Gelap Total di Semenanjung Iberia, Ketika Spanyol dan Portugal Lumpuh Akibat Pemadaman Listrik Massal

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Siang yang biasa berubah menjadi kekacauan di Semenanjung Iberia. Sekitar pukul 11.30 waktu setempat, Senin (28/4/2025) sistem kelistrikan dua negara bertetangga, Spanyol dan Portugal, tiba-tiba lumpuh. Lampu-lampu padam, transportasi publik berhenti, dan jutaan warga terjebak dalam situasi yang belum pernah terjadi dalam dua dekade terakhir.
Red Electrica, operator jaringan listrik nasional Spanyol, dengan cepat mengonfirmasi bahwa pemadaman ini bukan insiden biasa.
Advertisement
“Semua sumber daya telah dikerahkan untuk mengatasi masalah ini,” tulis mereka dalam pernyataan resminya di platform media sosial X. Namun hingga malam tiba, penyebab gangguan belum juga terungkap.
Dampak Langsung: Jalanan Kacau, Warga Terjebak, Bisnis Lumpuh
Di pusat kota Madrid, sinyal lalu lintas mati total, menciptakan kemacetan tak terkendali. Layanan metro di dua kota terbesar Spanyol—Madrid dan Barcelona—terhenti sepenuhnya. Ribuan penumpang terjebak di dalam terowongan kereta bawah tanah, sebagian besar tanpa penerangan dan informasi yang jelas.
Perusahaan kereta nasional Spanyol, Renfe, menyatakan bahwa jaringan listrik nasional terputus pukul 12.30 siang.
“Kereta berhenti. Tidak ada keberangkatan,” demikian pernyataan mereka.
Di lingkungan perkantoran dan rumah sakit seperti Ramon and Cajal di Madrid, orang-orang terjebak di dalam lift.
“Kami mencoba tetap tenang, tapi tentu saja panik tak bisa dihindari,” ujar Marie-Carmen Sanz, staf rumah sakit, kepada media.
Situasi serupa terjadi di Lisbon, Portugal. Trem-trem yang biasanya ramai membawa wisatawan dan pekerja tiba-tiba berhenti. Fernanda Picarra, wisatawan asal Aveiro, sempat mengira kereta trem yang ia naiki rusak.
“Setelah cukup lama menunggu, kami sadar seluruh sistem telah mati,” katanya.
Gelombang Padam yang Menjalar ke Tiga Negara
Pemadaman listrik tidak hanya melumpuhkan Spanyol dan Portugal. Wilayah-wilayah tertentu di Prancis dan bahkan negara kecil Andorra juga dilaporkan terdampak. Operator listrik Prancis, RTE, menyebutkan bahwa pemadaman hanya berlangsung beberapa menit dan kini seluruh pasokan telah dipulihkan.
Namun, pulihnya pasokan di Prancis belum diikuti dengan kejelasan soal sumber gangguan. Hingga kini, belum ada satu pun institusi yang dapat memastikan penyebab utama pemadaman.
Upaya Pemulihan dan Penyelidikan yang Masih Berjalan
Pemerintah Spanyol bergerak cepat. Perdana Menteri Pedro Sanchez langsung mengunjungi pusat kendali Red Electrica, menyatakan bahwa pemulihan sedang berlangsung dan listrik telah kembali di separuh wilayah terdampak. Pasokan tambahan juga dimobilisasi dari pembangkit siklus gabungan, hidro, dan jaringan interkoneksi dengan Prancis dan Maroko.
Di Portugal, Perdana Menteri Luis Montenegro menyebut pemulihan penuh bisa memakan waktu lebih lama, mengingat sistem listrik negaranya hanya terhubung ke jaringan Spanyol. Hingga malam, sekitar 2 juta dari total 6,5 juta pelanggan listrik telah mendapatkan kembali aliran listrik.
Montenegro menjelaskan bahwa pemadaman dipicu oleh lonjakan tegangan mendadak di jaringan listrik Spanyol. Meski begitu, penyebab lonjakan tersebut belum teridentifikasi.
Serangan Siber? Uni Eropa Angkat Bicara
Di tengah spekulasi liar di media sosial tentang kemungkinan serangan siber, Presiden Dewan Eropa Antonio Costa meredam kekhawatiran.
“Hingga saat ini, tidak ada indikasi serangan siber,” tegasnya di akun media sosial X.
Pernyataan serupa juga datang dari Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, yang telah melakukan kontak langsung dengan pemimpin kedua negara terdampak.
Meski begitu, penyelidikan oleh Institut Nasional Keamanan Siber Spanyol masih berlangsung. Pemerintah juga menggelar rapat darurat dengan Red Electrica dan sejumlah menteri untuk menyusun respons jangka pendek dan strategi pencegahan ke depan.
Pemulihan Perlahan
Meskipun sebagian besar wilayah di Spanyol dan Portugal telah kembali mendapatkan aliran listrik, dampak psikologis dan ekonomi dari pemadaman ini kemungkinan akan terasa dalam beberapa hari ke depan. Bisnis merugi, warga terguncang, dan rasa tidak pasti terus menggelayuti publik.
Seorang sopir taksi bernama Pedro merangkum perasaan banyak orang hari itu:
“Kami tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Yang bisa kami lakukan hanyalah menunggu dan berharap semua kembali seperti semula.”
Kejadian ini mengingatkan dunia akan pentingnya infrastruktur energi yang tangguh, serta kolaborasi antarnegara dalam mengelola risiko bersama. Satu gangguan di satu titik, bisa membuat jutaan orang terjebak dalam kegelapan.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Rizal Dani |