Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Qatar Gagal, Iran Bersiap Hajar Israel
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Perundingan gencatan senjata untuk Gaza di Doha, Qatar yang dimediasi oleh AS, Mesir dan Qatar tidak membuahkan hasil, kini Iran bersiap hajar Israel.
"Tujuannya perundingan itu hanyalh untuk menunda respons Iran atas pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh yang dilakukan rezim Israel di Teheran, Iran," kata seorang diplomat Iran.
Advertisement
"Mereka mengulur-ulur waktu untuk menunda tanggapan yang sah dari Iran terhadap agresi nyata rezim Israel yang melanggar kedaulatan Republik Islam Iran," kata Kepala Kantor Perlindungan Kepentingan Republik Islam Iran, Mohammad Soltanifar di Kairo, Mesir.
Ia mengatakan bahwa perundingan Doha, yang oleh salah satu pemimpin Hamas disebut sebagai "buang-buang waktu", tidak membuahkan hasil seperti yang diperkirakan.
Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menyatakan, Ismail Haniyeh dan salah satu pengawalnya tewas setelah tempat tinggal mereka menjadi sasaran Israel di Teheran pada tanggal 31 Juli lalu.
Dilansir media Iran Mehr News Agency, IRGC menyatakan, bahwa pembunuhan Ismail Haniyeh dirancang dan dilaksanakan oleh rezim Zionis atas dukungan AS.
Aksi Israel yang dinilai sebagai teror itu membuat pejabat tinggi Iran bersumpah untuk memberikan respons yang tepat terhadap Israel.
Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei juga mengatakan, bahwa dengan membunuh Ismail Haniyeh, rezim Israel telah mempersiapkan jalan bagi hukuman berat bagi dirinya sendiri.
Iran Siap-siap Perang
Penasihat politik Pemimpin Revolusi Islam Iran, Laksamana Muda Ali Shamkhani, Sabtu siang tadi menulis di platform media sosial X, sebelumnya Twitter, bahwa persiapan telah dilakukan untuk menghukum keras rezim yang hanya mengerti bahasa kekerasan.
"Satu-satunya tujuan rezim Israel dalam membunuh jamaah sekolah Al-Taba'een di Gaza dan membunuh martir Ismail Haniyeh di Iran adalah untuk mengobarkan perang dan membuat negosiasi gencatan senjata gagal," tulis Shamkhani.
"Persiapan untuk hukuman berat terhadap rezim Israel telah dilakukan mengikuti proses hukum, diplomatik, dan media," tambahnya
Dikutip dari media SAMA, seorang anggota biro politik Hamas, Husam Badran mengatakan, Israel sedang mengulur-ulur perang di Jalur Gaza dengan menunda-nunda proses pencapaian kesepakatan gencatan senjata.
"Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menghalangi proses tercapainya gencatan senjata di daerah kantong tersebut," katanya, seraya menambahkan, bahwa Hamas dan kelompok perlawanan Palestina lainnya menyerukan diakhirinya perang dan menghentikan pembunuhan warga sipil di Jalur tersebut.
Pejabat Hamas juga mencatat bahwa Amerika Serikat terus menutupi kekejaman yang dilakukan oleh rezim Zionis.
Ia mengatakan bahwa Palestina mematuhi persyaratan yang disepakati dalam negosiasi 2 Juli, sebuah proposal yang diajukan Israel dan berada di bawah rencana Joe Biden dan resolusi Dewan Keamanan PBB.
Pada hari Kamis, Kementerian Kesehatan di Gaza merilis angka baru, yang menyebutkan jumlah korban tewas dalam aksi genosida oleh Israel di Gaza mencapai 40.005 dan jumlah korban terluka mencapai 92.401, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
Hamas Menolak, Dilanjutkan ke Kairo
Pembicaraan yang bertujuan untuk mengamankan kesepakatan cepat akan dilanjutkan di Kairo sampai sebelum akhir minggu depan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta mediator untuk “menekan” Hamas agar menerima kerangka kerja Joe Biden.
Namun Hamas menolak syarat gencatan senjata Gaza yang 'baru', sementara Presiden AS, Joe Biden selalu mengatakan, kesepakatan makin dekat dari sebelumnya.
Hamas mengatakan pada hari Jumat, bahwa mereka menolak "syarat baru" dalam proposal gencatan senjata Gaza yang diajukan oleh mediator yang dipimpin AS selama dua hari perundingan di Qatar.
Upaya diplomatik itu sejauh ini gagal meringankan penderitaan yang dialami warga Palestina selama lebih dari 10 bulan perang,l.
Namun AS Joe Biden selalu mengatakan sampai putaran perundingan terakhir, "kita lebih dekat daripada sebelumnya."
"Dia mengirim Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken ke Israel akhir pekan ini untuk mendorong proposal terbaru," kata Departemen Luar Negeri.
Mediator Mesir, Qatar, dan AS telah berusaha untuk menyelesaikan rincian kerangka kerja yang digagas Joe Biden pada bulan Mei, yang katanya atas usulan Israel.
Dalam pernyataan bersama, para mediator itu mengatakan, mereka telah mengajukan kedua belah pihak dengan proposal yang "menjembatani kesenjangan yang tersisa" dan akan terus bekerja dalam beberapa hari mendatang untuk menyelesaikan secara spesifik ketentuan kemanusiaan dan pertukaran sandera-tahanan.
Perundingan gencatan senjata di Doha, Qatar ternyata gagal, dan kesepakatan cepat akan dilanjutkan di Kairo sebelum akhir minggu depan. Iran sendiri kini bersiap hajar Israel. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |