Penelitian Limbah Kelapa Sawit Hantarkan Pria ini Lulus S3 dari Austria

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia. Namun industri ini juga menghasilkan limbah dalam jumlah besar, termasuk batang kelapa sawit (BKS). Batang-batang tersebut umumnya terbuang setelah siklus tanam berakhir setiap 25–30 tahun.
Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan lingkungan, penelitian mengenai pemanfaatan limbah kelapa sawit semakin mendapat perhatian. Salah satunya melalui karya inovatif Dr. Lukmanul Hakim Zaini.
Advertisement
Disertasi yang Mengubah Paradigma Limbah BKS
Dr. Lukmanul Hakim Zaini baru saja menyelesaikan studi doktoralnya di BOKU University, Austria. Pria tersebut meneliti strategi alternatif untuk memanfaatkan bagian dalam batang kelapa sawit.
Disertasi berjudul Alternative Strategies for Utilizing Inner Part of Oil Palm Trunk ini mengungkapkan bahwa BKS mengandung selulosa dalam jumlah tinggi. Hal tersebut menunjukkn bahwa BKS dapat diolah menjadi material bernilai guna tinggi.
Selama ini, bagian dalam BKS kurang dimanfaatkan karena kaya akan parenkima yang membuatnya lebih rapuh dibandingkan kayu keras atau lunak. Namun, melalui tiga strategi utama yakni fibrilasi, foaming, dan molding Dr. Lukman berhasil mengubah BKS menjadi berbagai material inovatif .
Dalam penellitianya pria yang juga pernah menyabet juara I dalam kompetisi scientific poster Society of Wood Science and Technology (SWST) tahun 2023 di North Carolina, USA tersebut merubah BKS menjadi beberapa benda. Sebut saja insulasi termal, kemasan berbasis molded pulp, dan produk nanofibril berkinerja tinggi.
Dampak Penelitian dan Manfaatnya
Salah satu terobosan utama dari penelitian ini adalah metode delignifikasi ringan yang menghasilkan micro/nanofibrils dengan sifat serupa nanofibrils dari proses delignifikasi penuh, tetapi dengan konsumsi energi dan bahan kimia yang lebih rendah.
Inovasi ini membuka peluang besar dalam industri biomaterial karena dapat mengurangi limbah sekaligus menciptakan produk yang lebih ramah lingkungan.
Selain itu, penelitian ini juga menghasilkan panel busa termal dengan densitas 50–100 kg/m³ dan konduktivitas termal 40–45 mW/m·K, yang berpotensi digunakan dalam sektor konstruksi ramah lingkungan.
Sementara itu, kemasan molded pulp yang dihasilkan dari serat bagian dalam BKS terbukti memiliki kekuatan tinggi dengan efisiensi proses yang lebih baik, menawarkan alternatif berkelanjutan untuk kemasan berbasis plastik.
Masa Depan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit
Dengan temuan inovatif ini, Dr. Lukman berharap dapat berkontribusi lebih jauh dalam pengembangan industri berbasis bio di Indonesia. "Saya berharap dapat memberikan manfaat berkelanjutan dari penelitian ini," ungkapnya.
Sebagai dosen di Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, ia berencana untuk berkolaborasi dengan industri dan institusi pemerintah, seperti Badan Pengelola Dana Kelapa Sawit, guna mempercepat adopsi teknologi ini dalam skala industri.
Pemanfaatan limbah BKS tidak hanya mengurangi dampak lingkungan dari industri kelapa sawit, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru melalui pengembangan produk bernilai tinggi berbasis biomaterial.
Dengan investasi yang tepat dalam riset dan infrastruktur laboratorium, inovasi dalam pengelolaan limbah kelapa sawit dapat menjadi bagian dari solusi ekonomi sirkular yang berkelanjutan.
Melalui dedikasi dan risetnya, Dr. Lukman telah membuktikan bahwa limbah pertanian terutama limbah kelapa sawit dapat diubah menjadi sumber daya berharga. Hal tersebut menjawab tantangan lingkungan sekaligus meningkatkan daya saing industri nasional di pasar global. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Khodijah Siti |
Publisher | : Rizal Dani |