Peristiwa Internasional

Netanyahu Didesak Mundur, Tekanan Oposisi dan Boikot Kabinet Guncang Israel

Senin, 26 Agustus 2024 - 13:30 | 18.44k
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (FOTO: TIMES Indonesia)
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (FOTO: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kini berada dalam tekanan berat dari berbagai pihak di dalam negerinya sendiri. Kecaman keras datang tidak hanya dari oposisi, tetapi juga dari tokoh-tokoh penting yang pernah menduduki jabatan tertinggi di Israel. Desakan agar Netanyahu mengundurkan diri semakin menguat seiring dengan semakin parahnya krisis politik di negara tersebut.

Yair Lapid: "Netanyahu Harus Mundur Sekarang"

Pemimpin oposisi Yair Lapid kembali menyerukan pengunduran diri Netanyahu, menuduhnya sebagai penghalang utama dalam mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza serta pertukaran tawanan dengan kelompok Hamas. Lapid menuduh Netanyahu mengutamakan agenda pribadinya dan terus memaksakan perang yang telah menelan banyak korban, sementara nasib tawanan di Jalur Gaza terus diabaikan.

Advertisement

Lapid, dalam pernyataan terbarunya, menegaskan bahwa Netanyahu harus mengundurkan diri secepatnya. Selama Netanyahu tetap berkuasa, peluang untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut akan semakin kecil. “Netanyahu harus pergi; dia harus mundur dari jabatannya pada 8 Oktober," kata Lapid pada  Sabtu (24/8/2024)

Ehud Barak: "Netanyahu Telah Menyeret Kita ke Neraka"

Mantan Perdana Menteri Israel, Ehud Barak, juga menyuarakan kritik tajam terhadap Netanyahu. Barak memperingatkan bahwa kebijakan Netanyahu, khususnya terkait dengan perbatasan Gaza dan Mesir, justru memperburuk situasi. Barak menegaskan bahwa Netanyahu tidak layak memimpin Israel, dan menuduhnya membawa negara itu menuju kehancuran.

Barak menggarisbawahi bahwa kontrol Israel atas Philadelphi Corridor, perbatasan strategis Gaza-Mesir, bukanlah kepentingan Israel yang sebenarnya, dan bahwa syarat-syarat yang diajukan Netanyahu untuk gencatan senjata hanya akan memperpanjang konflik.

Boikot Kabine dan Krisis yang Semakin Dalam

Krisis politik yang dihadapi Netanyahu semakin memuncak dengan boikot kabinetnya sendiri oleh para pemimpin lokal di wilayah-wilayah utara yang diduduki Israel. Mereka menolak bekerja sama dengan kabinet Netanyahu hingga ada solusi konkret yang memungkinkan para pemukim Zionis yang telah dipaksa meninggalkan rumah mereka untuk kembali. Langkah ini semakin mempertegas ketidakpuasan di kalangan masyarakat Israel terhadap kebijakan militer Netanyahu yang dianggap tidak berpihak pada rakyat.

Para kepala otoritas lokal tersebut, dalam sebuah pernyataan yang dikutip media setempat, menegaskan bahwa mereka akan terus memboikot kabinet hingga pemerintah Netanyahu memberikan solusi yang nyata untuk memulangkan para pemukim ke rumah mereka.

Akankah Netanyahu Bertahan?

Dengan semakin intensnya tekanan dari oposisi, tokoh senior, dan bahkan elemen di dalam pemerintahannya sendiri, masa depan politik Benjamin Netanyahu tampak semakin tidak menentu. Krisis ini tidak hanya memperlihatkan keretakan dalam kepemimpinannya, tetapi juga menimbulkan pertanyaan besar tentang masa depan politik Israel di tengah ketidakstabilan yang semakin parah.

Apakah Netanyahu mampu bertahan menghadapi badai ini, atau akankah ia dipaksa mundur oleh tekanan yang semakin besar? Dunia kini menunggu dan mengamati perkembangan yang akan menentukan arah masa depan Israel.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES