
TIMESINDONESIA, JAKARTA – PRESIDEN pertama Republik Indonesia, tidak hanya piawai sebagai penggerak revolusi kemerdekaan dan orator terdepan. Soekarno juga handal memainkan jurus diplomatiknya, untuk menjalin hubungan bilateral dengan pemimpin negara-negara dunia.
Gagasan-gagasan dan pergerakan Bung Karno, menjadi daya pikat dalam strategi diplomatiknya. Apalagi, perjuangan kemerdekaan 1945 dan Konferensi Asia Afrika (KAA, 1955) menjadi ingatan para pemimpin dan warga dunia. Soekarno membuktikan taring politiknya.
Advertisement
Bagaimana interaksi Soekarno dengan para pemimpin dunia? Buku "Dunia dalam Genggaman Bung Karno" ini menjadi catatan penting untuk mempelajari strategi diplomasinya.
Soekarno memahami peta politiknya dunia, serta mampu mengkomunikasikan gagasan-gagasan besarnya kepada para pemimpin dunia. Karena legitimasi politik dan kekuatan diplomasinya, kharisma kepemimpinan Soekarno diperhatikan dunia.
Dalam buku ini, dikisahkan bagaimana interaksi Soekarno dengan pemimpin dunia. Di antaranya: Fidel Castro, Mao Zedong, Raja Saud bin Abdul Aziz, Che S Guevara, Kwame Nkrumah, Yasser Arafat dan beberapa presiden lain.
Di antara para pemimpin dunia, Soekarno termasuk pemimpin kharismatik, yang mahir menjalin hubungan spesial dengan para kepala negara. Strategi diplomasi Soekarno, secara canggih dengan menguasai geo-politik, seni, hingga humor-humor antar bangsa.
Soekarno memiliki hubungan dekat dengan pemimpin revolusioner Kuba, Fidel Castro.
Pada 9 Mei 1960, Soekarno mengunjungi Fidel Castro di Kuba. Saat itu, Castro menjadi tokoh penting dalam pergerakan rakyat di negerinya. Dalam kunjungan ini, Soekarno merupakan pemimpin negara yang pertama kali melalukan kunjungan diplomatik ke Kuba, terutama setelah runtuhnya Rezim Balista.
Indonesia menjalin hubungan diplomatik secara resmi kenegaraan pada 22 Januari 1960. Kemudian, tiga tahun setelahnya, pemerintah Indonesia mengirimkan Duta Besar dan membuka kantor KBRI di Havana, Kuba, pada 14 Agustus 1963.
Ketika Soekarno mendarat di Bandara Jose Marti Havana, disambut meriah oleh rakyat Kuba. Presiden Osvaldo Dortico, PM Fidel Castro, Che Guavara bersama tokoh politik Kuba menyambut Bung Karno. Pada waktu itu, rakyat Kuba sangat antusias menyambut Bung Karno, yang dianggap sebagai pemimpin dunia.
Gagasan dan ide segar Soekarno dalam peta politik dunia menjadi referensi. Ide-ide tentang anti kolonial dan gebrakan politiknya bergaung dalam peta diplomasi internasional. Apalagi, Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada 1955, menjadi perbincangan hangat di berbagai negara.
Fidel Castro sangat mengagumi Soekarno. Saat itu, Castro berusia 25 tahun lebih muda dari pada Soekarno. Castro menghormati Soekarno sebagai pemimpin dunia, terutama dari kiprah perjuangan kemerdekaan pada1945 dan perhelatan Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1955. Saking hormatnya pada Soekarno, PM Kuba Fidel Castro pernah memerintahkan Che Guavara untuk mengunjungi Indonesia pada Juli 1959 (hal. 220).
Soekarno juga memiliki hubungan yang intens dengan Presiden Yugoslovakia, Josip Broz Tito. Soekarno berkunjung ke Beograd, pada 1956. Kunjungan ini membawa kesan mendalam bagi Soekarno, dengan pelayanan istimewa dari presiden Tito dan antusiasme warga Beograd. Dalam sebuah surat setelah kunjungan, Soekarno menuliskan impresi mendalam atas kunjungannya menemui Presiden Tito.
"Presiden Tito, Beograd. Melalui jendela pesawat udara, saya dapat melihat pesawat-pesawat pemburu Yugoslovakia yang indah sedang mengawal saya. Saya sangat merasa mendapatkan kehormatan oleh tanda persahabatan ini.
Sebentar lagi saya akan melintasi perbatasan Yugoslovakia menuju tempat tujuan saya berikutnya. Sahabatku, sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas kunjungan yang indah selama saya di Yugoslovakia. Saya tidak sabar menunggu kedatangan anda di Jakarta" (hal. 125)
Soekarno juga dekat dengan penguasa Arab Saudi, Raja Saud bin Abdul Aziz. Dalam kunjungan diplomatik ke Arab Saudi, ia dihadiahi mobil terbaru buatan Amerika.
"Presiden Sukarno, mobil Chrysler Crown Imperial ini telah anda pakai selama di sini. Dan sekarang saya menyerahkannya kepada anda sebagai hadiah," demikian pernyataan Raja Saud bin Abdul Aziz.
Arab Saudi termasuk negara yang mengakui kemerdekaan Indonesia, pada masa awal. Bersama dengan para pemimpin negara-negara Arab, Raja Saud mengakui kedaulatan Indonesia pada 14 November 1947.
Interaksi diplomatik ini sangat penting untuk memahami geo-politik dunia pada masa awal kemerdekaan. Strategi diplomatik yang dilakukan Soekarno tentu saja berdampak signifikan bagi marwah Indonesia dalam peta politik internasional. Seni diplomasi Soekarno ini, menjadi pelajaran penting bagi kita, untuk menempatkan Indonesia dalam peta strategis geo-politik internasional (*).
Data Buku:
Dunia dalam Genggaman Bung Karno | Sigit Aris Prasetyo
Jakarta, Penerbit Imania, Februari 2017
ISBN: 978-602-7926-33-2
*Penulis adalah Munawir Aziz, Peneliti dan Alumnus Pascasarjana UG
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Sholihin Nur |