Kisah Euis Mukaromah, Naik Haji dari Sertifikasi Guru

TIMESINDONESIA, MAKKAH – Di antara lautan manusia dari penjuru dunia yang memadati King Abdul Aziz International Airport (KAAIA) Jeddah, tampak Euis Mukaromah Supena, seorang guru madrasah dari Ciamis, Jawa Barat.
Wajahnya bersinar penuh kebahagiaan dan haru. Perjalanan haji ini menjadi momen bersejarah yang dipenuhi rasa syukur tak terhingga bagi Euis dan suaminya.
Advertisement
“Alhamdulillahirobbilalamin, sangat terharu ketika pertama kali melihat Ka'bah. Ini adalah pengalaman pertama bagi saya dan suami. Bahagianya tak terkira, alhamdulillah atas berkah Allah subhanahu wa ta'ala, kami bisa sampai di sini. Kami dari Ciamis, Jawa Barat, datang bersama rombongan 163 orang,” ungkap Euis, jemaah Haji Indonesia dengan penuh rasa syukur.
Keindahan dan keberkahan Tanah Suci begitu terasa saat Euis melaksanakan umrah. Di tengah keramaian, ia merasakan ketenangan yang luar biasa ketika diberi kesempatan berdoa di depan Ka'bah, tepat di belakang Maqam Ibrahim.
"Alhamdulillahirobbilalamin, diberi kesempatan untuk berdoa di depan Ka'bah, di belakang Maqam Ibrahim. Mudah-mudahan apa yang diyakini akan Allah ijabah, termasuk doa-doa untuk bangsa kita, Indonesia, agar menjadi baldatun toyyibatun warobbun ghofur,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Perjalanan ini juga menjadi waktu refleksi mendalam bagi Euis. Ia memohon pengampunan atas dosa-dosanya dengan penuh kerendahan hati.
“Alhamdulillah, banyak sekali yang saya minta, terutama pengampunan. Saya merasa banyak dosa kepada Allah dan kepada sesama manusia, terutama kepada orang tua, suami, dan keluarga. Mudah-mudahan keluarga, terutama anak-anak, keluarga besar, tetangga, guru-guru, dan masyarakat Turalak Ciamis serta seluruh bangsa Indonesia mendapat berkah dan menjadi negara yang baldatun toyyibatun warobbun ghofur,” ujarnya penuh harap.
Sebagai ibu rumah tangga dan guru di Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Ciamis, Kecamatan Baregbeg, Euis menjalani kesehariannya dengan dedikasi tinggi.
“Alhamdulillah, keseharian saya sebagai ibu rumah tangga ditambah dengan amanah dari Allah sebagai guru di Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Ciamis, Kecamatan Baregbeg,” cerita Euis, menyoroti betapa pentingnya peran pendidikan dalam hidupnya.
Perjalanan panjang menuju tanah suci dimulai dari pendaftaran haji pada Februari 2013.
“Kami pertama kali mendaftar haji pada Februari 2013. Saat itu, kebetulan saya mendapatkan rapel sertifikasi guru, dan langsung saya tabungkan bersama suami. Alhamdulillah, setelah 11 tahun, akhirnya terpanggil oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Semua ini berkat Allah,” kisahnya, menekankan betapa pentingnya kesabaran dan keyakinan dalam menghadapi perjalanan panjang ini.
Meskipun tidak memiliki amalan khusus, Euis merasa keberangkatannya adalah berkah dari Allah.
“Terus terang, saya tidak banyak memiliki amalan khusus. Keseharian saja, dan saya merasa banyak dosa. Namun, alhamdulillah, atas berkah dari Allah subhanahu wa ta'ala, saya dan suami akhirnya bisa sampai di sini bersama rombongan,” tutup Euis dengan rasa syukur yang mendalam.
Kisah Euis Mukaromah Supena menjadi inspirasi bagi banyak orang. Perjuangan dan kesabaran selama bertahun-tahun akhirnya terbayar dengan keberangkatan ke Tanah Suci.
Kisahnya membuktikan bahwa dengan niat yang tulus dan usaha yang sungguh-sungguh, Allah akan membuka jalan dan memberikan berkah-Nya. Ini adalah kisah tentang iman, keteguhan hati, dan keberkahan yang datang dari keyakinan yang tulus. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |