Ayo Bisnis dan Investasi di Arab Saudi

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Raja Salman Ibn Abdul Aziz Al Suud, penguasa Arab Saudi, telah menginjakkan kakinya di bumi Nusantara. Semua berharap akan kebaikan Raja Salman mau menginvestasikan hartanya. Sebenarnya, duit yang akan diinvestasikan di Indonesia, tidak sebanding dengan duit jamaah haji dan umrah yang dibelanjakan di Makkah dan Madinah sejak 47 tahun yang lalu hingga sekarang. Juga, sebanyak yang akan diinvestasikan ke negeri China.
Kebahagiaan orang Indonesia sangat terlihat ketika menyambut di pingiran jalan saat Raja Salman menuju Istana Bogor. Para pejabat terlihat sumringah ketika menyambut dan mendampingi Raja Salman. Maklumlah, Raja Arab Saudi sudah lama tidak berkunjung ke Indonesia.
Advertisement
Dan yang perlu diapresiasi ialah, kinerja KH Agus Maftuh selaku Dubes RI untuk Arab Saudi mampu merayu dengan gaya santrinya. Tidak tanggung-tanggun, Raja Salman mengajak para pangeran dan juga pengusaha kelas elitnya untuk datang ke Jakarta. Keberhasilan Dr Agus Maftuh ternyata ada yang merasa bahwa kedatangan Raja Salman itu akan menyelamatkan Indonesia. Padahal, Arab Saudi juga datang untuk berbisnis. Salah satunya untuk memudahkan Haji dan Umrah bagi umat Islam Indonesia yang semakin tahun terus bertambah.
Tidak dipungkiri, setiap kali keliling kota Jeddah, Makkah, Madinah banyak ditemukan toko dan restoran dengan nama-nama daerah di Indonesia. Seperti, Toko Bandung, Restoran Sumatra, Lombok, Surabaya, Koes Restoran. Kebetulan sebagian pemilik usaha di Arab Saudi saya kenal dengan baik, bahkan di antara mereka adalah pengurus PCI NU, dan juga teman waktu menjadi mahasiawa di Umm Al-Quran University. Rupanya, peluang bisnis buka usaha di Arab Saudi sangat menjanjikan. Ini juga menjadi isyarat bahwa peluang bisnis di Arab Saudi sangat terbuka luas.
Begitu juga dengan makanan-makanan khas Nusantara, juga mudah ditemukan. Seperti; bakso, sate, rendang, pecel. Sebut saja, Bakso Bang Oedin di Balad (cornes) satu-satunya tempat transit jamaah haji dan umrah yang ingin dan kangen dengan makanan khas Indonesia. Maka, tidaklah aneh, jika bakso Mang Oedin dibanjiri ratusan, bahkan ribuan jamaah haji dan umrah setiap hari. Karena belanja di Jeddah, bagi jamaah haji dan umrah itu wajib hukumnya.
Beberapa pertokoan di Jeddah, banyak menggunakan nama-nama Indonesia. Seperti; Ali Murah yang berada di ujung cornes. Toko ini menjadi langganan jamaah haji dan umrah yang ingin membeli pernak-pernik. Seperti; parfum, kurma muda, kacang-kacang, tasbih. Semua travel haji dan umrah selalu mengajak jamaahnya mampir dan belanja di sini. Sebagai imbalannya, guide-nya mendapatkan hadiah parfum, atau dikasih real. Harga di Ali Murah sebenarnya tidak murah. Rupanya, pemilik toko Ali Murah itu keturunan Bangladesh.
Realitas di lapangan, jumlah pemukim asing dari berbagai negara di Jeddah sangatlah banyak, mereka berasal dari Philipina, Indonesia, Pakistan, India, Bangladesh, Mesir, Turkey, Syuria, Sudan, Somalia. Siapapun orangnya, jika sudah bermukim di Arab Saudi, selalu menjadi manusia yang konsumtif.
Karena kondisi perekoniman di Arab Saudi stabil, membuat orang merasa nyaman untuk membelanajakan duitnya. Dalam kondisi aman dan nyaman, masyarakat dengan mudah memenuhi kebutuhan busana, makan dan wisata. Bahkan, bagi umat islam yang bermukim di Jeddah dan seikiatrnya selalu menyempatkan diri menunaikan umrah di Makkah, sekaligus menjadi wisata ruhani. Dengan demikian peluang bisnis di Jeddah, Makkah dan Madinah begitu besar.
Bawazir Trading Corporation merupakan salah satu perusahaan yang sangat besar yang di miliki oleh orang Indonesia. Perusahaan ini telah menangkap kebutuhan pasar masyarakat Indonesia yang bermukim di Jeddah. Perusahaan ini memproduksi semua jenis makanan yang diproduksi oleh Indofood. Seperti; Indomie dengan berbagai rasa, kecap, sambal, saos, bumbu masakan, minyak goreng. Perusahaan ini melihat bahwa mengirim Indonesia dari Indonesia biayanya jauh lebih besar.
Solusinya, pemiliki perusahan Faishol Bawazir pria asal Surabaya ini memproduksi sendiri Indofood di Jeddah. Sasarannya adalah orang Asia, seperti; Indonesia dan Philipina yang suka dengan Indomie. Rupanya, sekarang yang makan Indomie, bukan saja orang indonesia yang menimati, tetapi hampir semua warga Negara yang bermukim di Arab Saudi sudah kenal dengan indomie. Perusahaan ini sudah mulai mendunia, yang bergeral di semua aspek bisnis.
Selanjutnya, ada tokoh NU yang bernama Ir Fuad Abdul Wahab. Semua pasti kenal dengan pria yang satu ini. Beliau adalah ketua PCI NU Arab Saudi, sekaligus pendiri sekolah Indonesia Makkah dan Madrasah Al-Nasiriyah Jeddah. Beliau juga seorang pengusahaan jasa pengiriman barang ke Indonesia. Amer Cargo termasuk perusaan yang sukses di Jeddah. Rupanya, Ir Fuad tidak puas dengan kesuksesan di Jeddah, kemudian sekarang dikembangkan Uni Emirat Arab. Sangat jelas, Amer Cargo bisa berkembang pesat di Dubai, karena jumlah orang Indonesia yang bermukim di Dubai cukup besar.
Jumlah warga Indonesia yang bermukim di Jeddah itu cukup banyak. Mereka terdiri dari tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Rumah Sakit, Aramco, Hotel, Toyota, pertokoan, travel haji dan umrah. Begitu juga dengan pembantu rumah tangga cukup banyak. Belum lagi, jamaah haji dan umrah yang jumlahnya sangat fantastis. Baik mukimin atau jamah haji dan umrah paling suka membeli barang-barang di Jeddah, kemudian mengirimkan ke Indonesia.
Fuad Abdul Wahab menangkap pangsa pasar yang begitu besar. Maka, perusahaan Amer Cargo menfasilitasi pengiriman barang-barang jamaah haji dan umrah, juga mukimin yang tinggal di Arab Saudi. Amer Cargo menjadi salah satu perusahaan jasa pengiriman yang mendapat tempat di hati orang Indonesia yang bekerja di Arab Saudi.
Penduduk Arab Saudi dan pemukim yang yang berdomisili di Arab Saudi, seperti; Makkah, Madinah, Jeddah itu paling suka buah-buahan tropis. Di setiap super market besar, seperti; Bin dawood, Al-Noory, Panda, selalu ditemukan buah-buahan tropis, seperti; rambutan, mangis, kelapa muda, Nangka, Mangga, Buah Naga, Salak.
Belum lagi di setiap hotel besar, seperti; Hilton Makkah, Pulman, Intercontinental, Al-Gufran, juga membutuhkan buah-buahan tropis, karena sebagian besar jamaah haji dan umrah yang menginap itu orang Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Maka, hotel-hotel tersebut juga membutuhkan buah-buah segara.
Buah-buahan itu banyak di datangkan dari Thailand dan Malayisa. Padahal, kualitas buah tropis dari Indonesia itu jauh lebih bagus baik jika dibandingkan. Mestinya, Indonesia lebih bisa mengirimkan buah-buahan tersebut dibandingkan Thailand dan Malaysia.
Pernak-pernik di sekitar Masjidilharam, mulai kopyah haji, kerudung, baju, gamis, celana, tasbih, sebagian besar, barang tersebut dari Thailand dan China. Padahal, Indonesia lebih jago memproduksinya. Yang menarik, ternyata sebagian dari produk tersebut di buat di Indonesia, tetapi tertulis “made in china”.
Ini sangat menggelikan. Dalam urusan pengiriman barang (ekspor), kadang Thailand jauh lebih cepat dibandingkan Indonesia. Rupanya, admintrasi di Indonesia kadang sedikit susah, sementara transportasi di Indoensia jauh lebih sulit. Sehingga barang-barang yang dikirimkan ke Arab Saudi membutuhkan waktu yang lebih lama. Dengan demikian, jika yang dikirimkan buah-buah segar akan membusuk.
Setelah MoU antara Arab Saudi dan Indoenesia, diharapkan Arab Saudi lebih memudahkan pengusaha Indonesia di dalam meng-ekspor komoditas yang dibutuhkan di Arab Saudi. Apalagi, agama dan keyakinan Arab Saudi dan Indoensia sama (Al-Saunesia). Dan wajib dari pemerintah Indonesia memudahkan kepada para eksportir untuk mengirimkan barang-barang di atas ke Arab Saudi. Mengingat, Makkah dan Madinah salah satu pasar yang tidak akan pernah berhenti sepanjang hidup. Selama ada Baitullah dan Madinah, orang Islam tidak akan berhenti kesana.
Pada hari kedua kunjungan Raja Salman ke Indonesia. Ada empat perjanjian baru terkait dengan peningkatan kerja sama kedua Negara yang diteken Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bersama organisasi serupa Arab Saudi (The Council of Saudi Arabia Chambers of Commerce and Industy). MoU (Memorandum of Understanding) itu ditandatangi oleh ketua Kadin Indonesia Rosan Roeslani dan Vice Chairman The Council of Saudi Arabia Chambers of Commerce Industry Showimy A Aldossari.
Dalam kesepahaman itu yang tertuang dalam MoU, ada empat peningkatan kerja sama di sector properti, energi, kesehatan, serta haji dan umrah. Untuk kerja sama haji, sangat jelas akan menguntungkan pemerintah Arab Saudi. Setiap jamaah haji dan umrah akan harus membayar visa. Juga, akan memakai maskapai penerbangan Arab Saudi atau Garuda. Jamaah haji dan umrah, masing-masing akan membawa duit sebanyak-banyaknya untuk dibelanjakan di Arab Saudi.
Dalam hal ini Arab Saudi akan mendapat keutungan yang tidak terbatas. Ketika diberikan kemudahan haji dan umrah, maka jutaan orang islam akan mendatangi dua tanah suci. Tidaklah aneh, jika penerbangan maskapai Arab Saudi, Garuda akan bertambah, mulai dari Solo, Bali, Balikpapan, Medan. Mereka datang dengan membawa duit sebanyak-banyaknya. Loginya, wong dipersulit saja tetap datang, apalagi dipermudah, akan semakin semangat datang ke Tanah Suci.
Kelebihan Arab Saudi itu ialah mengelola dua tanah suci Makkah dan Madinah. Sampai-sampai rajanya di sebut dengan “Khodimul Haramaian” yang artinya pelayanan dua tanah sucu. Raja Saudi itu kadang lebih suka disebut dengan “pelayan dua tanah suci” ketimbang Paduka Yang Mulia. Arab Saudi sangat istimewa, karena mengelola dua tanah suci, dimana marketingnya langsung dari Al-Quran dan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya datang ke Makkah dan Madinah, kemudian Saudi menangkap peluang tersebut.
Saudi tidak perlu mengeluarkan biaya marketing. Cukup dengan modal “Pelayanan Dua Tanah Suci”, semua umat Islam berbodong-bondong datang untuk menunaikan ibadah haji dan umrah. Secara otomatis, penghasilan akan mengalir deras dan tak terbatas. Apalagi, sekarang sudah mulai ada wisata religius, seperti; madain sholih, dan tempat wisata lainya. Yang dulu dianggap syirik, sekarang mulai tidak syirik lagi, karena sangat menghasilkan dari segi finansial.
Dengan demikian MoU ini menjadi angin segar bagi masyarakat Indonesia yang ingin berbisnis Arab Saudi. Ini juga merupakan kesempatan emas bagi para pelaku ekonomi Indonesia untuk berbondong-bondong berinvestasi atau mengirimkan komoditas yang dibutuhkan di Arab Saudi.
Nah, Jeddah, Makkah, Madinah menjadi pusat perputaran uang paling besar di dunia, khususnya pada musim Ramadhan dan haji. Sedangkan Jeddah menjadi tempat istimewa bagi orang asing yang bermukim di Arab Saudi untuk mengembangkan bisnisnya, mulai kuliner, perhotelan, ekspor dan impor, jasa, atau industry. Bahkan, di Jeddah bisa ditemukan beberapa klinik kesehatan milik orang asing.
Dengan hadirnya nota kesepahaman dalam bidang perdagangan dan investasi pengusaha Indonesia punya peluang bezar untuk lakukan diversifikasi produk ekspor. Semua produk bumi di Indonesia bisa di ekspor ke Arab Saudi, mulai ikan laut hingga rempah-rempah yang betebaran di seluruh pelosok Nusantara.
Yang tidak kalah pentingnya, Indonesia bisa menjual wisata Nusantara kepada wisatawan Arab Saudi. Raja Salman Ibn Abdul Aziz Al Suud sekarang berlibur di Bali. Dunia sudah tahu, ada apa di Bali. Sang Raja dan pangeran serta pembisnis Arab Saudi akan menikmati pesona pantai Bali yang digandrungi artis dunia. Ketika Raja menikmati, maka rakyat-pun akan ikut serta apa yang dinikmati Rajanya. Secara tidak langsung Raja mengatakan “wahai rakyatku, ayo liburan ke Bali”.
Kedatangan Raja Salman ke Bali sekaligus marketing terbaik untuk mengenalkan pesona pantai Bali yang di anggab seperti surga. Mereka yang biasa menyesatkan, mengkafirkan, ketika meligat Raja Salman dan pangeran berlibur ke Bali tidak akan berani protes, apalagi sampai menyesatkan. Kalau sampai berani menyesatkan liburan sang Raja, bisa-biasa tidak akan cair sambungan untuk dakwah-dakwah salafi di bumi Nusantara.
Sandang dan pangan merupakan kebutuhan primer di Arab Saudi. Indonesia memiliki banyak pabrik tekstil dan produksi busana dengan berbagai model, mulai yang paling murah hingga paling mahal, mulai seragam sekolah hingga seragam militer. Semua produk sandang bisa di ekspor ke Arab Saudi. Indonesia bisa bersaing dengan Negara-negara tetangga untuk urusan yag satu ini.
Sementara masalah pangan, barangkali agak kesulitan untuk memenuhi lidah orang Arab tetapi untuk bahan mentahnya tidak terlalu sulit. Tetapi, jika bisa memenuhi selera orang Arab, itu jauh lebih baik, karena orang Arab itu baik laki-laku maupun wanita suka berdandan (fashion), kuliner (food), dan fun (bersenang-senang), seperti wisata. Jika tetap kesulitan menyedikan kesukaan orang Arab, maka bahan mentahnya, seperti; bumbu tempah-rempah serta minyak goreng tidak kesulitan. Indonesia memiliki kebun sawit yang begitu luas.
Kali ini MoU yang telah disepakati, membuat masa depan bisnis orang Indonesia akan semakin berpeluang membanjiri Arab Saudi. Sebaliknya, Arab Saudi juga kan mengeruk duitnya orang Indonesia. Sebab, pasar Indonesia itu sangat besar, karena penduduknya sangat besar dan sangat konsumtif. Semoga kunjungan ini saling menguntungkan. (*)
* Penulis adalah alumnus Ummul Qura, pengurus PCI NU Arab Saudi, manajer TIMES Jazirah.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Khoirul Anwar |
Publisher | : Rochmat Shobirin |