Rusia Kehilangan 600 Ribu Pasukan Selama Perang dengan Ukraina

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte menyatakan, bahwa lebih dari 600.000 tentara Rusia tewas dan terluka selama perang dengan Ukraina.
Karena itu Mark Rutte mengkritik peningkatan kerjasama antara Rusia dan Korea Utara yang telah mengirimkan ribuan tentaranya itu.
Advertisement
Mark Rutte menegaskan, bahwa Rusia tidak bisa melanjutkan perang tanpa dukungan asing.
Ia juga memastikan, bahwa unit militer Korea Utara telah dikirim ke wilayah Kursk di Rusia barat, mengingat pengerahan pasukan tersebut merupakan indikasi meningkatnya keputusasaan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
"Kerja sama militer yang semakin erat antara Rusia dan Korea Utara merupakan ancaman bagi keamanan Indo-Pasifik dan Euro-Atlantik. Kerja sama ini merusak perdamaian di Semenanjung Korea dan memicu perang Rusia melawan Ukraina," katanya.
"Pyongyang telah memasok Rusia dengan jutaan amunisi dan rudal balistik yang memicu konflik besar di jantung Eropa dan merusak perdamaian dan keamanan global. Sebagai gantinya, Presiden Vladimir Putin menyediakan teknologi militer dan dukungan lain kepada Korea Utara untuk menghindari sanksi internasional," katanya lagi.
Hal ini, lanjut Mark Rutte, pentingnya demokrasi bersatu untuk menegakkan nilai-nilai dan menghadapi tantangan keamanan bersama.
"Lebih dari 600.000 tentara Rusia telah tewas atau terluka dalam perang. Presiden Vladimir Putin, tidak bisa mempertahankan serangannya ke Ukraina tanpa dukungan asing. Ini karena Ukraina melawan balik dengan keberanian, ketahanan, dan kecerdikan," tambahnya.
"Sekutu NATO akan terus mendukung Ukraina yang bebas dan demokratis, karena keamanan Ukraina adalah keamanan kita. Hari ini, kita membahas perlunya untuk lebih memperkuat dukungan militer kepada Ukraina. Kami secara aktif berkonsultasi dalam Aliansi, dengan Ukraina, dan dengan mitra Indo-Pasifik kami mengenai perkembangan ini, dan kami terus memantau situasi dengan saksama. Hari ini, saya telah menjadwalkan panggilan telepon dengan Presiden Yoon dari Republik Korea, dan dengan Menteri Pertahanan Umerov dari Ukraina," kata Mark Rutte lagi.
Pasukan Ukraina melancarkan serangan besar-besaran ke Kursk pada Agustus lalu dan masih berada di sana. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |