Peristiwa Internasional

Jose Mujica, Mantan Presiden Uruguay yang Dijuluki “Presiden Termiskin di Dunia”, Wafat

Rabu, 14 Mei 2025 - 10:25 | 8.03k
Jose Mujica, mantan Presiden Uruguay dengan mobil Volkswagen Beetle warna biru muda keluaran 1987 miliknya.
Jose Mujica, mantan Presiden Uruguay dengan mobil Volkswagen Beetle warna biru muda keluaran 1987 miliknya.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Jose "Pepe" Mujica, mantan Presiden Uruguay yang dikenal luas karena gaya hidup sederhananya, meninggal dunia pada usia 89 tahun.

Kabar duka ini disampaikan oleh Presiden Uruguay saat ini, Yamandú Orsi, melalui media sosial X. “Terima kasih atas semua yang telah kau berikan kepada kami dan cinta mendalammu pada rakyatmu,” tulisnya.

Advertisement

Penyebab pasti kematian Jose Mujica belum diumumkan, namun ia diketahui menderita kanker kerongkongan.

Selama masa jabatannya sebagai presiden dari 2010 hingga 2015, Mujica mencuri perhatian dunia karena kehidupan pribadinya yang jauh dari kemewahan, kritiknya terhadap konsumerisme, serta berbagai reformasi sosial yang progresif. Salah satu kebijakan terkenalnya adalah melegalkan penggunaan ganja untuk rekreasi, menjadikan Uruguay sebagai negara pertama yang melakukan hal itu.

Popularitas global Mujica terbilang langka bagi seorang presiden dari negara kecil seperti Uruguay, yang hanya memiliki sekitar 3,4 juta penduduk. Namun warisannya di dalam negeri tak lepas dari perdebatan.

Banyak yang menganggap Mujica sebagai sosok di luar lingkaran politik tradisional, namun sejatinya ia telah lama berkecimpung di dunia politik. Kecintaannya pada politik, buku, dan pertanian ditanamkan oleh sang ibu, yang membesarkannya di keluarga kelas menengah di Montevideo, ibu kota Uruguay.

Karier politiknya menanjak ketika ia menjadi menteri pada tahun 2005 dalam pemerintahan pertama koalisi kiri Frente Amplio. Lima tahun kemudian, ia terpilih sebagai Presiden Uruguay pada usia 74 tahun, meski saat itu belum dikenal luas di dunia internasional.

Kemenangannya menandai momentum penting bagi gelombang kiri di Amerika Latin, yang kala itu sedang kuat. Mujica sejajar dengan pemimpin sayap kiri lain seperti Luiz Inácio Lula da Silva di Brasil dan Hugo Chávez di Venezuela. Meski demikian, Mujica memimpin dengan gayanya sendiri, yang disebut para pengamat sebagai gabungan pragmatisme dan keberanian.

Selama masa pemerintahannya, didukung oleh kondisi internasional yang cukup menguntungkan, ekonomi Uruguay tumbuh rata-rata 5,4% per tahun. Angka kemiskinan turun dan tingkat pengangguran tetap rendah.

Uruguay juga mendapat sorotan dunia karena sejumlah kebijakan sosial progresif yang disahkan parlemen saat itu, termasuk legalisasi aborsi, pengakuan pernikahan sesama jenis, dan pengaturan pasar ganja oleh negara.

Tinggal di Rumah Sederhana dan Mengendarai VW Tua

Mujica menolak tinggal di rumah dinas kepresidenan yang mewah, pilihan yang lazim diambil kepala negara lain. Ia memilih tetap tinggal bersama istrinya, Lucía Topolansky — sesama mantan gerilyawan dan politisi — di rumah sederhana di pinggiran Montevideo. Mereka hidup tanpa pembantu dan dengan pengamanan minimal.

Ia selalu tampil santai, sering terlihat mengemudikan mobil Volkswagen Beetle warna biru muda keluaran 1987, dan rutin menyumbangkan sebagian besar gajinya. Media internasional pun menjulukinya “presiden termiskin di dunia”.

Namun, Mujica menolak label itu. “Mereka bilang saya presiden termiskin. Tidak, saya bukan orang miskin,” ujarnya dalam wawancara tahun 2012. “Orang miskin adalah mereka yang selalu ingin lebih, karena mereka berada dalam perlombaan tanpa akhir.”

Meski mengajarkan hidup bersahaja, pemerintahannya justru meningkatkan belanja publik secara signifikan. Ini menyebabkan defisit fiskal melebar dan menimbulkan kritik dari lawan politik yang menuduhnya boros.

Ia juga dikritik karena gagal membenahi masalah dalam sektor pendidikan, padahal sebelumnya menjanjikan pendidikan sebagai prioritas utama.

Namun, berbeda dengan sejumlah pemimpin di kawasan, Mujica tak pernah tersandung tuduhan korupsi atau dianggap melemahkan demokrasi.

Menjelang akhir masa jabatannya, popularitas Mujica di dalam negeri tetap tinggi — mendekati 70 persen. Ia kemudian terpilih sebagai senator dan juga aktif berkeliling dunia setelah lengser dari kursi presiden.

Dalam refleksi sebelum meninggalkan jabatannya, ia berkata: “Apa yang membuat dunia terkesima? Bahwa saya hidup sederhana, tinggal di rumah kecil, dan mengemudi mobil tua? Kalau begitu, dunia ini gila, karena heran terhadap hal-hal yang sebenarnya normal.” (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES