwanda, Raja Yordania ini juga berbicara tentang kejahatan yang tak terkatakan” selama konflik Afrika tersebut.

Abdullah mengatakan, bahwa pelajaran yang bisa diambil adalah bahwa agresi tanpa pandang bulu” Israel di Gaza tidak akan pernah menjamin keamanannya.

Pernyataannya disampaikan di media pemerintah menyusul pernyataan istana kerajaan.

"Lebih banyak anak yang meninggal di Gaza dibandingkan konflik lain di seluruh dunia pada tahun lalu. Dari mereka yang selamat, banyak yang kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya, satu generasi anak yatim piatu," ujarnya.

"Bagaimana agresi dan penembakan tanpa pandang bulu bisa membawa perdamaian? Bagaimana mereka bisa menjamin keamanan, jika mereka dibangun diatas kebencian?," ujar Abdullah tentang perang Israel melawan kelompok Hamas ini.

Raja, yang mengunjungi situs Peringatan Genosida Rwanda dan menulis komentar di daftar pengunjung, diberi pengarahan tentang pameran yang menceritakan kembali kengerian pembunuhan tahun 1994.

Dia mengatakan pengalaman Rwanda mengajarkan kita bahwa kita harus melawan retorika tidak manusiawi yang memicu konflik".

"Kisah anda bisa menjadi mercusuar bagi kita semua, bagaimana masyarakat di negara ini mengambil tindakan setelah kejahatan yang sangat besar ini, dan berupaya menuju rekonsiliasi, untuk menyembuhkan luka lama dan mencegah genosida terjadi lagi," katanya dalam sambutannya yang disiarkan televisi.

Biden Diteriaki di Gereja

Sementara itu Presiden AS, Joe Biden, Senin (8/1/2024) diteriaki warganya dengan cara menyela pidato kampanye Joe Biden di sebuah gereja bersejarah di Carolina Selatan. Pengunjuk rasa berteriak-teriak menyerukan gencatan senjata dalam konflik Israel-Hamas.

"Gencatan senjata sekarang," teriak mereka ditengah mereka menyeru "empat tahun lagi". Mereka yang berunjukrasa itu adalah pendukung Biden.

Mereka berunjukrasa saat Biden berpidato di Gereja Mother Emanuel AME di Charleston, tempat terjadinya pembunuhan sembilan orang pada tahun 2015 oleh seorang penganut supremasi kulit putih.

"Jika anda benar-benar peduli dengan nyawa yang hilang di sini, anda juga harus menghormati nyawa tersebut dan juga menyerukan gencatan senjata di Palestina," teriak seorang wanita, diikuti dengan teriakan “Gencatan senjata sekarang!”

Ini adalah kritik terbaru, dan paling keras, atas dukungan Biden terhadap Israel sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, terutama dari pemilih muda dan warga kulit berwarna . "Saya memahami semangat mereka," kata Biden beberapa saat setelah pengunjung rasa itu digiring keluar gereja dengan tertib.

Di dalam negeri Joe Biden memang mendapat tekanan publiknya soal perang Israel-Hamas. Biden juga mengakui adanya para pengunjuk rasa, serta keretakan yang memecah belah beberapa pihak di dalam Partai Demokrat.

"Saya diam-diam sudah berusaha membujuk pemerintah Israel untuk mengurangi dan secara signifikan keluar dari Gaza," katanya.

Penampilan Biden di Mother Emanuel, ditambah dengan pidatonya pada hari Jumat di dekat Valley Forge, Pennsylvania, memaparkan tema sentral dari pesan kampanyenya pada tahun 2024.

Tapi opini anti AS karena dukungannya terhadap Israel yang telah membunuh 23.000 warga Palestina dimana 70 persen di antaranya anak-anak dan perempuan, telah mengalir kuat menjelang Biden berusaha menjadi Presiden kembali pada Pemilu mendatang. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES