Serangan Udara Israel di Lebanon Tewaskan 23 Pengungsi Suriah
![Serangan udara Israel di Lebanon menghantam sebuah gedung yang menampung pengungsi yang juga pekerja Suriah dan keluarganya, 23 orang meninggal dunia. (FOTO: Getty Images)](https://cdn-1.timesmedia.co.id/images/2024/09/26/Serangan-udara-Israel-di-Lebanon.jpg)
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Serangan udara Israel di Lebanon semakin membabi buta, dan setidaknya 23 pengungsi Suriah yang sedang berada di dalam rumah di Lebanon, Rabu (25/9/2024) malam tewas setelah dihajar rudal jet tempur Israel.
Jenazah korban itu tertimbun reruntuhan bangunan dan berhasil dievakuasi beberapa waktu kemudian.
Advertisement
Selain 23 pekerja warga Suriah itu, tim evakuasi juga berhasil menarik empat warga Suriah lainnya dan empat warga Lebanon yang terluka, dari bangunan yang hancur itum
Kantor berita pemerintah Lebanon, Kamis tadi melaporkan, mengutip kepala desa Younine tempat yang menjadi sasaran itu, Ali Kassas, bahwa bangunan yang diserang dari udara itu hancur.
Sementara itu Kepala militer Israel mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka sedang mempersiapkan kemungkinan operasi darat di Lebanon saat Hizbullah meluncurkan puluhan roket ke Israel.
Rabu malam, Amerika Serikat, Prancis, dan sekutu lainnya juga bersama-sama menyerukan gencatan senjata segera selama 21 hari.
Seruan itu dimaksudkan untuk negosiasi, karena khawatir muncul eskalasi, perang habis-habisan setelah beberapa hari terakhir di intensitas saling serang lintas perbatasan antara Israel dan Hizbullah Lebanon meningkat.
Menteri Kesehatan Lebanon mengatakan, lada hari Rabu kemarin saja, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 72 orang.
Jumlah korban tewas sejak hari Senin hingga hari ini terus meningkat menjadi lebih dari 630 orang, dan lebih dari 2.000 orang terluka, serts ribuan orang di Lebanon selatan mengungsi mencari perlindungan.
Serangan Darat Israel Semakin Dekat
Sementara itu tentara Israel sudah berkumpul di perbatasan. Komandan wilayah utara tentara Israel, Mayor Jenderal Uri Gordin, mengatakan bahwa kampanye militer melawan Lebanon telah memasuki fase lain, dan tentara Israel harus sepenuhnya siap untuk memulai operasi darat.
Hizbullah sendiri juga menyatakan siap menghadapi Israel kapanpun.
Kepada Al Jazeera, Menteri Pekerjaan Umum dan Transportasi Lebanon, Ali Hamiya mengatakan, bahwa setiap masuknya Israel ke wilayah Lebanon "tidak akan menjadi piknik".
Dia menambahkan bahwa Israel menargetkan warga sipil dan bangunan tempat tinggal, di tengah keheningan internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan Israel mengebom semua resolusi PBB dan hukum internasional.
Banyak orang di Israel melihat operasi militer yang sedang berlangsung di Lebanon, termasuk ledakan pager minggu lalu dan serangan udara baru-baru ini, sebagai "keberhasilan" melawan Hizbullah, menurut jurnalis investigasi Israel Meron Rapoport.
Namun, kenangan perang berdarah Israel di Lebanon pada tahun 1982 dan 2006 masih membekas, yang menyebabkan meningkatnya keraguan tentang operasi darat, kata Rapoport kepada Al Jazeera.
"Saya pikir jika Israel benar-benar melancarkan operasi darat, ini akan mengubah keadaan. Dan saya pikir inilah alasan mengapa Israel masih ragu-ragu," katanya.
Axios yang mengutip para pejabat Amerika menyebutkan, pemerintahan Presiden Joe Biden telah memberi tahu pada pemerintah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tentang ketidaksetujuannya jika dilakukan operasi darat Israel ke Lebanon selatan.
Sumber yang sama menambahkan, bahwa pertempuran yang menyebabkan kematian lebih dari 700 orang di Lebanon itu "adalah sebuah perang, meskipun pemerintahan Biden tidak menyebutnya demikian, dan menyatakan bahwa tujuan Amerika Serikat adalah untuk mencegah Israel invasi darat ke Lebanon dan mencegah Iran ikut campur".
Makin memburuk
Seorang pensiunan Jenderal Israel, Yitzhak Brik mengatakan, bahwa tingkat politik dan militer membawa Israel menuju kerugian yang tidak ada jalan keluarnya.
Brik menjelaskan, terlepas dari pencapaian taktis melawan Hizbullah di Lebanon, situasi strategis Israel semakin memburuk secara keamanan dan ekonomi, begitu pula hubungannya dengan negara-negara di dunia.
Brik menekankan, satu-satunya cara bagi Israel adalah mencapai kesepakatan pertukaran dan menghentikan perang di Jalur Gaza , dengan harapan Hizbullah berhenti menembak.
Sejak Senin pagi lalu, tentara Israel melancarkan serangan paling kejam dan meluas ke Lebanon sejak konfrontasi dengan Hizbullah dimulai sekitar setahun yang lalu.
Pemboman tersebut mengakibatkan terbunuhnya lebih dari 630 orang, termasuk anak-anak dan perempuan, dan lebih dari 2.500 orang terluka, sementara perkiraan resmi menunjukkan sekitar 400 ribu orang mengungsi.
Di sisi lain, Hizbullah meluncurkan salvo rudal yang menargetkan pangkalan dan bandara militer Israel serta wilayah di Galilea, Safed, Haifa dan lainnya, menyebabkan kerugian materi dan manusia serta pecahnya kebakaran.
Disisi lain, tentara Israel juga masih melanjutkan agresinya di Jalur Gaza setelah 11 bulan berturut-turut yang menyebabkan 41.495 orang meninggal dunia, dan 96.600 orang terluka, serta krisis kesehatan dan kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Sholihin Nur |