Ramai Tagar #KaburAjaDulu, Begini Pesan Bijak untuk Mahasiswa Indonesia di Tunisia

TIMESINDONESIA, TUNISIA – Perayaan Milad ke-31 Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Tunisia yang digelar di Cenima le Colisee, Minggu (23/2/2025), menjadi ajang inspiratif bagi mahasiswa Indonesia di Tunisia. Hadir dalam acara tersebut Duta Besar Indonesia untuk Tunisia Zuhairi Misrawi, serta sejumlah akademisi ternama, termasuk Rektor Universitas Tunis 9 Avril Tunisia, Prof Abdel Hamid Fanina.
Kontributor TIMES Indonesia dari PPI Tunisia, Muhammad Dakhlan Gazali, melaporkan, dalam pidatonya yang penuh semangat, Prof. Abdel Hamid Fanina menegaskan bahwa mahasiswa yang menempuh pendidikan di luar negeri harus memiliki visi besar untuk masa depan bangsa.
Advertisement
Baginya, menuntut ilmu di negeri orang bukan hanya sekadar mengejar gelar akademik. Namun juga membangun jaringan, memperluas wawasan, dan menanamkan kepedulian sosial yang kuat terhadap tanah air.
"Belajar di luar negeri bukan hanya soal meraih gelar, tetapi juga membentuk karakter, memperkaya wawasan, dan membawa perubahan nyata bagi bangsa kalian," ujar Prof. Fanina dalam bahasa Arab, disambut tepuk tangan ratusan peserta.
Lebih lanjut, ia mengajak mahasiswa Indonesia untuk mempertimbangkan Universitas Tunis 9 Avril Tunisia sebagai pilihan studi. Dengan lingkungan akademik yang kompetitif dan peluang yang luas, ia percaya mahasiswa Indonesia dapat berkembang dan menjadi bagian dari kemajuan global.
"Kami ingin lebih banyak mahasiswa Indonesia bergabung di Universitas 9 Avril. Dengan dukungan akademik yang kuat, kami yakin kalian bisa berkontribusi besar bagi perubahan dunia," tambahnya.
Menjawab Tantangan Pendidikan Global
Dalam sesi talk show yang menjadi bagian dari perayaan ini, Prof. Muhammad Luthfi Zuhdi, Lc., MA., Ph.D., juga menyoroti peran generasi muda dalam menghadapi tantangan pendidikan global.
Salah satu mahasiswa Universitas Zaitunah mengajukan pertanyaan terkait fenomena yang tengah viral di media sosial, yakni tagar #KaburDuluAja.
Tren ini mencerminkan keinginan banyak pemuda Indonesia untuk mencari pengalaman dan pendidikan di luar negeri sebelum akhirnya memutuskan kembali atau menetap di luar negeri.
"Bagaimana pandangan kita sebagai pemuda Indonesia terhadap tren #KaburDuluAja? Apakah ini merupakan strategi yang bijak, atau justru menunjukkan menurunnya rasa nasionalisme?" tanyanya.
Menanggapi hal tersebut, Prof. Muhammad Luthfi Zuhdi menekankan bahwa yang terpenting bukanlah pergi atau tinggalnya seseorang di luar negeri. Tetapi bagaimana ilmu dan pengalaman yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk kemajuan Indonesia.
"Fenomena ini harus dilihat dari dua sisi. Jika tujuannya adalah meningkatkan kapasitas diri dan kembali dengan kontribusi nyata, maka itu langkah yang sangat baik. Namun, jika hanya mencari kenyamanan tanpa visi membangun bangsa, tentu hal ini perlu dikritisi," jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa banyak negara mengalami brain drain, di mana para intelektual lebih memilih menetap di luar negeri daripada kembali membangun tanah air. Oleh karena itu, ia mengajak mahasiswa Indonesia di luar negeri untuk tetap menjalin hubungan dengan Indonesia dan tidak melupakan tanggung jawab sosial mereka.
Dedikasi Tanpa Batas untuk Indonesia
Mengakhiri sesi inspiratifnya, Prof. Abdel Hamid Fanina kembali menegaskan bahwa mahasiswa Indonesia harus berani bersaing di kancah global, namun tetap memiliki kepedulian terhadap bangsanya.
"Di mana pun kalian berada, tetaplah ingat bahwa Indonesia membutuhkan kalian. Ilmu dan pengalaman yang kalian dapatkan di luar negeri harus menjadi bekal untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi tanah air," pesannya penuh motivasi.
Dengan semangat kolaborasi dan wawasan global yang terus tumbuh, mahasiswa Indonesia di Tunisia semakin terdorong untuk lebih bersungguh-sungguh dalam belajar. Mereka tidak hanya menuntut ilmu untuk diri sendiri, tetapi juga menjadikannya sebagai alat kontribusi untuk membawa perubahan nyata bagi Indonesia. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Khodijah Siti |
Publisher | : Rifky Rezfany |