Peristiwa Internasional

Bertemu Menteri Pendidikan, PPI Turki Bahas Joint Degree

Rabu, 09 April 2025 - 21:14 | 51.81k
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, Prof. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D. menerima kunjungan PPI Turki. (Foto: PPI Turki)
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, Prof. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D. menerima kunjungan PPI Turki. (Foto: PPI Turki)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Rencana kerja sama pendidikan antara Indonesia dan Turki menjadi topik utama dalam audiensi Perhimpunan Pelajar Indonesia atau  PPI Turki bersama Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, Prof. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D..

Pertemuan tersebur berlangsung pada Rabu  (9/4/2025) di sela-sela kunjungan menteri ke Ankara. Salah satu agenda penting yang dibahas adalah program joint degree yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto.

Advertisement

Program joint degree ini dirancang agar mahasiswa dapat menempuh studi lintas negara, yakni dua tahun di Indonesia dan satu tahun di luar negeri. “Jadi misalnya di Indonesia dua tahun, di luar negeri setahun (masa belajar), begitu,” jelas Prof. Brian.

Menteri Pendidikan  juga menegaskan bahwa kolaborasi pendidikan harus bersifat dua arah. "Tak hanya mahasiswa Indonesia yang belajar ke Turki, tetapi juga mahasiswa Turki yang dapat melanjutkan studi di Indonesia," tambahnya.

Selain membahas program kolaboratif tersebut, pertemuan ini juga menjadi ajang diskusi tentang kontribusi diaspora dalam membentuk masa depan Indonesia. Menteri Brian menekankan pentingnya integrasi dan pendataan seluruh anggota PPI secara sistematis.

Menurutnya, basis data yang kuat sangat penting untuk mendukung kebijakan yang akurat dan perlindungan yang efektif bagi pelajar Indonesia di luar negeri.

Dalam dialog tersebut, isu nasionalisme turut menjadi sorotan. Prof. Brian menyampaikan bahwa nasionalisme hari ini tak hanya terlihat dari simbol-simbol kenegaraan, tetapi melalui pencapaian dan karya yang berdampak global.

“Nasionalisme bukan hanya jatuh ke lagu kebangsaan atau simbol kenegaraan, tetapi ketika kita mengibarkan Merah Putih di seluruh dunia melalui karya,” ujarnya.

kunjungan-10.jpg

Ia juga mengajak para pelajar Indonesia di Turki untuk menanamkan pola pikir negara maju, dengan membangun etos kerja yang tinggi dan menjauhi politisasi berlebihan.

Industrialiasi dan ketahanan pangan, menurutnya, merupakan dua pilar utama yang harus diperkuat untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju. “Negara maju pasti memiliki perindustrian yang kuat untuk menopang negaranya,” tegasnya.

Ketua PPI Turki, Naura Arifa, dalam kesempatan itu turut memaparkan visi dan misi organisasi yang mengusung semangat Berdaya Berkarya. Dirinya mendorong agar mahasiswa Indonesia di Turki aktif tidak hanya di bidang kebudayaan, tapi juga dalam publikasi akademik dan kegiatan sosial di masyarakat.

Menutup pertemuan, Prof. Brian menyampaikan pesan inspiratif kepada seluruh diaspora agar memiliki tujuan hidup yang jelas dan membangun kebiasaan intelektual yang kuat.

“Tentukan goals, mau jadi apa, mau bangun industri apa. Jangan lupa perbanyak baca buku, karena orang-orang besar itu wawasannya luas,” pungkasnya.

Audiensi Menteri Pendidikan bersama PPI Turki tersebut diharapkan menjadi langkah konkret dalam memperkuat peran strategis pelajar Indonesia di luar negeri, khususnya di Negeri Ottoman. Hal itu digunakan untuk mendukung kemajuan bangsa melalui pendidikan, visi progresif, dan kontribusi nyata. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Khodijah Siti
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES