Presiden Turki Dorong PBB Gunakan Kekuatannya Terhadap Israel
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menyarankan pada Majelis Umum PBB untuk merekomendasikan penggunaan kekuatan, sejalan dengan resolusi yang dikeluarkan pada 1950, jika Dewan Keamanan PBB tidak bisa menghentikan serangan Israel di Jalur Gaza dan Lebanon.
Turki dan negara-negara Uni Eropa menolak sejak awal rencana Israel melakukan operasi darat di Lebanon, dan menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza dan Lebanon serta menghindari eskalasi lebih lanjut.
Advertisement
Namun faktanya, Selasa (1/10/1014) dini hari, Israel mulai melakukan serangan darat ke Lebanon dengan dalih mendorong Hizbullah menjauhi perbatasan dengan Israel serta mengembalikan warga ke tanah yang diduduki.
Erdogan menambahkan setelah pertemuan pemerintah di Ankara, “Majelis Umum PBB harus segera menggunakan wewenangnya untuk merekomendasikan penggunaan kekuatan, seperti yang dilakukan dalam resolusi Persatuan untuk Perdamaian pada tahun 1950, jika Dewan Keamanan PBB tidak mampu menunjukkan kemauan yang diperlukan".
Dia juga mendesak negara-negara Islam untuk mengambil langkah-langkah ekonomi, diplomatik dan politik terhadap Israel untuk menekan negara zionis tersebut agar menerima gencatan senjata.
Erdogan menambahkan bahwa serangan Israel juga akan menargetkan mereka jika tidak segera dihentikan. Apalagi ia memang paling kencang menyikapi kebrutalan Israel terhadap warga Palestina dan kini ditambah terhadap warga lLebanon.
Saat pidato Sidang Umum PBB beberapa hari lalu, ia juga mengecam kehadiran Benjamin Netanyahu pada forum itu.
"Sangat memalukan bahwa seorang penjahat yang melakukan genosida di Palestina bisa mengambil tempat di bawah atap PBB," kata Erdogan kepada wartawan waktu itu sebelum kembali ke negaranya.
Netanyahu diberi kesempatan PBB berpidato pada tanggal 27 September.
"Ini pengkhianatan terhadap kenangan para bayi, anak-anak, ibu, ayah, pejabat PBB, jurnalis dan banyak lainnya yang dibunuh secara brutal," kata Erdogan.
"Kami menyerukan kepada semua orang yang berdiri di sini membuat tatanan yang benar, dari yang tidak bisa membedakan antara yang tertindas dan penindas, pembunuh dan korban, dan tidak bisa memberikan perlakuan yang layak kepada mereka, adalah busuk sampai ke akar-akarnya," tegas dia.
Presiden Turki ini menuduh Israel mengabaikan resolusi PBB dan melanggar prinsip-prinsipnya.
"Israel sedang bermimpi, dan tampaknya bersedia mengubah kehidupan masyarakat di wilayah kami menjadi mimpi buruk untuk mewujudkan mimpi itu," katanya.
"Hitler juga pernah bermimpi dan dia memberikan mimpi buruk kepada orang-orang dari berbagai negara. Pada akhirnya, dia menyadari dengan jelas bahwa apa yang dia lihat adalah mimpi," tuturnya.
Erdogan menegaskan kembali seruannya untuk mereformasi PBB dan Dewan Keamanannya, yang menurutnya tidak efektif dan bias.
"PBB berada dalam posisi yang tidak bisa memenuhi misinya untuk mencegah perang, membuat siapa pun mendengarkan siapa pun, bahkan melindungi pejabatnya sendiri dan meminta pertanggungjawaban Israel atas pembunuhan mereka," kata Erdogan.
"PBB telah berubah menjadi struktur yang menjaga sistem dimana yang kuat adalah yang benar dan telah kehilangan fungsinya. Di bawah sistem saat ini, lima anggota Dewan Keamanan PBB yang tidak tersentuh bisa melakukan apa pun yang mereka inginkan dengan kejam," katanya lagi.
Erdogan memang telah lama mengkritik struktur PBB saat ini, di mana lima anggota tetap Dewan Keamanan memegang 'kekuasaan yang tidak proporsional'.
"Jumlah negara Muslim di dunia sudah pasti, tetapi tidak ada satu pun negara Muslim yang menjadi anggota tetap," katanya seraya menambahkan bahwa sekarang Afrika menginginkan keanggotaan tetap.
"Nah, tidak ada tempat bagi orang Afrika di Dewan Keamanan PBB. Jepang menginginkan keanggotaan. Tetapi tidak ada tempat bagi mereka juga," tambahnya.
Turki, menurut Erdogan, juga berupaya memperoleh kursi tetap di Dewan Keamanan dan akan terus memperjuangkan 'tuntutannya yang adil'. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Rizal Dani |