Giliran Pimpinan Hizbullah Hashem Safieddine Jadi Target Israel
![Safi al-Din menyampaikan pidato pada upacara peringatan pemimpin Hizbullah Muhammad Naeem Nasser pada Juli 2024 (FOTO: Al Jazeera/Getty Images)](https://cdn-1.timesmedia.co.id/images/2024/10/04/Safi-al-Din.jpg)
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Calon pengganti Pemimpin Hizbullah, Hashem Safieddine atau Safi al-Din, kini menjadi target Israel dengan rencana serangan besar-besaran ke Beirut, Lebanon.
Padahal secara resmi, Hizbullah belum mengumumkan bahwa Hashem Safieddine adalah pengganti Hassan Nasrallah.
Advertisement
Namun Israel meyakini, bahwa kepala dewan eksekutif Hizbullah itu adalah menjadi penerus Hassan Nasrallah setelah pembunuhannya minggu lalu.
Hashem Safieddine, secara luas dianggap sebagai pewaris pemimpin Hizbullah yang terbunuh Hassan Nasrallah.
Hashem Safieddine atau Safi al-Din adalah sepupu Hassan Nasrallah, dimana mereka belajar bersamanya di Najaf dan Qom.
Dilansir Al Jazeera, Safi al-Din adalah pemimpin militer dan politik di Hizbullah Lebanon dan lahir pada tahun 1964 di kota Deir Qanun al-Nahr, Lebanon selatan, dan berasal dari keluarga Syiah terkenal di wilayah tersebut.
Ia menempuh pendidikan di seminari Syiah di Irak dan Iran, dan menjadi anggota partai tersebut sejak didirikan dan memegang posisi tinggi.
Setelah Israel membunuh Sekretaris Jenderal partai tersebut, Hassan Nasrallah, pada tanggal 27 September 2024 lalu dalam serangan udara di pinggiran selatan Beirut, nama Safi al-Din muncul sebagai calon penerus Nasrallah untuk memimpin partai dan lembaga-lembaganya.
Yang mencolok dari hubungan Safi al-Din dan Hassan Nasrallah, samping kekerabatannya, juga kesamaan bentuk, suara, penampilan, bahkan pengucapan huruf r dengan cadel yang jelas pada keduanya.
Keluarga Safi al-Din terkenal di bidang politik dan agama, seiring dengan bermunculannya ulama sekte Syiah dan politisi, terutama perwakilan parlemen pada tahun 1960-an dan 1970-an, Muhammad Safi al-Din.
Safi al-Din dan Hassan Nasrallah sama-sama menerima pendidikannya pada tahun 1980-an di seminari Syiah di Najaf di Irak dan Qom di Iran.
Pada tahun 1983, ia menikahi putri Muhammad Ali Al-Amin, anggota Dewan Legislatif Dewan Islam Syiah di Lebanon .
Pada tahun 2020, putranya, Reda menikah dengan Zainab, putri mantan komandan Pasukan Quds di Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Qassem Soleimani, yang dibunuh oleh pasukan Amerika di Bagdad pada 3 Januari 2020.
Saudaranya, Abdullah, adalah perwakilan Hizbullah di Iran. Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepadanya dan menuduhnya melakukan penyelundupan narkoba dan pencucian uang untuk partai tersebut.
Politik dan Militer
Pada tahun 1994, Hizbullah memanggil Safi al-Din dari Seminari Qom untuk memikul tanggung jawab politik dan militer, terutama karena dia adalah salah satu dari tiga orang yang disponsori oleh mantan pemimpin partai tersebut, Imad Mughniyeh (dibunuh oleh Israel di ibu kota, Damaskus, pada bulan Februari 2008) dan bersiap untuk memikul tanggung jawab: Nasrallah, Safi al-Din, dan Nabil Farouk.
Sekembalinya dari Qom, ia menjabat sebagai Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah, yang ibaratnya seperti pemerintahan partai.
Tanggungjawab Safi al-Din adalah melaksanakan kebijakan internal dan mengembangkan struktur administrasi partai, serta mengawasi institusi, dana, dan investasi partai di dalam negeri, serta di luar negeri, terutama di dunia Arab dan Afrika serta Amerika Latin.
Praktis Safi al-Din menjadi orang kedua setelah Nasrallah, dan ia merupakan salah satu pejabat senior partai yang aktif di sayap militer, selain tanggung jawabnya di sayap politik eksekutif.
Pada tahun 2017, Amerika Serikat memasukkannya ke dalam daftar orang-orang yang dituduh melakukan “terorisme,” dan pada tahun 2018, AS menjatuhkan sanksi ekonomi kepadanya, termasuk menyita properti dan rekeningnya, serta mencegah transaksi keuangan dengannya.
Arab Saudi, Bahrain, dan UEA juga memasukkannya ke dalam “daftar teroris”, bersama dengan sejumlah pemimpin partai lainnya.
Beberapa laporan mengatakan bahwa Nasrallah, setelah mengetahui rencana Israel untuk membunuhnya pada tahun 2008, merekomendasikan agar Safi al-Din menjadi penggantinya jika dia dibunuh.
Safi al-Din ditunjuk untuk memimpin Hizbullah di wilayah Beirut pada tahun 1994.
Dia menjabat sebagai presiden Dewan Perlawanan yang bertanggung jawab atas aktivitas militer Al-Haz pada tahun 1995.
Ia menjadi anggota Dewan Syura pada tahun 1998.
Ia juga menjadi ketua Dewan Eksekutif dan menjadi orang kedua di partai tersebut pada tahun 1998.
Dia menjabat sebagai presiden Dewan Jihad (badan tertinggi dalam organisasi militer partai).
Pada bulan November 2010, ia terpilih sebagai komandan militer untuk wilayah selatan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |