Peristiwa Internasional

Dunia Dihantui Kemunculan Wabah Polio dari Gaza

Minggu, 01 September 2024 - 06:15 | 14.47k
Warga Palestina yang mengungsi di Jalur Gaza berjalan di antara genangan air kotor akibat penghancuran infrastruktur yang dilakukan zionis Israel. (FOTO: AP)
Warga Palestina yang mengungsi di Jalur Gaza berjalan di antara genangan air kotor akibat penghancuran infrastruktur yang dilakukan zionis Israel. (FOTO: AP)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dunia kini dihantui kekhawatiran menyebarnya virus polio yang mematikan dan tidak ada obatnya, yang munculnya dari Gaza, Palestina.

Penyakit polio sangat menular dan mematikan, ini memengaruhi sistem saraf dan merupakan tantangan besar untuk diatasi karena sebagian besar orang yang terinfeksi tidak memiliki gejala atau hanya mengalami gejala seperti flu ringan, sehingga berpotensi menyebarkan virus tanpa disadari.

Advertisement

Bayi pertama yang sudah terinfeksi adalah bayi berumur 10 bulan, Abdul Rahman. Bayi ini sudah tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya kembali.

Para ilmuwan seperti dilansir AP mengatakan, Abdul Rahman terinfeksi jenis virus polio yang bermutasi, yang dikeluarkan oleh orang lain yang divaksinasi melalui kotorannya.

Pejabat WHO mengatakan, strain yang beredar itu terkait erat dengan strain di wilayah Sinai utara Mesir dan bisa saja masuk ke Gaza dan menyebar diam-diam sejak September lalu.

"Kemunculan kembali polio ini menjadi ancaman bagi wilayah yang dilanda perang dan wilayah sekitarnya, bahkan dunia," kata para ahli kesehatan dan kemanusiaan. 

"Semua anggota tubuhnya kini lumpuh," kata ibu anak laki-laki itu, Nevin Abu al-Jidyan, dalam sebuah wawancara telepon minggu ini dari tendanya di Deir al-Balah di Gaza bagian tengah.

"Sisi kiri tubuhnya lebih kaku. Ia bahkan tidak bisa membungkuk. Saya bahkan tidak bisa membantunya duduk," tambahnya.

Para ilmuwan mengatakan, kasus yang menimpa Abdul Rahman merupakan hasil dari kegagalan yang tidak bisa dielakkan dari kebijakan kesehatan publik.

Kemunculan kembali virus polio ke Gaza merupakan hasil dari pertemuan berbagai faktor yang disebabkan oleh perang yang telah berlangsung selama 10 bulan, yang telah menghancurkan infrastruktur air, sanitasi, dan kesehatan di sana.

Infeksi tersebut, yang menandai pertama kalinya polio terdeteksi di wilayah Palestina yang dilanda perang dalam lebih dari 25 tahun.

Abdul Rahman adalah salah satu dari ratusan ribu anak yang tidak mendapatkan vaksinasi karena pertempuran antara Israel dan Hamas.

Penyakit ini tidak ada obatnya, tetapi vaksinasi bisa mencegah penyakit tersebut. Polio terutama menyerang anak-anak di bawah usia 5 tahun, meskipun siapa pun yang tidak divaksinasi bisa juga  tertular virus tersebut.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, satu dari setiap 200 infeksi mengakibatkan kelumpuhan permanen. Dari kasus-kasus tersebut, hingga 10 persennya meninggal dunia karena otot-otot pernapasan menjadi tidak bisa digerakkan.

WHO sebenarnya juga telah memperingatkan tentang penyebaran virus polio itu  setelah terdeteksi pada bulan Juli dari enam sampel limbah yang diambil di wilayah selatan dan tengah Gaza, tempat sebagian besar penduduk telah dipindahkan oleh militer Israel ke tempat tinggal yang kumuh.

Virus ini menyebar dengan masuk ke mulut setelah kontak dengan tinja atau tetesan dari bersin atau batuk orang yang terinfeksi, dan melalui makanan atau air yang terkontaminasi.

Otoritas kesehatan telah memperingatkan selama berbulan-bulan bahwa kondisi yang memburuk merupakan tempat berkembang biaknya berbagai penyakit.

Limbah dan limbah padat tumpah ke jalan-jalan dan mencemari air minum di Gaza. "Penduduk yang mengungsi tinggal di kamp-kamp yang penuh sesak dengan sedikit kemampuan untuk mandi atau bahkan mencuci tangan," kata penduduk.

"Jika Anda merancang skenario sempurna untuk penyebaran polio di laboratorium, skenario itu akan sangat mirip dengan Gaza saat ini," kata Jeremy Konyndyk, mantan pejabat senior pemerintahan Biden dan presiden saat ini dari Refugees International, sebuah organisasi kemanusiaan.

Vaksinasi Polio Telah Dimulai

Sementara itu, petugas kesehatan di Gaza selatan, Sabtu (31/8/2024) telah memulai memvaksinasi sejumlah kecil bayi sebagai awal simbolis imunisasi, yang menurut kementerian kesehatan setempat akan mencakup anak-anak hingga usia 10 tahun.

Organisasi Kesehatan Dunia, WHO dan mitranya akan memulai melaksanakan vaksinasi massal yang ambisius di Jalur Gaza, setelah bayi Abdul Rahman, 10 bulan,  tertular kasus polio pertama di daerah kantong Palestina itu dalam 25 tahun.

Vaksinasi massal dijadwalkan akan dimulai hari ini, Minggu (1/9/2024) dan akan dilaksanakan secara bertahap, setelah  Israel dan Hamas sepakat untuk memberikan "jeda kemanusiaan" singkat untuk memungkinkan vaksinasi tersebut berlangsung.

Pejabat kesehatan dan pekerja bantuan juga telah mengupayakan jeda kemanusiaan beberapa hari untuk memastikan para pekerja perawatan kesehatan dan organisasi bantuan bisa bergerak bebas untuk melaksanakan putaran pertama dari dua putaran kampanye vaksinasi massal ini.

WHO mengumumkan, bahwa, vaksinasi massal akan berlangsung selama tiga hingga empat hari di setiap zona.

"Fase pertama akan dimulai hari Minggu di Gaza bagian tengah, diikuti oleh wilayah selatan dan utara,"  kata Rik Peeperkorn, yang mengepalai operasi WHO di wilayah pendudukan Gaza dan Tepi Barat.

Jeda tersebut akan berlangsung selama delapan atau sembilan jam setiap hari. Anak-anak Gaza diharapkan menerima dosis kedua empat minggu kemudian.

"Akibat dislokasi, kurangnya keamanan, dan kerusakan jalan serta infrastruktur, tiga hari mungkin tidak cukup untuk mencapai cakupan 90 persen yang dibutuhkan dalam rangka menghentikan penularan di Gaza dan mencegah penyebaran internasional," kata Peeperkorn, berbicara dari Gaza selama pengarahan virtual di Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Ia mengatakan, COGAT, badan Israel yang bertanggung jawab untuk mengelola kebijakan sipil di wilayah pendudukan, telah sepakat untuk memperpanjang jeda pertempuran selama satu hari di setiap zona, atau bahkan lebih, bila perlu.

Para ahli mengatakan bahwa memvaksinasi semua atau hampir semua anak secara bersamaan sangat penting untuk menghentikan penularan.

Tetapi mengakui bahwa hal itu tidak bisa dilakukan selama masa perang ketika ada keraguan mengenai apakah jeda kemanusiaan akan dipertahankan.

Peluncuran yang dilakukan secara bertahap dari waktu ke waktu atau geografi akan melewatkan anak-anak mengingat perpindahan penduduk, yang memungkinkan penularan lebih lanjut dan meningkatkan risiko virus bermutasi.

Pekerja bantuan akan menandai kuku anak-anak yang telah divaksinasi untuk mendokumentasikan status mereka.

"Saya tidak akan mengatakan ini adalah cara yang ideal untuk maju, tetapi ini adalah cara yang bisa diterapkan," kata Peeperkorn lagi.

"Tidak melakukan apa pun akan sangat buruk. Kita harus menghentikan penularan ini di Gaza, dan kita harus menghindari penularan di luar Gaza," tegasnya.

UNICEF telah mengirimkan 1,2 juta dosis vaksin polio oral ke sebuah gudang di Deir al-Balah, Gaza dan sebanyak 400.000 dosis lainnya diperkirakan akan tiba dalam beberapa hari mendatang," kata juru bicara UNICEF, Jonathan Crickx. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES