Peristiwa Nasional

Ini Puisi Taufik Ismail Saat Kawal Sidang Ahok

Selasa, 24 Januari 2017 - 15:05 | 74.62k
Taufik Ismail. (Foto: harianterbit)
Taufik Ismail. (Foto: harianterbit)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Suara itu lantang. kata-kata yang diucapkan menyentuh hati. Kata-kata 'indah' itu diteriakkan oleh Taufik Ismail, seorang Sastrawan senior, di depan depan Auditorium Kementerian Pertanian, Pasar Minggu, Jakarta Selatan saat mengawal sidang Ahok.
 
Taufik Ismail ikut mengawal persidangan Ahok dengan membaca puisi. Ia bersama rombongan, tiba di depan Auditorium Kementan sekitar pukul 10.30 WIB. 

Ia mengenakan jas seragam Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) dan mengenakan peci hitam. Penyair berusia 81 tahun itu juga membawa buku puisi berjudul 'Debu di Atas Debu'. 

Advertisement

Di atas mobil komando, Taufik Ismail membacakan 2 puisi yang dikarangnya. Puisi pertama yang dibaca Taufik Ismail berjudul 'Di Laut Mana Tenggelamnya'. 

Ini adalah Puisi yang dibacakan Taufik Ismail:
 
Aku berjalan mencari kejujuran
Tak tahu aku di mana alamatnya
Aku pergi mencari kesederhanaan
Tak tahu aku di mana sembunyinya

Aku bertanya di mana tanggung jawab
Di laut manakah tenggelamnya? 

Aku berjalan mencari ketekunan
Di rimba manakah dia menghilangnya? 
Aku berjalan mencari keikhlasan Rasanya sih ada, tapi di mana, ya? 

Aku berjalan mencari kedamaian 
Di langit manakah dia melayangnya?
Wahai kejujuran dan kesederhanaan Wahai tanggung jawab dan ketekunan
Wahai keikhlasan dan kedamaian 
Di mana gerangan kini kalian?
Zaman ini sangat merindukan kalian zaman ini sangat merindukan kalian.

Adapun Puisi kedua yang ia bacakan Taufik Ismail berjudul 'Perang Ini Harus Kita Menangkan'. Ini bait puisinya:

Masih adakah orang jujur di negeri kita? Adakah? 
Masih ada. Tapi mereka tak bersuara.

Masih adakah orang waras di negeri kita? Adakah? 
Masih ada. Tapi mereka tiada berdaya
Masih adakah orang berakhlak di negeri kita? Adakah? 
Masih ada. Tapi mereka tak berwibawa
Masih adakah orang ikhlas di negeri kita? Adakah?
Masih ada. Tapi mereka dianggap tiada. 
Tapi saudaraku, tak ada cerita putus asa Kita tak akan angkat tangan menyerah kalah 
Karena ibarat perang Perang ini harus kita menangkan. Harus kita menangkan. 

Sekitar 20 menit ia berada di atas mobil komando untuk membaca puisi. Sehabis itu, ia langsung meninggalkan lokasi.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES