Peristiwa Internasional

Penerjun Payung Wanita Jade Damarell di Inggris, Tewas Setelah Diduga Sengaja Tak Membuka Parasut

Senin, 26 Mei 2025 - 18:04 | 13.08k
Jade Damarell yang cantik dan sudah mengantongi 400 lompatan itu ternyata nekat bunuh diri.(FOTO: Daily Mail)
Jade Damarell yang cantik dan sudah mengantongi 400 lompatan itu ternyata nekat bunuh diri.(FOTO: Daily Mail)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dunia penerjun payung dikejutkan oleh kematian tragis Jade Damarell, wanita berusia 32 tahun asal Caerphilly, Wales Selatan. Ia tewas setelah melompat dari ketinggian 10.000 kaki (sekitar 3.048 meter) tanpa membuka parasutnya, pada Minggu, 27 April 2025.

Insiden itu terjadi di Shotton Colliery, County Durham, sebuah desa di timur laut Inggris, saat Jade mengikuti sesi terjun rutin. Tubuhnya ditemukan dalam kondisi mengenaskan dengan posisi terlentang setelah jatuh bebas dengan kecepatan 120 mph (sekitar 193 km/jam).

Advertisement

Awalnya, kematian Damarell dianggap sebagai kecelakaan biasa dalam dunia penerjunan. Namun fakta mengejutkan terungkap setelah pihak kepolisian menemukan catatan harian pribadi di rumah yang disewanya. Catatan tersebut mengindikasikan bahwa aksinya dilakukan dengan sengaja, bukan akibat kegagalan teknis.

“Kami menemukan tulisan tangan Jade yang menjelaskan niatnya. Tidak ada unsur mencurigakan dalam kejadian ini,” kata juru bicara Kepolisian County Durham.

Jade Damarell bukanlah pemula dalam dunia skydiving. Ia telah mengantongi lebih dari 400 lompatan selama kariernya sebagai penerjun. Pengalaman yang luas itu membuat publik bertanya-tanya sejak awal, bagaimana mungkin parasutnya tidak berfungsi.

Belakangan diketahui bahwa Jade baru saja mengalami putus cinta sehari sebelum insiden terjadi. Ia menjalin hubungan dengan Ben Goodfellow, seorang penerjun berusia 26 tahun yang juga bekerja sebagai teknisi di pabrik mobil Nissan, sekaligus vokalis band indie asal Sunderland, Post Rome.

Menurut teman dekat mereka, hubungan Jade dan Ben terlihat sangat dekat. Mereka tinggal bersama di sebuah kamar ganda di penginapan yang dikhususkan bagi komunitas penerjun, sejak Natal 2024 lalu.

“Mereka hampir selalu bersama, jarang berinteraksi dengan orang lain,” ungkap seorang teman yang enggan disebut namanya.

Namun hubungan tersebut berakhir secara mendadak. Pada malam sebelum peristiwa nahas itu, Ben memutuskan hubungan mereka. Keesokan harinya, ia berangkat bekerja, sementara Jade menjalani sesi terjun yang menjadi aksi terakhirnya.

Pihak SkyHigh Skydiving, tempat Jade tergabung, mengeluarkan pernyataan resmi setelah kejadian. Mereka mengungkapkan bahwa berdasarkan investigasi internal dan informasi dari kepolisian, kematian Jade diduga sebagai tindakan bunuh diri.

Ben Goodfellow sendiri belum memberikan komentar publik. Band-nya, Post Rome, juga membatalkan jadwal pertunjukan mereka usai kejadian dengan alasan "keadaan yang tidak terduga".

Tragedi ini menambah daftar panjang kasus bunuh diri yang melibatkan atlet ekstrem. Para ahli menyarankan agar perhatian terhadap kesehatan mental komunitas ekstrem sport seperti penerjun payung lebih ditingkatkan, terutama dalam menghadapi tekanan emosional dan isolasi sosial.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES