Pilpres AS: Kamala Harris, dari Aktivis Keadilan hingga Calon Presiden
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pemilihan Presiden Amerika Serikat akan berlangsung hari ini, Selasa (5/11/2024) pagi waktu setempat atau malam hari WIB. Pilpres AS 2024 akan mempertemukan Kamala Harris dari Partai Demokrat dengan Donald Trump yang menjadi jagoan Partai Republik.
Berikut profil Kamala Haris yang disadur dari VOA Indonesia.
Advertisement
Sebagai calon presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris menggabungkan pengalaman kariernya sebagai penegak hukum dengan visi progresif untuk Amerika. Pertanyaannya kini, mampukah ia melangkah menuju kursi presiden ke-47 AS?
Latar Belakang yang Kental Nilai Keberagaman
Kamala Harris lahir pada 1964 di lingkungan yang beragam dan liberal di San Francisco, California. Ibunya, Shyamala Gopalan, adalah imigran asal India, dan ayahnya, Donald Harris, berasal dari Jamaika. Mereka bertemu di Berkeley, sebuah pusat advokasi perdamaian dan hak asasi manusia pada masa itu. Sejak kecil, Harris sudah diperkenalkan pada dunia aktivisme; ia kerap dibawa ke berbagai aksi demonstrasi.
Pada usia enam tahun, orang tua Harris bercerai, dan ia bersama adiknya, Maya, tinggal bersama sang ibu dalam kondisi sederhana. Mereka hidup di sebuah apartemen kecil di atas tempat penitipan anak di Berkeley.
Dari Howard University hingga Jabatan Jaksa Agung
Harris melanjutkan pendidikan tinggi di Howard University, universitas historis dengan mayoritas mahasiswa kulit hitam. Setelah lulus, ia mengejar karier sebagai jaksa penuntut di California dan pada 2002 terpilih sebagai Jaksa Agung San Francisco—menjadi salah satu wanita pertama yang memegang jabatan tersebut di wilayah tersebut. Aktivis Andrea Dew Steele mengingat perjalanannya yang tidak mudah, namun menilai Harris memiliki bakat dan ketekunan yang luar biasa.
Saat menjabat sebagai jaksa, Harris mengambil berbagai tindakan penting, seperti memperpanjang hukuman bagi pelaku kekerasan sambil menawarkan program rehabilitasi bagi pelaku kejahatan non-kekerasan.
Menjadi Suara di Senat dan Loncatan ke Panggung Nasional
Pada 2010, Harris terpilih sebagai Jaksa Agung California. Salah satu langkahnya yang terkenal adalah menuntut bank-bank yang terlibat dalam praktik pinjaman yang dianggap menyesatkan serta memberantas kegiatan geng kriminal.
Pada 2016, Harris memasuki dunia politik nasional sebagai senator AS, di mana ia menjadi vokal mengenai isu-isu seperti imigrasi, kesehatan, dan reformasi peradilan pidana. Perannya yang aktif dalam sidang dengar pendapat di Senat membuatnya semakin dikenal di tingkat nasional.
Pilpres 2020 dan Menjadi Wakil Presiden Perempuan Pertama
Harris mencalonkan diri dalam pemilihan presiden 2020, namun gagal memenangkan nominasi Partai Demokrat. Meskipun demikian, ia kemudian dipilih oleh Joe Biden sebagai pasangan calon wakil presiden, dan bersama-sama mereka memenangkan pilpres. Kemenangannya menandai sejarah sebagai wakil presiden perempuan pertama dari etnis non-kulit putih di Amerika Serikat.
Di awal masa jabatannya, Harris diberi tugas mengelola isu perbatasan selatan AS dan hubungan dengan negara-negara di Amerika Tengah. Tugas tersebut mendapat banyak sorotan dan kritik, khususnya dari lawan-lawan politiknya.
Sebagai wakil presiden, Harris kerap menggantikan Biden dalam pertemuan penting dengan pemimpin dunia. Kini, menjelang pilpres, Harris resmi menggantikan Biden yang memilih mundur dari pencalonan kembali, membuka jalan baginya menuju pencalonan sebagai presiden berikutnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |