Situasi Timur Tengah Sedang Genting, Ini Penyebabnya
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Timur Tengah genting dan sedang di ambang perang besar-besaran, saat Amerika Serikat menyiapkan diri membela Israel melakukan serangan darat dan Iran pun menyatakan siap berdiri bersama Lebanon.
Departemen Pertahanan AS, Pentagon, seperti dilansir Al Jazeera, telah menyerahkan sepenuhnya kepada Israel bila serangan darat jadi dilakukan, dan kehadiran pasukannya di wilayah itu siap membantu jika diperlukan.
Advertisement
Israel baru-baru ini telah memindahkan pasukan tambahan di dekat perbatasan dengan Lebanon, dan ada kemungkinan sedang mempersiapkan serangan darat besar-besaran ke Lebanon.
Presiden AS Joe Biden pun telah memperingatkan pada hari Rabu, bahwa pertempuran antara Israel dan Hizbullah terancam akan menjadi perang habis-habisan.
Sementara itu dilansir Times of Israel, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi mengatakan Timur Tengah tengah menghadapi "bencana skala penuh" dan memperingatkan, bahwa Iran akan mendukung Lebanon dengan “segala cara” jika pertempuran antara Israel dan Hizbullah itu meningkat.
"Kawasan ini berada di ambang bencana besar. Jika tidak dicegah, dunia akan menghadapi konsekuensi yang mengerikan," katanya kepada wartawan di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
"Iran akan berdiri bersama rakyat Lebanon dengan segala cara," tegasnya seperti dilansir Times of Israel.
Araqchi juga mengklaim Israel telah melewati "semua garis merah" dan mengatakan Dewan Keamanan PBB harus campur tangan untuk memulihkan perdamaian dan stabilitas.
Sementara itu para diplomat bekerja di belakang layar menyusun gencatan senjata sementara untuk menghentikan konflik yang meningkat.
Namun Pentagon membantah memberi dukungan intelijen kepada Israel jika serangan darat Israel terjadi. Dalih Pentagon yang diniatkan Israel itu sebagai pengusiran terhadap Hizbullah dari perbatasan dan memulangkan warganya kembali ke rumah pendudukan mereka.
Namun seorang juru bicara Kementerian Pertahanan AS menyatakan,tidak ada indikasi invasi yang akan terjadi.
Washington masih percaya bahwa ada peluang solusi diplomatik untuk mencegah pecahnya perang habis-habisan, dan menyebut Israel hanyalah melakukan "operasi defensif" melawan Hizbullah.
Juru bicara itu mengatakan bahwa tentara AS tidak berpartisipasi jika operasi militer Israel dilaksanakan di Lebanon. Namun juru bicara itu menambahkan bahwa pasukan Amerika Serikat yang berada di wilayah tersebut hadir untuk membela Israel jika diperlukan.
Sementara itu Wall Street Journal yang mengutip sumber informasi justru memperoleh keterangan berbeda, bahwa Pentagon percaya bahwa serangan darat mungkin terjadi dalam beberapa hari ini.
Tapi mereka percaya, bahwa situasinya sekarang ini. tentara Israel tidak memungkinkan melakukan serangan ke Lebanon. Sumber tersebut mengatakan Israel membutuhkan pemindahan tentaranya lebih banyak ke lokasi tertentu jika dilakukan serangan darat.
Tetapi dalam beberapa jam terakhir, ada pernyataan berulang kali dari pejabat politik dan pemimpin militer Israel mengenai kemungkinan serangan darat ke Lebanon.
Departemen Pertahanan AS sebelumnya mengatakan bahwa mereka telah mengirim pasukan tambahan ke wilayah tersebut, tapi disebutkan tujuannya adalah untuk mengatur kemungkinan evakuasi warga Amerika dari Lebanon.
Senin lalu, Israel memulai agresi udara besar-besaran terhadap Lebanon, yang sejauh ini telah mengakibatkan lebih dari 600 warga Lebanon meninggal dunia dan dua ribu-an lainnya luka-luka, sebagian besar warga sipil, selain kehancuran besar-besaran di kawasan Lebanon.
Tetapi sekutu Israel, yang dipimpin oleh Amerika Serikat tidak menginginkan Israel meningkatkan perang dengan Hizbullah dan juga tidak ingin Israel menyerang Lebanon.
Mereka bersikeras bahwa hanya diplomasi yang dapat membuat perbatasan cukup aman bagi warga sipil untuk kembali ke rumah mereka di kedua sisinya.
Seorang utusan Amerika telah menyusun sebuah kesepakatan, sebagian berdasarkan resolusi Keamanan PBB 1701 yang mengakhiri perang tahun 2006. Namun para diplomat itu tidak berdaya jika tidak ada gencatan senjata di Gaza.
Sekjen Hizbullah, Hasan Nasrallah juga telah mengeluarkan ultimatum, akan berhenti menyerang Israel hanya bila perang di Gaza dihentikan.
Sayangnya sampai saat ini, baik Hamas maupun Israel tidak siap membuat konsesi yang diperlukan yang akan bisa menghasilkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina.
Saat serangan udara Israel terus menghantam Lebanon, warga sipil yang sudah berjuang untuk menafkahi keluarga mereka dalam ekonomi yang hancur menghadapi penderitaan dan ketidakpastian yang mengerikan.
Warga Israel tahu bahwa Hizbullah bisa melakukan kerusakan yang jauh lebih parah daripada yang telah mereka lakukan tahun lalu. Sedangkan Israel yakin waktunya telah tiba untuk bersikap agresif dan berani, untuk mengusir Hizbullah dari perbatasannya.
Namun, Israel menghadapi musuh Hizbullah yang dinilai keras kepala, bersenjata lengkap dan pemarah. Ini adalah krisis paling berbahaya dalam perang yang berlangsung selama setahun sejak Hamas menyerang Israel dan saat ini tidak ada yang bisa menghentikannya untuk bergerak ke arah yang lebih buruk. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Rizal Dani |