Warga Israel Berunjukrasa, Suarakan Tentaranya yang Kelelahan Perang
![Pengunjuk rasa Israel yang menuntut kesepakatan membebaskan semua sandera di Gaza. (FOTO: Arab News/Reuters)](https://cdn-1.timesmedia.co.id/images/2024/11/03/Warga-Israel-Berunjukrasa.jpg)
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ratusan warga Israel, Sabtu (2/11/2024) berunjukrasa di Tel Aviv menyuarakan rasa frustrasi mereka terhadap pemerintah Benjamin Netanyahu. Mereka menuntut pengembalian sandera di Gaza.
Para pengunjukrasa itu berdemonstrasi menentang pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan menuntut kesepakatan untuk membebaskan semua sandera yang ditawan di Gaza.
Advertisement
Unjukrasa itu, seperti dilansir Arab News, diselenggarakan oleh kelompok kampanye Forum Sandera dan Keluarga Hilang.
Mereka juga mengangkat isu penderitaan tentara Israel, yang telah kelelahan selama lebih dari setahun dalam perang Gaza.
Mereka berunjukrasa karena Israel telah gagal mengamankan kesepakatan gencatan senjata untuk membawa pulang para sandera yang tersisa di Gaza.
Para demonstran itu mengibarkan bendera di pusat komersial negara itu dengan memegang plakat dan slogan-slogan antara lain bertuliskan "Kesepakatan sekarang," "Hentikan perang" dan "Kami tidak akan meninggalkan mereka,".
Dengan menabuh genderang mereka berteriak: "Mengapa mereka masih di Gaza?"
"Ada banyak sekali peluang untuk mengakhiri krisis ini dan semuanya ditorpedo oleh pemerintah," kata salah seorang demonstran, Zahiro Shahar Mor, seorang karyawan bank berusia 52 tahun dari Tel Aviv.
"Siklus kekerasan meningkat minggu demi minggu dan kami tidak melihat ada akhirnya," tambah Mor, yang pamannya Avraham Munder terbunuh dalam penahanan di Gaza, dan yang berkampanye untuk pembebasan orang-orang yang dicintai orang lain.
Para kritikus mempertanyakan mengapa gencatan senjata masih belum terwujud sekarang setelah Israel mencapai banyak tujuan perangnya, termasuk setelah pembunuhan pemimpin Hamas Yahya Sinwar bulan lalu.
Padahal para pejabat Israel dan AS serta beberapa analis mengatakan Sinwar merupakan hambatan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dalam perang antara Israel dan Hamas.
Ifat Kalderon, seorang pengunjuk rasa antipemerintah terkemuka yang khawatir akan sepupunya yang masih ditahan di Gaza, menyalahkan Benjamin Netanyahu, perdana menteri Israel yang paling lama menjabat.
"Setiap kesepakatan penyanderaan yang mulai mereka bicarakan, dia (Benjamin Netanyahu) selalu menyabotase. Dia selalu menyalahkan Sinwar, tetapi sekarang tidak ada Sinwar. Tetapi dia membuat alasan-alasan lain," kata penata gaya berusia 50 tahun itu kepada AFP.
"Ini perang berdarah, kita harus menghentikannya. Cukup. Begitu banyak tentara yang tewas. Dan warga negara biasa," katanya, merujuk pada warga sipil dari kedua belah pihak yang berkonflik yang membayar dengan nyawa mereka.
Perang di Gaza meletus sejak pada 7 Oktober 2023 setelah militan Palestina, Hamas menyerang Israel, yang mengakibatkan 1.206 warga Israel mati.
Israel kemudian melakukan pembalasan dan telah membunuh 43.314 orang di Gaza dimana sebagian besar dari mereka adalah warga sipil dan kebanyakan wanita dan anak-anak.
Dam serangan 7 Oktober itu, Hamas juga menyandera 251, dimana 97 diantaranya sampai kini diyakini masih berada di Gaza. Militer Israel mengatakan 34 dari mereka tewas.
Selain mengemukakan penderitaan tentara Israel yang kelelahan karena perang selama satu tahun di Gaza itu, pengunjukrasa juga
berharap adanya intervensi internasional, termasuk dari Amerika Serikat, yang mengadakan pemilihan presiden pada hari Selasa.
"Saya berharap siapa pun yang menang akan cukup dewasa untuk menjepit anak-anak di Timur Tengah dan memaksa mereka ke meja perundingan," kata pengunjuk rasa Mor.
Ia mengatakan “kecewa, frustrasi dan marah” atas tidak tercapainya kesepakatan penyanderaan tetapi “tetap berharap bagi orang-orang yang disandera di Gaza masih hidup”.
Pembunuhan Yahya Sinwar memicu harapan bahwa kehidupan baru bisa dihembuskan ke dalam negosiasi yang telah berlangsung selama berbulan-bulan tanpa hasil untuk gencatan senjata dengan pembebasan sandera dan tahanan.
Pembicaraan tersebut telah dimediasi oleh Amerika Serikat, Qatar dan Mesir.
Seorang pejabat Hamas mengatakan pada hari Jumat, bahwa kelompoknya menerima proposal dari Mesir dan Qatar untuk gencatan senjata jangka pendek, sehingga hal itu ditolaknya.
Hamas menegaskan kembali bahwa apa yang diinginkan rakyat Palestina adalah gencatan senjata yang lengkap, menyeluruh dan abadi.”
Demonstran Simone Spak Safran mengatakan, ia yakin pemerintah Israel sudah tidak peduli dengan para sandera.
"Beberapa kali kesepakatan tidak tercapai, dan bukan hanya karena Hamas. Saya tidak mengharapkan apa pun dari pemerintah ini,” kata pria berusia 77 tahun asal Herzliya itu kepada AFP.
Karena itu ratusan warga Israel, terutama dari kelompok kampanye Forum Sandera dan Keluarga Hilang berunjukrasa di ibukota Tel Aviv agar perang dihentikan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |