Peristiwa Internasional Info Haji 2024

Menapaki Jejak Suci di Masjidil Haram, Inilah Kisah Jemaah Haji Indonesia asal Malang

Jumat, 14 Juni 2024 - 13:59 | 21.80k
Ahmadi, 54 tahun, jemaah haji Indonesia asal Malang, Jawa Timur bersama sang istri. (Foto: MCH 2024 Kemenag RI)
Ahmadi, 54 tahun, jemaah haji Indonesia asal Malang, Jawa Timur bersama sang istri. (Foto: MCH 2024 Kemenag RI)
FOKUS

Info Haji 2024

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MADINAH – Jemaah haji asal Indonesia sangat menikmati beribadah di Masjidil Haram. "Alhamdulillah. Masya' Allah. Sebuah nikmat yang tiada tara sudah dipanggil Allah untuk 'berdekatan'," ujar Ahmadi, 54 tahun, jemaah haji Indonesia asal Malang, Jawa Timur.

Pria kelahiran Ponorogo ini mengaku hanya sekali melakukan umrah wajib. Namun, hampir setiap Subuh, ia selalu mengunjungi Masjidil Haram untuk Thawaf sunah.

Advertisement

"Umrah sekali, umrah wajib. Yang hampir setiap hari adalah Thawaf sunnah," ungkapnya di Masjidil Haram, Rabu (12/6/2024).

Ahmadi, yang menunaikan ibadah haji bersama istrinya, Nur Fadilah, juga menyempatkan diri untuk berziarah menapaki jejak-jejak Nabi SAW. Seperti Jabal Rahmah dan Jabal Tsur, serta keliling sekitar Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina). Ahmadi dan istri menggunakan bis yang dikelola KBIHU (Kelompok Bimbingan Haji dan Umroh) untuk berziarah.

Hal senada disampaikan Afisena Abu Syafiq. "Alhamdulillah umrah sudah, kemarin," kata jemaah yang menginap di hotel AJM al Khalidiyah itu.

Seperti Ahmadi, Sena juga melakukan ziarah di Makkah. "Saat ini baru selesai dari museum wahyu," katanya. Museum Wahyu berada di Hira Cultural District di kaki Jabal Nur (Gunung Cahaya). Di puncak Jabal Nur terdapat Gua Hira, tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama kalinya pada 21 Ramadhan (versi lain 17 Ramadhan) atau bertepatan 10 Agustus 610 M. Di museum wahyu, ada penampilan mini theater tentang Ulul Azmi.

Ulul Azmi merupakan gelar spesial yang diberikan kepada beberapa nabi dan rasul yang memiliki ketabahan dan tingkat tinggi. Pemilik gelar itu termasuk Nabi Muhammad SAW. "Mini theater Ulul Azmi, sama simulator Gua Hira," tambahnya.

Penampilan itu cocok untuk mereka yang enggan naik ke puncak Jabal Nur yang cukup menguras energi. "Cocok buat yang males jalan ke puncak Jabal Nur," katanya.

Jemaah haji lainnya, Sihan Waluyo, 64 tahun, juga berumrah. Tidak seperti Ahmadi dan Sena, Sihan Waluyo berumrah hingga tiga kali. "Yang umrah bersama tiga kali dengan miqat di Tan'im. Alhamdulillah, sekarang saya utamakan shalat di Masjidil Haram," katanya.

Meskipun usianya 64 tahun, Sihan Waluyo sanggup mendaki hingga ke Gua Hira di puncak Jabal Nur. "Saya juga sempat duduk di dalam Gua Hira sambil membayangkan apakah saya bisa dekat sama Nabi SAW ya," ungkapnya.

Terkait resepnya mampu mendaki Jabal Nur, Sihan mengatakan bahwa dia terbiasa berziarah ke peninggalan Sunan Muria di Gunung Muria, Jawa Tengah. "Latihannya ya sering ke Sunan Muria. Perkiraan saya tingginya itu dua kali Sunan Muria," katanya.

Untuk persiapan Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina), Ahmadi, Sena, dan Sihan kompak mengatakan menyiapkan secara fisik maupun non fisik. "Persiapan Armuzna yang utama adalah pemahaman akan rangkaian haji secara utuh, kemudian memaknai setiap titik tujuan," kata Ahmadi.

Sihan Waluyo menyiapkan fisik secara prima untuk bisa beribadah secara maksimal. "Persiapan utama adalah olahraga di hotel dan selalu minum vitamin biar badan fit," tutupnya.

Kisah-kisah inspiratif dari jemaah haji ini menggambarkan betapa berharga dan mendalamnya pengalaman spiritual mereka di Tanah Suci. Meskipun usia dan kondisi fisik berbeda-beda, semangat mereka untuk menapaki jejak-jejak Nabi dan beribadah dengan khusyuk tetap sama kuatnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES