Peristiwa Internasional

Laporan Awal Kecelakaan Air India Ungkap Kebingungan Pilot Soal Saklar Bahan Bakar

Minggu, 13 Juli 2025 - 09:22 | 11.60k
Petugas saat melakukan identifikasi puing-puing pesawat Boeing 787 milik Air India yang jatuh sesaat setelah take off dari Bandara Ahmedabad.
Petugas saat melakukan identifikasi puing-puing pesawat Boeing 787 milik Air India yang jatuh sesaat setelah take off dari Bandara Ahmedabad.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Laporan awal kecelakaan pesawat Air India yang menewaskan 260 orang bulan lalu mengungkap adanya kebingungan di kokpit sesaat sebelum pesawat jatuh.

Diduga, saklar pemutus bahan bakar kedua mesin tiba-tiba berpindah posisi secara bersamaan, menyebabkan mesin kehilangan pasokan bahan bakar.

Advertisement

Pesawat Boeing 787 Dreamliner yang terbang dari Ahmedabad menuju London mulai kehilangan daya dorong dan ketinggian tak lama setelah lepas landas.

Hal ini disampaikan dalam laporan awal oleh Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India (AAIB) yang dirilis pada Sabtu (13/7/2025), menjadikannya kecelakaan penerbangan paling mematikan dalam satu dekade terakhir di dunia.

Dikutip dari Reuters, laporan tersebut memunculkan pertanyaan baru mengenai posisi saklar pemutus bahan bakar yang krusial. Rekaman CCTV menunjukkan bahwa tak lama setelah pesawat mengudara, perangkat cadangan bernama ram air turbine (turbine udara cadangan) aktif — sebuah indikasi kuat bahwa mesin telah kehilangan tenaga.

Dalam rekaman suara kokpit, salah satu pilot terdengar bertanya kepada rekannya: “Mengapa kamu memutus pasokan bahan bakar?” Namun sang rekan menjawab, “Aku tidak melakukannya.” Laporan tidak menyebutkan siapa dari keduanya yang berbicara maupun siapa yang sempat mengirimkan sinyal darurat “Mayday” beberapa detik sebelum pesawat menghantam tanah.

Komandan penerbangan adalah Kapten Sumeet Sabharwal (56 tahun) yang memiliki 15.638 jam terbang dan juga berstatus instruktur Air India. Ia didampingi oleh kopilot Clive Kunder (32 tahun) dengan pengalaman terbang 3.403 jam.

Salah satu temuan mencengangkan dalam laporan adalah bahwa saklar bahan bakar kedua mesin berpindah dari posisi "run" ke "cutoff" hampir secara bersamaan, tepat setelah pesawat lepas landas. Namun hingga kini, penyebab perpindahan saklar tersebut masih belum diketahui.

Menteri Penerbangan Sipil India, Ram Mohan Naidu, meminta masyarakat untuk tidak terburu-buru menyimpulkan. “Kita peduli terhadap keselamatan dan kesejahteraan pilot. Mari kita tunggu laporan akhir,” ujarnya kepada media lokal.

Kecelakaan ini menjadi tantangan besar bagi Tata Group, pemilik baru Air India sejak 2022, yang tengah berupaya membangun kembali reputasi maskapai tersebut sekaligus memperbarui armadanya.

Dalam pernyataan resminya, Air India menyatakan mendukung penuh penyelidikan dan telah bekerja sama dengan pihak berwenang, namun enggan memberikan komentar lebih lanjut.

Pertanyaan soal Saklar Bahan Bakar

Sejumlah ahli penerbangan menyangsikan kemungkinan saklar bahan bakar berpindah secara tidak sengaja oleh pilot.

“Jika benar itu dilakukan pilot, pertanyaannya: mengapa?” ujar Anthony Brickhouse, pakar keselamatan penerbangan asal AS.

Menurut pakar lainnya, John Nance, waktu perpindahan saklar yang berselang hanya satu detik menunjukkan kemungkinan besar tindakan manual — karena waktu tersebut cukup untuk memindahkan dua saklar secara bergantian. “Namun, hampir tidak mungkin seorang pilot sengaja mematikan saklar bahan bakar ketika pesawat sedang dalam fase pendakian,” tegasnya.

Laporan lengkap dari AAIB masih ditunggu untuk menjelaskan lebih detail penyebab pasti jatuhnya pesawat, serta bagaimana saklar bahan bakar bisa berpindah posisi saat penerbangan masih berlangsung. (*)

 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES