Peristiwa Internasional

PM Israel Benjamin Netanyahu Cari Muka kepada Donald Trump, Ini Tujuannya

Kamis, 14 November 2024 - 13:55 | 30.49k
Benjamin Netanyahu (kanan) mengandalkan Donald Trump untuk melanjutkan perangnya di Gaza dan Lebanon. (FOTO: Al Jazeera)
Benjamin Netanyahu (kanan) mengandalkan Donald Trump untuk melanjutkan perangnya di Gaza dan Lebanon. (FOTO: Al Jazeera)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu berusaha cari muka kepada Presiden AS terpilih, Donald Trump dengan menyiapkan perjanjian gencatan senjata untuk Lebanon.

Perjanjian gencatan senjata dengan segala syarat-syaratnya yang akan disajikan Netanyahu itu dikatakan sebagai 'hadiah' baik kepada Amerika Serikat maupun Israel sendiri.

Advertisement

Sejak semula Benjamin Netanyahu sangat berharap Donald Trump kembali menjadi Presiden AS lagi karena keinginannya untuk melanjutkan perang.

Netanyahu, seperti dilansir Al Jazeera, juga sangat mengandalkan Donald Trump dan pemerintahannya untuk menggapai visinya di kawasan Timur Tengah.

Karenanya, surat kabar Amerika, The Washington Post menyebutkan, dalam sebuah langkah yang tidak mengejutkan banyak pengamat, Benjamin Netanyahu lantas bermaksud menyiapkan rencana gencatan senjata di Lebanon sebagai hadiah kepada Presiden terpilih Donald Trump.

Surat kabar tersebut  kemudian mengutip seorang pejabat Israel yang mengatakan, bahwa ada pemahaman bahwa Israel akan memberikan hadiah kepada Trump Januari mendatang soal Lebanon.

Surat kabar tersebut juga mengutip 3 pejabat dan mantan pejabat Israel yang mengatakan, bahwa seorang ajudan yang dekat dengan Netanyahu mengatakan kepada Trump dan Jared Kushner bahwa Israel tiba-tiba berkeinginan melanjutkan perjanjian gencatan senjata di Lebanon dengan tujuan memberi kemenangan awal dalam kebijakan luar negeri bagi sang Presiden AS terpilih.

Menteri Urusan Strategis Israel, Ron Dermer, yang dekat dengan Netanyahu, sebelumnya telah bertemu dengan Donald Trump di resornya, Mar-a-Lago, di negara bagian Florida, AS, sebelum ia memulai pertemuan resminya di Washington, DC.

Perilaku Menyimpang

Beberapa komentator Amerika menganggap,  perilaku ini merupakan penyimpangan dari kebiasaan Amerika pada masa pemerintahan Netanyahu, dan bahwa tindakan ini hanya bertujuan untuk mengamankan hubungan istimewanya dengan pemerintahan baru Partai Republik.

The Washington Post lebih lanjut melaporkan, bahwa pembicaraan yang diadakan dengan Trump itu berfokus pada proposal Israel untuk gencatan senjata di Lebanon, kerja sama Barat dan Rusia.

Dikutip dari seorang pejabat militer Israel, laporan itu mengatakan, bahwa Israel juga menyiapkan langkah mengintensifkan operasi darat di Lebanon jika perundingan tersebut akhirnya gagal, dan menekankan bahwa ketentuan perjanjian tersebut akan mengharuskan Hizbullah untuk mundur ke luar Sungai Litani.

Tentara Lebanon hanya diberi batas waktu 60 hari oleh Israel untuk menguasai wilayah perbatasan di bawah pengawasan Amerika Serikat dan Inggris.

Proposal Israel itu juga  menyerukan kepada Rusia untuk mencegah Hizbullah mempersenjatai kembali melalui jalur darat Suriah, ketika para pejabat Rusia mengunjungi Israel bulan lalu untuk membahas rencana tersebut.

The Washington Post juga melaporkan, bahwa Menteri Israel Dermer diam-diam mengunjungi Rusia untuk diskusi lebih lanjut.

Dalam upaya untuk menghilangkan rasa malu pemerintahan Amerika saat ini, surat kabar tersebut mengutip seorang pejabat Amerika dan diperoleh kabar, bahwa Netanyahu masih berhubungan dengan pemerintahan Presiden Joe Biden mengenai proses gencatan senjata di Lebanon itu.

Dijelaskan bahwa upaya untuk mencapai kemungkinan kesepakatan masih dilakukan oleh tim Biden, dan kemajuan telah dicapai dalam hal ini.

Warga Lebanon menunggu

Asisten politik Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri, Ali Hassan Khalil mengatakan, bahwa negaranya sedang menunggu memperoleh rancangan penyelesaian baru, termasuk rumusan kesepakatan.

Khalil meyakinkan Al Jazeera, bahwa posisi Lebanon sudah jelas, yakni mematuhi Resolusi 1701 dengan segala ketentuannya, termasuk pemantauan pelaksanaannya. Dia tegaskan, tidak ada warga Lebanon bisa menerima bahwa Israel akan memiliki kebebasan bergerak di Lebanon setelah perjanjian tersebut.

Perdana Menteri pemerintah sementara Lebanon, Najib Mikati, menyatakan, bahwa prioritas solusi damai adalah menerapkan Resolusi Internasional 1701 dan mewajibkan Israel untuk melaksanakannya secara penuh.

Mikati menegaskan kembali penolakan Lebanon terhadap segala kondisi yang merupakan pelanggaran terhadap resolusi tersebut. Pemerintahnya berkomitmen untuk memperkuat kehadiran tentara Lebanon di selatan bekerja sama dengan pasukan UNIFIL .

Surat kabar Israel Today melaporkan, bahwa utusan AS Amos Hockstein diperkirakan akan menyampaikan perjanjian gencatan senjata ke Lebanon dalam beberapa hari ke depan.

Gencatan Senjata

Dalam konteks terkait, Menteri Pertahanan Israel Yisrael Katz menegaskan, bahwa Israel tidak akan melakukan gencatan senjata dan tidak akan menerima penyelesaian apa pun yang tidak mencapai tujuan perang, termasuk perlucutan senjata Hizbullah dan penarikannya keluar dari Litani.

Katz mengatakan, selama tur di perbatasan Lebanon, bahwa Israel tidak akan membiarkan penyelesaian apa pun tanpa penyelesaian termasuk mencapai tujuan perang secara keseluruhan, yaitu melucuti senjata Hizbullah dan penarikannya keluar dari Litani.

Selain itu, juga menciptakan kondisi dasar bagi Israel untuk kembali ke Lebanon. kota-kota di utara dengan selamat."

Menurut surat kabar "Israel Today", meskipun ada pembicaraan untuk mencoba mencapai kesepakatan, Israel tetap berusaha membangun zona penyangga di Lebanon selatan.

Pada saat yang sama, pihaknya berupaya mempertahankan kemampuan untuk mengebom Lebanon kapan saja meski kondisi tercapainya perjanjian gencatan senjata.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot, Rabu kemarin. mengatakan Rabu, bahwa ia mendengar suara-suara di Israel yang menuntut agar mereka tetap bisa melancarkan serangan kapan saja, dan bahkan menyerang Lebanon."

Jean-Noel Barrot mengadakan pembicaraan dengan Dermer dan Katz minggu lalu. Setelah bentrokan dengan faksi-faksi di Lebanon – terutama Hizbullah – konflik dimulai sehari setelah Israel melancarkan perang genosida terhadap Gaza.

Sejak 23 September 2024 lalu, Israel telah memperluas cakupan genosidanya hingga menyasar ke sebagian besar wilayah Lebanon, termasuk ibu kotanya, Beirut melalui serangan udara, dan juga memulai invasi darat di selatan.

Agresi Israel terhadap Lebanon mengakibatkan total 3.287 orang meninggal dunia dan 14.222 orang lainnya luka-luka, termasuk sejumlah besar anak-anak dan perempuan, serta lebih dari 1.200.000 orang mengungsi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES