Peristiwa Internasional

Tolak Gencatan Senjata, Israel Ingin Terus Berperang Sampai Hamas Habis

Kamis, 08 Februari 2024 - 10:00 | 25.93k
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken saat berbicara dalam konferensi pers di Tel Aviv, Israel, Rabu (7/2/2024). (FOTO: France24/AP)
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken saat berbicara dalam konferensi pers di Tel Aviv, Israel, Rabu (7/2/2024). (FOTO: France24/AP)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Rabu (7/2/2024) kemarin menolak mentah-mentah proposal gencatan senjata dan perjanjian pembebasan sandera dan ia ingin terus perang sampai kelompok Hamas benar-benar habis.

Sikap garis keras Benjamin Netanyahu itu kemungkinan akan mempersulit upaya mencapai kesepakatan antara kedua belah pihak, yang pada akhirnya bisa meredakan konflik yang menghancurkan di Gaza dan memulangkan sandera Israel. 

Advertisement

Benjamin Netanyahu bahkan berjanji akan terus melanjutkan perangnya melawan Hamas, yang kini memasuki bulan kelima, hingga mencapai kemenangan mutlak.

Keputusan itu terjadi setelah Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken bertemu dengan Benjamin Netanyahu dan pejabat Israel lainnya pada hari Rabu.

Tapi Antony Blinken mengatakan, kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas masih mungkin terjadi meskipun Benyamin Netanyahu menolak persyaratan Hamas itu.

"Meskipun ada beberapa hal yang jelas-jelas tidak bisa dilakukan dalam respons Hamas, kami pikir hal ini menciptakan ruang untuk mencapai kesepakatan, dan kami akan berupaya mencapainya tanpa henti,” kata Antony Blinken kepada wartawan di Tel Aviv beberapa jam setelah bertemu Benjamin Netanyahu. 

Benjamin Netanyahu menolak proposal yang dimediatori AS-Mesir dan Qatar untuk melakukan gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan di Gaza. Ia mengatakan, Israel tidak berkomitmen tuntutan yang dinilai sebagai "tuntutan khayalan" tersebut.

Penolakan Benjamin Netanyahu tersebut merupakan kemunduran bagi upaya diplomatik untuk menghentikan perang.

Antony Blinken mengkhawatirkan potensi meluasnya operasi militer yang dilakukan Israel di Rafah, yang berbatasan dengan Mesir, tempat lebih dari satu juta pengungsi Palestina melarikan diri di sana.

Seorang jenderal Israel mengatakan bahwa belum ada rencana untuk meminimalkan kematian warga sipil di kota tersebut.

Militer Israel mengklaim telah menggagalkan sel teroris bersenjata di Khan Younis karena kota Gaza terus menjadi titik fokus pertempuran sengit, seringnya serangan artileri dan serangan udara.

Benjamin Netanyahu mengatakan, Hamas secara keseluruhan harus dihancurkan agar Israel aman.

"Melanjutkan tekanan militer adalah kondisi yang perlu. Menyerah pada tuntutan khayalan itu hanya akan menimbulkan bencana lain bagi negara Israel, pembantaian lagi," kata Benjamin Netanyahu kepada media Israel, Rabu.

Kepada Antony Blinken, Benjamin Netanyahu mengatakan, bahwa hanya setelah Israel "menghancurkan" Hamas, barulah Gaza akan aman. 

"Bukan sebagian, bukan separuh, tapi seluruh Hamas," tegas Netanyahu. 
"Sejarah telah membuktikan bahwa hanya satu kekuatan yang bisa mencapai hal ini. Israel, Pasukan Pertahanan Israel dan pasukan keamanan kami," katanya.

"Israel akan bertindak di Gaza kapan pun diperlukan agar teror tidak terulang kembali," tambahnya.

Sebelumnya Hamas menanggapi positif  proposal gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan dengan menyerukan penarikan bertahap Israel selama gencatan senjata empat setengah bulan dan rencana untuk mengakhiri perang secara permanen.

Kelompok militan Palestina yang menguasai Gaza itu telah mengusulkan kesepakatan tiga fase, yang masing-masing berlangsung selama 45 hari, yang juga akan mencakup pembebasan bertahap sandera yang ditahan di daerah kantong tersebut.

Imbalannya adalah tahanan Palestina di Israel, termasuk mereka yang menjalani hukuman seumur hidup, serta pembebasan sandera di wilayah tersebut, yang bisa menjadi awal dari upaya kemanusiaan dan pembangunan kembali secara besar-besaran.

"Hamas tidak menyerukan gencatan senjata segera. Negosiasi untuk gencatan senjata permanen akan dilakukan selama gencatan senjata dan sandera yang tersisa hanya akan dibebaskan setelah kesepakatan akhir untuk mengakhiri perang disepakati," kata dokumen itu.

Tapi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu sudah menolak mentah-mentah usulan gencatan senjata serta perjanjian pembebasan sandera dan ingin terus memerangi Hamas sampai benar-benar habis. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES