China Rilis Buku Putih Soal Perdagangan dengan AS, Kritik Proteksionisme dan Serukan Dialog

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pemerintah China secara resmi menerbitkan buku putih tentang hubungan ekonomi dan perdagangan China-Amerika Serikat (AS) di tengah meningkatnya kebijakan proteksionis dan unilateralisme yang diterapkan Washington dalam beberapa tahun terakhir.
Dokumen tersebut dirilis sebagai respons terhadap tindakan AS yang dinilai telah menghambat kerja sama ekonomi normal antara dua kekuatan besar dunia. Dalam buku putih itu, China menyampaikan klarifikasi atas berbagai fakta dan menyampaikan posisi resmi mereka dalam isu-isu ekonomi bilateral.
Advertisement
Sejak memuncaknya friksi perdagangan pada tahun 2018, pemerintah AS disebut telah menerapkan tarif bea masuk terhadap ekspor China senilai lebih dari 500 miliar dolar AS. Tidak hanya itu, AS juga terus memperluas kebijakan perdagangan yang dinilai bertujuan untuk menekan dan membendung pertumbuhan ekonomi China.
Kritik Atas Tarif Tambahan
Buku putih tersebut juga menyoroti langkah terbaru AS yang kembali memungut tarif tambahan terhadap produk China. Kebijakan ini mencakup tarif atas dasar isu fentanil, tarif resiprokal, dan penambahan sebesar 50 persen dari tarif yang sudah ada.
Menurut China, langkah tersebut mencerminkan sikap koersif dan isolasionis, yang tidak hanya bertentangan dengan prinsip ekonomi pasar dan multilateralisme, tetapi juga berpotensi mengganggu stabilitas hubungan bilateral jangka panjang.
"Langkah-langkah AS ini secara serius bertentangan dengan semangat kerja sama internasional dan akan menimbulkan dampak negatif terhadap hubungan ekonomi China-AS," demikian bunyi dokumen itu.
Seruan Dialog dan Komitmen Solusi Damai
Meski menghadapi tekanan, pihak China menegaskan telah dan akan terus mengambil langkah-langkah balasan yang kuat guna melindungi kepentingan nasional. Namun di saat yang sama, China juga menyatakan komitmennya untuk menyelesaikan konflik melalui dialog dan konsultasi.
“China dan AS adalah dua negara besar dengan sistem ekonomi yang berbeda. Friksi dalam kerja sama ekonomi merupakan hal yang wajar. Yang penting adalah saling menghormati, mendengar kekhawatiran utama masing-masing, dan mencari solusi yang adil,” tulis buku putih tersebut.
China menyatakan hubungan perdagangan antara kedua negara bersifat saling menguntungkan, dan menyerukan agar AS tidak terus mengedepankan kebijakan yang bersifat konfrontatif.
Dokumen ini menjadi sinyal bahwa Beijing masih membuka ruang diplomasi, meskipun hubungan ekonomi dua negara terus diuji oleh kebijakan perdagangan yang keras dari Washington.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Sholihin Nur |