Peristiwa Internasional

Ditekan Israel, Mesir Tidak Mau Menutup Pintu Perbatasannya

Senin, 15 Januari 2024 - 09:25 | 33.68k
Warga Palestina, yang meninggalkan rumahnya akibat serangan Israel dan tinggal di tenda, berbicara dengan seorang tentara Mesir di perbatasan Rafah di Rafah, Gaza pada 11 Januari 2024.(FOTO: CNN)
Warga Palestina, yang meninggalkan rumahnya akibat serangan Israel dan tinggal di tenda, berbicara dengan seorang tentara Mesir di perbatasan Rafah di Rafah, Gaza pada 11 Januari 2024.(FOTO: CNN)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Begitu ambisinya ingin menguasai Gaza untuk memusnahkan Hamas, Israel telah menekan Mesir untuk menutup pintu perbatasannya, namun Mesir tidak mau.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan, Israel akan memutus akses Gaza dari Mesir, dan mengambil kendali atas sisa perbatasan yang tersisa di wilayah kantong Palestina.

Advertisement

Karena itu Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Sabtu, bahwa perbatasan antara Mesir dan Gaza harus ditutup dengan tujuan  memberikan keleluasaan Israel dalam mengendalikan secara penuh atas akses wilayah Palestina terhadap dunia.

Dalam konferensi pers, Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel tidak akan menganggap perang selesai bila Mesir menutup Koridor Philadelphi, sebidang tanah sepanjang 14 km yang berfungsi sebagai zona penyangga di perbatasan antara Mesir dan Gaza.

"Kami akan menghancurkan Hamas, kami akan mendemiliterisasi Gaza, dan peralatan militer serta senjata mematikan lainnya akan terus memasuki wilayah selatan ini, jadi tentu saja kami harus menutupnya," kata Benjamin Netanyahu.

Mesir Tidak Mau

Namun seperti dilansir CNN, Mesir tidak mau. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Mesir, Ahmed Abu Zeid, Sabtu dalam sebuah wawancara dengan saluran televisi Mesir Sada Al-Balad mengatakan,  bahwa Mesir tetap memegang kendali penuh atas perbatasannya.

Menurut Ahram Online Mesir, sebelumnya Mesir telah memperingatkan Israel terhadap operasi militer di koridor tersebut.

Outlet berita yang dikelola pemerintah itu mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya melaporkan  pada bulan Oktober, bahwa setiap serangan Israel ke Koridor Philadelphi akan dianggap sebagai pelanggaran terhadap perjanjian perdamaian Mesir-Israel tahun 1979.

"Mesir sepenuhnya mengontrol perbatasannya dan mengendalikannya sepenuhnya, dan masalah ini tunduk pada hukum dan perjanjian keamanan antara negara-negara yang terlibat. Jadi setiap pembicaraan mengenai masalah ini harus terbuka sesuai perjanjian yang telah disepakat," katanya.

Gaza berbatasan dengan Israel di dua sisi, dan pantai Mediterania serta wilayah udaranya juga berada di bawah blokade ketat Israel.

Perbatasannya dengan Mesir di kota  Rafah, adalah satu-satunya titik penyeberangan yang tidak dikendalikan oleh Israel, meskipun aksesnya masih terbatas dan proses birokrasi dan keamanan Mesir yang panjang.

Menurut Benjamin Netanyahu, para pejabat Israel belum memutuskan secara pasti bagaimana mereka akan melanjutkan penutupan perbatasan Gaza dengan Mesir.

Namun tindakan tersebut akan menandakan kontrol baru Israel atas wilayah tersebut yang belum pernah terlihat selama bertahun-tahun dan sebuah pukulan terhadap kedaulatan terbatas Palestina di Gaza.

Blokade Bertahun-Tahun

Israel menduduki Gaza hingga tahun 2005, kemudiab Israel menarik pasukan dan pemukimnya.

Pada tahun 2006, Hamas meraih kemenangan telak dalam pemilihan legislatif Palestina, pemilu terakhir yang diadakan di Gaza.

Kelompok militan Islam, yang piagamnya menyerukan pelenyapan Israel ini telah menguasai daerah kantong tersebut sejak saat itu.

Namun Israel tidak pernah melepaskan kendali atas sebagian besar wilayah kantong pantai tersebut.

Selama hampir 17 tahun, Gaza hampir sepenuhnya terputus dari dunia luar, dengan adanya pembatasan ketat terhadap pergerakan penduduknya.

Para penyelundup telah lama beralih ke jaringan terowongan bawah tanah di wilayah kantong tersebut untuk membawa barang-barang komersial, manusia dan senjata. Itulah yang menjadi alasan utama mengapa Israel bertujuan untuk memutus wilayah tersebut dari Mesir.

Blokade Israel yang sudah berlangsung lama telah dikritik habis-habisan oleh badan-badan internasional termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang dalam  laporannya pada tahun 2022 mengatakan  bahwa pembatasan mempunyai dampak besar terhadap kondisi kehidupan di Gaza dan telah merusak perekonomian Gaza, mengakibatkan tingginya pengangguran, kerawanan pangan dan ketergantungan bantuan.

Namun Israel berpendapat, bahwa blokade tersebut sangat penting untuk melindungi warganya dari Hamas, sebuah argumen yang semakin kuat sejak serangan kelompok militan tersebut di Israel pada tanggal 7 Oktober, yang menewaskan 1.200 orang, menurut pihak berwenang Israel.

Setelah serangan teror tersebut, pemerintahan Benjamin Netanyahu mendeklarasikan pengepungan total terhadap Gaza dan menutup semua jalur penyeberangannya.

Kemudian menjadikan Rafah satu-satunya jalan untuk negosiasi pengiriman pasokan bantuan kemanusiaan dasar seperti makanan dan air, dan untuk evakuasi warga negara asing.

Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah bantuan juga diizinkan masuk ke Gaza melalui penyeberangan perbatasan Kerem Shalom Israel, menyusul tekanan diplomatik yang kuat dari Amerika Serikat dan pihak lain.

Namun kelompok-kelompok bantuan mengatakan jumlah itu masih jauh dari cukup dan memperingatkan akan  meningkatnya risiko kelaparan  bagi penduduk Gaza yang terisolasi jika pembatasan impor oleh Israel terus berlanjut.

Dalam tiga bulan pengepungan, lebih dari 24.000 orang telah dibunuh di Gaza, menurut otoritas kesehatan di daerah kantong yang dikuasai Hamas.

Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB dalam laporan bulan Desember, hampir  70%  dari mereka yang dibunuh itu padalah perempuan dan anak-anak.

Namun Israel tidak pernah berhenti merenggut nyawa-nyawa warga Palestina dengan terus menerus melakukan serangan, bahkan untuk menghabisi Hamas di Gaza, mereka minta pintu perbatasan ditutup, tetapi Mesir tidak mau. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES