Peristiwa Internasional

Jelang Pilpres AS, Situasi Negeri Paman Sam Kian Tegang

Selasa, 05 November 2024 - 08:45 | 22.72k
Tulisan 'Dilarang Masuk: Hanya Personel yang Berwenang' ditempelkan di pagar besi di sekitar Lafayette Square
Tulisan 'Dilarang Masuk: Hanya Personel yang Berwenang' ditempelkan di pagar besi di sekitar Lafayette Square

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Rakyat Amerika Serikat sedang bersiap menghadapi kerusuhan sipil di tengah prediksi menakutkan tentang 'pertumpahan darah' selama pemilihan presiden. Pilpres AS sendiri akan berlangsung Selasa (5/11/2024) hari ini.

Ketegangan itu  tampaknya bergantung pada hasil di tujuh negara bagian yang menjadi penentu , membangkitkan kenangan menyakitkan tentang upaya pembunuhan baru-baru ini dan kekacauan setelah pemungutan suara tahun 2020.

Advertisement

Steve Cohen, seorang Demokrat mengatakan, mungkin ada pertumpahan darah jika Kamala Harris mengalahkan Donald Trump.

Dilansir Daily Mail,  bisnis-bisnis di Washington DC sejak hari Senin menutup jendela-jendela mereka.

Sementara pagar keamanan dipasang di sekitar Gedung Putih , kediaman Wakil Presiden AS Kamala Harris serta gedung-gedung penting lainnya di ibu kota.

Perkelahian telah terjadi di tempat pemungutan suara dan petugas pemilu telah bersiap menghadapi serangan bersenjata, di tengah serentetan ancaman untuk meledakkan kantor-kantor politik dan tempat-tempat sensitif lainnya menjelang hari pemilihan.

Bahkan Negara bagian Washington  telah mengaktifkan beberapa anggota Garda Nasional untuk bersiaga.

Seorang anggota kongres Demokrat telah memperingatkan 'mungkin ada pertumpahan darah' akibat bentrokan antara pemilih yang marah.

Polisi dan pasukan pengamanan bersiaga menghadapi kekacauan pemilu di  Portland, Oregon, yang memiliki catatan kekerasan Antifa, di mana Wali Kota Ted Wheeler memperingatkan tentang 'ketidakpastian dan ketegangan' selama pemungutan suara.   

Pemilu Amerika Serikat pada tahun 2024 ini  diwarnai pertumpahan darah, dengan penembakan pada 13 Juli di  rapat umum Donald Trump di Butler, Pennsylvania yang menyerempet telinga mantan presiden itu dan menyebabkan satu peserta kampanye tewas dan dua lainnya terluka.

Kontes ini juga dirusak oleh retorika yang memberatkan antara kubu yang bersaing.

Seorang pembicara di rapat umum Trump baru-baru ini berbicara tentang 'pembantaian' Demokrat, dan Trump sendiri telah berbicara tentang penembakan terhadap mantan anggota kongres Republik Liz Cheney.

Sementara itu, Kamala Harris menyebut Trump sebagai 'ancaman' bagi demokrasi yang harus dikalahkan di kotak suara. Sementara bosnya, yakni Presiden Joe Biden yang akan lengser, menyebut pendukung Partai Republik MAGA sebagai 'sampah'.

Sementara itu, momok tanggal  6 Januari 2021, ketika pendukung Trump menyerbu Gedung Capitol AS , yang berupaya membatalkan kekalahan pemilu mantan presiden itu terhadap Biden, juga ikut telah membayangi politik AS.

Kali ini, Trump berulang kali menolak menyatakan apakah dia akan menerima hasil pemilu.

Bahkan untuk Pemilu 2024 ini pun ia sudah menuduh adanya kecurangan-kecurangan di negara-negara bagian yang persaingannya ketat seperti Pennsylvania, yang menyiapkan dasar bagi apa yang ditakutkan banyak orang akan menjadi kerusuhan lebih lanjut.

Pendukung Trump, Bill Robinson, 65, dari North Carolina mengatakan, beberapa bentuk kekerasan kini tampaknya mungkin terjadi.

"Itu kemungkinan yang mengerikan, karena sepertinya tidak ada pilihan lain selain semacam kerusuhan ekstrem," kata Robinson kepada USA Today.

Gedung Putih Dipagari Besi Tebal

Sementara itu, Gedung Putih di pusat kota Washington, DC telah dipasang pagar besi tebal setinggi sekitar 10 kaki

Wisatawan, penduduk setempat dan pegawai pemerintah yang biasanya mencari udara segar pada jam makan siang, telah disuguhi pemandangan yang tidak biasa, yakni pagar besi itu.

Biasanya warga dan wisatawan makan siangnya berkumpul seperti biasa di Lafayette Square, di sebelah Gedung Putih di pusat kota Washington, DC.

Pagar besi tebal setinggi sekitar 10 kaki itu sealn mengelilingi Gedung Putih, jalan di depannya, juga termasuk patung perunggu mantan Presiden Andrew Jackson di atas kudanya di tengah taman.

Keputusan Dinas Rahasia untuk memasang pagar besi menjelang Hari Pemilu itu membuat para turis kecewa dan warga Amerika gelisah karena kemungkinan terjadinya kekerasan atau kerusuhan di ibu kota negara di tengah pemilu yang luar biasa ketat.

Tulisan-tulisan "Dilarang Masuk: Hanya Personel yang Berwenang" juga ditempelkan di pagar besi di sekitar Lafayette Square itu.

"Saya kecewa," kata Rose Jones, 77,  saat berdiri bersama keluarganya di depan pagar pembatas yang berat.

"Anak-anak ingin melihat Gedung Putih, tetapi sekarang mereka tidak dapat melihatnya," kata Jones, yang datang dari North Carolina dan hanya memiliki satu hari di ibu kota negara itu. 

Jones juga bukan satu-satunya yang tiba di alun-alun dan terkejut karena mendapati bangunan paling terkenal di Washington itu ditutup pagar

"Kami menempuh perjalanan jauh untuk datang ke sini, tetapi tempat ini belum dibuka," kata Alison Carrillo, 16, di Washington bersama orang tua, saudara laki-lakinya, dan neneknya untuk pertama kalinya.

Pengunjung menyatakan kekecewaannya karena pagar menghalangi Gedung Putih dan sebagian Lafayette Square.

"Setelah serangan pada 6 Januari 2021 di Capitol oleh massa yang pendukung Donald Trump, sangat bisa dimengerti bahwa mereka menutup tempat ini," katanya.

Orang-orang masuk melalui beberapa celah di pagar luar yang membentang di sepanjang Lafayette Square di H St NW.

Para turis hanya bisa mengintip melalui pagar bagian dalam, mencoba mengambil gambar melalui kawat yang dijalin rapat, namun tetap saja gagal. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES