Peristiwa Internasional

AS dan Israel Bahas Rencana Pembalasan ke Iran

Rabu, 09 Oktober 2024 - 21:14 | 27.13k
Presiden AS, Joe Biden saat bertemu dengan PM Israel Netanyahu di Gedung Putih di Washington pada 25 Juli 2024 lalu. (FOTO: Reuters)
Presiden AS, Joe Biden saat bertemu dengan PM Israel Netanyahu di Gedung Putih di Washington pada 25 Juli 2024 lalu. (FOTO: Reuters)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat, Joe Biden dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Rabu (9/10/2024) hari ini melalui telepon sedang membahas rencana melakukan serangan balasan terhadap Iran.

Biden dan Netanyahu akan bahas respons Israel terhadap serangan rudal Iran. Netanyahu berjanji Iran akan membayar atas serangan rudalnya beberapa waktu lalu.

Advertisement

Panggilan telepon ini merupakan yang pertama diketahui antara kedua pemimpin itu sejak bulan Agustus lalu.

Timur Tengah, seperti dilansir Reuters sedang gelisah menunggu respons Israel terhadap serangan rudal dari Iran minggu lalu yang dilakukan Teheran sebagai balasan atas eskalasi militer Israel di Lebanon.

Serangan Iran tersebut tidak menyebabkan kematian seorang pun di Israel, tetapi Amerika Serikat justru menyebutnya itu tidak efektif.

Netanyahu telah berjanji bahwa musuh bebuyutannya, Iran, akan membayar mahal serangan misilnya.

Sementara itu, Iran juga menyatakan, bahwa pembalasan apa pun akan dibalas dengan kehancuran besar-besaran.

Karena kini muncul kekhawatiran yang semakin besar akan terjadinya perang yang lebih luas di wilayah penghasil minyak tersebut yang bisa menarik langsung Amerika Serikat kedalam konflik itu

Pembalasan Israel akan menjadi subjek utama komunikasi telepon dengan Washington. "Dan apakah tanggapan tersebut sudah tepat," kata orang lain yang diberi pengarahan tentang diskusi tersebut.

Gedung Putih tidak menanggapi permintaan komentar. Tapi, Jumat lalu, Joe Biden telah mengatakan, bahwa ia akan memikirkan alternatif selain menyerang ladang minyak Iran jika ia berada di posisi Israel.

Biden juga menambahkan bahwa ia berpikir Israel belum memutuskan bagaimana menanggapi Iran. Minggu sebelumnya lagi, Joe Biden juga mengatakan tidak akan mendukung Israel bila menyerang situs nuklir Iran.

Israel telah menghadapi seruan untuk menyetujui kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan Lebanon oleh Amerika Serikat dan sekutu lainnya.

Tetapi Israel mengatakan akan melanjutkan perangnya sampai warga Israel aman.

Israel bersikukuh, bahwa mereka membela diri setelah militan Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober 2023 lalu dan menewaskan 1.200 orang serta menyandera 250 orang lainnya menurut penghitungan Israel.

Namun dalam pembalasannya, Israel telah menghancurkan Gaza, membunuh 42.000 lebih warga sipil Palestina di Gaza yang kebanyakan wanita dan anak-anak, 10.000 lainnya hilang diperkirakan meninggal di bawah reruntuhan gedung.

Hizbullah Lebanon pun tergerak melibatkan diri untuk membela Hamas dan warga Palestina yang mengalami pembantaian menuju genosida itu.

Saat memerangi Hizbullah Lebanon, Israel telah membunuh sedikitnya 2000 warga sipil Lebanon.

Amerika Serikat juga mengatakan pihaknya mendukung Israel menyerang target-target yang didukung Iran seperti Hizbullah dan Hamas.

Israel dan Netanyahu khususnya telah menghadapi kecaman luas atas pembunuhan  42.000 warga Palestina itu dalam perangnya di Gaza

Namun Amerika Serikat terus menerus melindunginya dari berbagai bentuk kecaman dan "perlawanan" dari internasional.

Joe Biden dan Benjamin Netanyahu sebenarnya juga memiliki perbedaan pendapat yang tajam mengenai pelaksanaan perang dalam beberapa bulan terakhir, yang berpotensi menimbulkan ketegangan.

Yoav Gallant Dilarang ke AS

Benjamin Netanyahu melarang panglima perangnya yang juga Menteri Pertahanan, Yoav Gallant bepergian ke AS.

Netanyahu bersikeras berbicara dulu pertelepon dengan Presiden AS Biden sebelum Yoav Gallant mengunjungi Washington untuk merencanakan perangnya melawan Iran

Yoav Gallant pun akhirnya menunda perjalanannya ke Washington, yang sudah dijadwalkan pada 8 Oktober karena ditentang Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Benjamin Netanyahu juga dilaporkan menginginkan persetujuan kabinetnya lebih dulu untuk  menyerang Iran dan juga  berbicara dengan Presiden AS.

"Kami baru saja mendapat informasi bahwa Menteri Gallant menunda kunjungannya ke Washington, DC. Menteri Austin sebenarnya berharap bisa segera bertemu dengannya," kata Wakil Sekretaris Pers Pentagon, Sabrina Singh dalam sebuah pengarahan pada Selasa malam.

Padahal Pentagon telah mengumumkan pada hari Minggu bahwa Yoav Gallant akan mengunjungi AS untuk membahas perkembangan di kawasan tersebut.

Israel berupaya keras untuk melakukan serangan pembalasan atas serangan Iran baru-baru ini terhadap pangkalan militernya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES