Peristiwa Internasional

Vladimir Putin Beri Ancaman Bahwa Perang Rusia vs AS-NATO Bisa Terwujud

Jumat, 13 September 2024 - 07:44 | 34.49k
Presiden Rusia, Vladimir Putin berbicara dalam sebuah pertemuan di Kementerian Luar Negeri Rusia di Moskow, Rusia. (FOTO: AP)
Presiden Rusia, Vladimir Putin berbicara dalam sebuah pertemuan di Kementerian Luar Negeri Rusia di Moskow, Rusia. (FOTO: AP)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Presiden Rusia, Vladimir Putin telah mengeluarkan peringatan keras pada AS dan NATO, akan berperang bila mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh.

Menteri luar negeri AS, Antony Blinken dan Menlu Inggris, David Lammy telah bertemu Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky di Kyiv, Rabu lalu dengan perang Rusia-Ukraina berada pada titik yang krusial.

Advertisement

Namun saat konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Polandia, Radoslaw Sikorski di Warsawa, Blinken menghindari menjawab langsung pertanyaan tentang keinginan Ukraina untuk serangan jauh ke wilayah Rusia dengan senjata buatan AS.

Pemerintah AS, kata Blinken, bermaksud akan menyesuaikan posisinya terkait senjata yang diberikan kepada Ukraina. Ia diminta mengomentari prospek pencabutan pembatasan serangan jauh ke wilayah Rusia dengan senjata buatan AS.

"Kami telah berdiskusi dengan baik dan mendalam dengan rekan-rekan Ukraina kemarin tentang bagaimana mereka melihat medan perang, apa saja kebutuhan mereka dan seperti yang telah saya katakan, kami akan selalu mempertimbangkannya," kata Blinken.

Dan jika perlu, kami akan beradaptasi. Kami akan menyesuaikan diri dalam hal apa yang kami lakukan, apa yang kami berikan, baik Amerika Serikat secara individu, tetapi juga kumpulan negara yang telah mendukung Ukraina," imbuhnya.

"Dan anda akan mengerti bahwa saya tidak akan membahas rincian operasional di depan umum, tetapi saya dapat memastikan bahwa kami akan beradaptasi. Kami akan menyesuaikan dan memastikan bahwa Ukraina memiliki apa yang dibutuhkannya saat dibutuhkan," ujar Blinken lagi 

Ia mengatakan, Amerika Serikat akan membuat penyesuaian jika diperlukan, termasuk mengenai peralatan yang diberikan kepada Ukraina, berdasarkan informasi yang diterima dari Kiev.

Sebelumnya, Juru Bicara Rusia, Dmitry Peskov mengatakan, bahwa Barat tampaknya telah mengizinkan Kiev untuk melakukan serangan di wilayah Rusia dengan rudal jarak jauh. Menurut Peskov, keputusan ini sedang diformalkan di media massa.

Sementara itu, Presiden Vladimir Putin mengatakan, langkah Barat itu bila diwujudkan, maka akan "mengubah sifat konflik", dan mengeluarkan ancaman keras terhadap pemberian lebih banyak kekuatan kepada Zelensky.

"Itu berarti negara-negara NATO, AS, negara-negara Eropa, sedang berperang dengan Rusia," katanya kepada seorang reporter TV pemerintah, Kamis (12/9/2024).

"Jika memang demikian, maka dengan mempertimbangkan perubahan sifat konflik, kami akan mengambil keputusan yang tepat berdasarkan ancaman yang akan kami hadapi," tegasnya.

Rusia akan menunjukkan kesiapannya menggunakan senjata nuklir terhadap negara-negara NATO. Rusia juga mengatakan akan bergabung dengan China jika mereka menghadapi ancaman.

Vladimir Putin menambahkan, bahwa dengan membuka jalan bagi Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh yang bisa menyerang target Rusia, maka itu adalah keputusan apakah negara-negara NATO terlibat langsung dalam konflik atau tidak

Peringatan Putin itu keluar, 24 jam sebelum Presiden Joe Biden bertemu Perdana Menteri Inggris Keir Starmer di Gedung Putih. 

Volodymyr Zelensky beberapa kali telah menekan Barat untuk memberinya lebih banyak kekuatan senjata dan pertahanan udara setelah serangkaian serangan roket Rusia.

Hingga kini belum ada kabar, apakah Volodymyr Zelensky telah mendapatkan lampu hijau dari AS untuk menggunakan rudal jarak jauh seperti yang didambakannya itu.

Namun yang jelas, AS melalui Menteri Luar Negerinya, Antony Blinken telah mengumumkan, bahwa Washington akan memberikan bantuan lebih dari $700 juta, sementara menteri luar negeri Inggris, David Lammy mengatakan Inggris akan memberikan tambahan £600 juta ($781 juta) sebagai bentuk dukungan terbaru untuk Ukraina.

Jika sekutu Barat Ukraina mencabut larangan tersebut, tentara Kyiv akan segera bisa menyerang aset militer Rusia sejauh 300 km (190 mil) di dalam Rusia dengan rudal jarak jauh seperti ATACMS AS dan rudal Storm Shadow Inggris-Prancis - sebuah kemampuan yang bisa berdampak signifikan terhadap jalannya konflik. 

Institut Studi Perang, sebuah lembaga pemikir AS, bulan lalu menyusun daftar hampir 250 target militer dan paramiliter bernilai tinggi yang berada dalam jangkauan senjata yang dapat dihancurkan oleh Ukraina . 

Di antara target utama yang ditetapkan oleh ISW termasuk sebanyak 16 pangkalan udara Rusia, serangkaian markas brigade dan divisi, unit artileri dan rudal yang menjadi pusat kemampuan pertahanan udara Rusia, dan berbagai pusat logistik yang memasok unit Vladimir Putin di garis depan. 

Menargetkan lokasi-lokasi ini dapat melumpuhkan logistik, komando, dan dukungan tempur Rusia, serta secara signifikan mengurangi kemampuan ofensif Moskow di wilayah Ukraina yang diduduki - bahkan jika pasukan Putin mengerahkan kembali sebagian besar pesawat pengebom strategis lebih jauh ke timur. 

Pembangkit listrik tenaga nuklir Kursk dan beberapa persediaan senjata nuklir juga menjadi target teoritis.

Ukraina telah melancarkan beberapa serangan jauh ke dalam wilayah Rusia, termasuk terhadap target di ibu kota Moskow, sejumlah kilang minyak, dan tempat penyimpanan amunisi. 

Namun serangan tersebut dilakukan oleh pesawat tak berawak kamikaze yang skalanya sangat terbatas dan sangat rentan terhadap sistem pengacauan dan pertahanan udara Rusia. 

Rusia menginvasi Ukraina pada tahun 2022 dengan puluhan ribu tentara, memicu konfrontasi terbesar antara Rusia dan Barat sejak puncak Perang Dingin.

Putin menggambarkan konflik itu sebagai bagian dari pertempuran eksistensial dengan Barat yang sedang merosot dan dekaden, yang menurutnya telah mempermalukan Rusia setelah Tembok Berlin runtuh pada tahun 1989 dengan melanggar apa yang dianggapnya sebagai wilayah pengaruh Moskow, termasuk Ukraina.

Barat dan Ukraina menggambarkan invasi tersebut sebagai perampasan tanah ala kekaisaran dan telah bersumpah untuk mengalahkan Rusia di medan perang. Rusia menguasai lebih dari 18% wilayah Ukraina Barat.

Ukraina menggambarkan invasi tersebut sebagai perampasan tanah ala kekaisaran dan telah bersumpah untuk mengalahkan Rusia di medan perang. Rusia menguasai lebih dari 18% wilayah Ukraina.

Kini Presiden Vladimir Putin mengeluarkan ancaman keras, perang akan terwujud bila AS dan NATO mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh untuk bisa menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES