Peristiwa Internasional

PBB Sebut Korban Perang Gaza 70 Persen Wanita dan Anak-anak

Senin, 11 November 2024 - 06:27 | 21.99k
Dua wanita Palestina berteriak histeris saat mereka bersandar di dinding dan menggendong dua anak, seorang gadis kecil dan seorang bayi yang dibungkus selimut.(FOTO: BBC/Reuters)
Dua wanita Palestina berteriak histeris saat mereka bersandar di dinding dan menggendong dua anak, seorang gadis kecil dan seorang bayi yang dibungkus selimut.(FOTO: BBC/Reuters)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTAPBB mengatakan, analisisnya menunjukkan hampir 70 persen korban meninggal dunia yang diverifikasi selama periode enam bulan karena perang di Gaza adalah perempuan dan anak-anak.

PBB mengatakan sekitar 44 persen korban yang terverifikasi itu adalah anak-anak dan 26 persen lainnya adalah perempuan. Kantor Hak Asasi Manusia PBB telah mengecam tingginya jumlah warga sipil yang dibunuh dalam perang di Gaza itu.

Advertisement

PBB mengatakan tingginya jumlah korban perempuan dan anak-anak sebagian besar disebabkan oleh penggunaan senjata oleh Israel yang berdampak luas di wilayah yang berpenduduk padat.

Beberapa kematian para wanita dan anak-anak itu tidak menutup kemungkinan disebabkan oleh proyektil yang salah sasaran oleh kelompok bersenjata Palestina.

Laporan itu menyatakan, ditemukan pelanggaran hukum internasional pada tingkat yang "belum pernah terjadi sebelumnya", sehingga meningkatkan kekhawatiran tentang kejahatan perang dan kemungkinan kejahatan kekejaman lainnya.

Israel beberapa waktu lalu mengatakan, pihaknya menargetkan Hamas dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko bagi warga sipil dengan menggunakan amunisi presisi.

Badan PBB itu mengatakan, juga telah memverifikasi rincian 8.119 orang yang meninggal dunia di Gaza dari November 2023 hingga April 2024.

Analisisnya menemukan sekitar 44 persen korban yang terverifikasi adalah anak-anak dan 26 persen adalah perempuan. Usia yang paling banyak terwakili diantara korban meninggal dunia adalah anak-anak berusia lima hingga sembilan tahun.

"Sekitar 80 persen korban meninggal di bangunan tempat tinggal atau perumahan serupa," tambah badan tersebut.

Laporan itu juga mengatakan, data tersebut menunjukkan ketidakpedulian yang nyata terhadap kematian warga sipil dan dampak dari sarana dan metode peperangan.

Kementerian kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, yang datanya dianggap bisa diandalkan oleh PBB, telah melaporkan, bahwa jumlah total korban meninggal dunia lebih dari 43.300 orang selama 13 bulan terakhir.

Selain itu masih banyak pula jasad yang diyakini masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan yang dibombardir.

Kementerian Kesehatan mengatakan, pihaknya memperoleh data demografi lengkap untuk mayoritas korban meninggal dunia dan melaporkan bahwa anak-anak menyumbang sepertiga dari jumlah tersebut.

Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa "tingkat pembunuhan dan cedera warga sipil yang belum pernah terjadi sebelumnya ini merupakan konsekuensi langsung dari kegagalan mematuhi prinsip-prinsip dasar hukum humaniter internasional.

Dia mengutip hukum pembedaan, yang mengharuskan pihak yang bertikai untuk membedakan antara kombatan dan warga sipil, proporsionalitas, yang melarang serangan di mana kerugian bagi warga sipil lebih besar daripada keuntungan militer, dan tindakan pencegahan dalam serangan.

Turk menyerukan perhitungan yang semestinya terhadap tuduhan pelanggaran serius hukum internasional.

IDF sebelumnya telah mengatakan kepada BBC dalam menanggapi kritik bahwa pihaknya "akan terus bertindak, sebagaimana yang selalu dilakukannya, menurut hukum internasional".

Laporan itu juga mengatakan cara pihak-pihak yang bertikai melakukan konflik di Gaza telah menyebabkan penderitaan manusia yang mengerikan".

PBB mengatakan kelompok bersenjata Palestina telah melancarkan perang dari daerah berpenduduk padat dan menggunakan proyektil tanpa pandang bulu, yang kemungkinan besar turut menyebabkan jumlah korban tewas.

Sementara IDF telah menghancurkan infrastruktur sipil dan membiarkan banyak orang hidup, terluka, mengungsi dan kelaparan, tanpa akses terhadap air, makanan atau layanan kesehatan yang memadai".

Situasinya paling buruk di Gaza utara, yang menurut kelompok bantuan telah dikepung sejak awal Oktober ketika Israel melancarkan serangan darat baru terhadap Hamas.

PBB mengatakan tidak ada bantuan pangan yang masuk ke utara selama dua minggu pertama bulan Oktober. Hal ini mendorong AS untuk mengeluarkan ultimatum kepada Israel untuk meningkatkan bantuan paling lambat 12 November atau berisiko kehilangan sebagian dukungan militer.

Jan Egeland, kepala organisasi bantuan Norwegian Refugee Council mengatakan kepada BBC pada hari Jumat, bahwa ia melihat kehancuran, keputusasaan, tak dapat dipercaya dalam kunjungannya baru-baru ini ke Gaza.

"Hampir tidak ada bangunan yang tidak rusak. Dan sebagian besar wilayah tampak seperti Stalingrad setelah Perang Dunia Kedua. Anda tidak dapat membayangkan betapa intensnya pemboman tanpa pandang bulu ini terhadap populasi yang terjebak ini," tegasnya.

"Jelas bahwa yang terutama dan terutama adalah anak-anak dan perempuan yang membayar harga atas perang yang tidak masuk akal ini," tambahnya.

Israel melancarkan serangan militernya hingga saat ini di Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, dan PBB mengatakan menganalisa  bahwa hampir 70 persen yang dibunuh selama periode enam bulan terakhir adalah perempuan dan anak-anak. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES