Presiden AS Joe Biden: Perang Israel-Hamas Harus Berakhir Sekarang
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Presiden AS Joe Biden, Kamis (11/7/2024) menyatakan perang Israel-Hamas harus berakhir sekarang.
"Dan Israel tidak boleh menduduki kantong-kantong itu setelah perang," tegas Biden.
Advertisement
Namun Amerika Serikat "melanjutkan" pengiriman bom seberat 500 pon ke Israel setelah melakukan penghentian karena khawatir amunisi seberat 2.000 pon dalam pengiriman yang sama akan digunakan Israel di daerah berpenduduk," kata seorang pejabat AS, Kamis.
AS menghentikan pengiriman bom pada awal bulan Mei ketika Israel tampaknya akan melancarkan operasi darat besar-besaran di Rafah di Gaza selatan yang ditentang keras oleh pemerintah AS. Namun Israel tetap saja melakukan serangan meski dengan lebih terbatas.
"Kami telah menyatakan dengan jelas bahwa kekhawatiran kami adalah pada penggunaan akhir bom seberat 2.000 pon, khususnya menjelang operasi Rafah Israel yang telah mereka umumkan akan segera berakhir," kata pejabat AS yang tidak mau disebutkan namanya itu.
"Karena cara pengiriman ini disatukan, amunisi lain terkadang dapat tercampur. Itulah yang terjadi di sini dengan bom seberat 500 pon," kata pejabat itu, seraya menambahkan: "Karena kekhawatiran kami bukan tentang bom seberat 500 pon, bom-bom itu terus bergerak maju sebagai bagian dari proses yang biasa."
Kepada wartawan, Joe Biden mengatakan, bahwa kerangka gencatan senjata telah disetujui oleh Israel dan Hamas tetapi masih ada celah yang harus ditutup.
"Kerangka kerja itu kini disetujui oleh Israel dan Hamas. Jadi saya mengirim tim saya ke wilayah itu untuk menuntaskan perinciannya," kata Biden dalam konferensi pers seperti dilansir Reuters.
Joe Biden pada akhir Mei merinci proposal tiga fase yang ditujukan untuk mencapai gencatan senjata, pembebasan sandera di Gaza dan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel, penarikan pasukan Israel dari Gaza dan pembangunan kembali daerah kantong pantai tersebut.
Direktur CIA, Bill Burns dan utusan AS untuk Timur Tengah, Brett McGurk akan berada di Timur Tengah minggu ini untuk bertemu dengan mitra regional guna membahas kesepakatan gencatan senjata.
"Ini adalah masalah yang sulit dan kompleks. Masih ada celah yang harus ditutup. Kami membuat kemajuan. Trennya positif. Saya bertekad untuk menyelesaikan kesepakatan ini dan mengakhiri perang ini, yang seharusnya berakhir sekarang," kata Joe Biden.
Kelompok Islam Palestina Hamas telah menerima bagian penting dari rencana AS, dengan mencabut tuntutan agar Israel terlebih dahulu berkomitmen pada gencatan senjata permanen sebelum menandatangani perjanjian.
Namun Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dengan keras kepala menandaskan kesepakatan itu tidak boleh menghalangi Israel untuk melanjutkan pertempuran hingga tujuan perangnya tercapai yakni memusnahkan Hamas seperti janjinya sejak awal.
Kantor Netanyahu mengatakan pada hari Rabu bahwa dia berkomitmen untuk mengamankan kesepakatan gencatan senjata Gaza asalkan garis merah Israel dihormati.
Joe Biden juga mengatakan kepada wartawan pada hari Kamis, bahwa Israel tidak boleh menduduki Gaza sambil juga mengecam kabinet perang Israel, dengan mengatakan Israel terkadang kurang kooperatif.
Joe Biden juga menyatakan kekecewaannya atas beberapa langkahnya yang tidak berhasil di Gaza, dengan mencontohkan rencana penutupan dermaga kemanusiaan milik militer AS di lepas pantai Gaza. "Saya berharap itu akan lebih berhasil," katanya.
Mengusir Seluruh Penduduk Gaza
Kali ini Israel lebih keterlaluan, yakni "mengusir" seluruh penduduk Gaza karena militernya akan melanjutkan operasinya di Kota Gaza, sementara pembicaraan mengenai gencatan senjata dilanjutkan
Militer Israel telah menebar selebaran dengan pesawat dari udara yang isinya menginstruksikan seluruh penduduk Kota Gaza untuk mengungsi ke selatan ke Jalur Gaza tengah, ditengah meningkatnya operasi di utara.
Selebaran itu menginstruksikan setiap orang di Kota Gaza untuk meninggalkan apa yang digambarkan sebagai "zona pertempuran berbahaya" melalui rute aman yang ditentukan yang ditandai sebagai dua jalan yang mengarah ke tempat perlindungan di Deir al-Balah dan al-Zawaida.
PBB menyatakan sangat prihatin dengan perintah evakuasi yang diberikan ini. Ini adalah kali kedua sejak perang dimulai, seluruh Kota Gaza diminta untuk dievakuasi.
Selama dua minggu terakhir, pasukan Israel telah memasuki kembali beberapa distrik tempat militer meyakini Hamas dan pejuang Jihad Islam Palestina telah berkumpul kembali sejak awal tahun.
Hamas mengatakan aktivitas Israel yang kembali terjadi di kota itu mengancam akan menggagalkan perundingan mengenai kemungkinan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera, yang dilanjutkan pada hari Rabu di Qatar.
Pembicaraan tersebut dihadiri oleh kepala intelijen Mesir, AS dan Israel, serta perdana menteri Qatar.
Pejabat tinggi Hamas, Hossam Badran mengatakan kepada AFP bahwa Israel "berusaha menekan negosiasi dengan mengintensifkan operasi pengeboman, pengungsian, dan melakukan pembantaian".
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menekankan komitmen Israel terhadap kesepakatan tersebut selama “garis merahnya dipertahankan”.
Tidak Akan Pergi
Diperkirakan lebih dari seperempat juta orang masih tinggal di Kota Gaza.
Beberapa orang terlihat mengungsi ke selatan setelah militer Israel menjatuhkan selebaran di sana yang mendesak mereka untuk pergi, yang kemudian dikatakan oleh seorang pejabat Israel kepada BBC sebagai sebuah rekomendasi dan bukan instruksi.
"Saya tidak akan meninggalkan Gaza (Kota). Saya tidak akan melakukan kesalahan bodoh seperti yang dilakukan orang lain. Rudal Israel tidak membedakan antara utara dan selatan," kata warga Gaza, Ibrahim al-Barbari, 47 tahun, seperti dikutip dari BBC.
"Jika kematian adalah takdir saya dan takdir anak-anak saya, kami akan mati dengan terhormat dan bermartabat di rumah kami," katanya.
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan pihaknya telah menerima telepon dari sejumlah warga yang tidak dapat meninggalkan rumah mereka karena intensitas pengeboman.
"Informasi yang datang dari Kota Gaza menunjukkan penduduk hidup dalam kondisi yang tragis. Pasukan pendudukan (Israel) terus menyerang distrik permukiman, dan mengusir penduduk dari rumah dan tempat perlindungan mereka," katanya.
Amerika Serikat adalah pendukung militer utama Israel, tetapi akhir-akhir ini AS menyuarakan rasa frustrasi karena meningkatnya jumlah korban jiwa warga sipil di Gaza, tempat Israel telah melancarkan operasi melawan Hamas selama lebih dari sembilan bulan.
Serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tanggal 7 Oktober oleh militan Palestina di Israel selatan yang mengakibatkan kematian 1.195 orang, sebagian besar warga sipil , telah memicu perang.
Militan juga menyandera 116 orang, yang masih berada di Gaza, termasuk 42 orang yang menurut militer telah tewas.
Serangan balasan Israel terhadap Hamas telah menyebabkan sedikitnya 38.345 orang, yang sebagian besar warga sipil meninggal dunia. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Rizal Dani |