Peristiwa Nasional

Allah Bertanya pada Ruh dan Nafsu, Ini Beda Jawaban Mereka

Minggu, 04 Juni 2017 - 13:07 | 588.12k
Intelektual muda NU Mukhlas Syarkun (Grafis: TIMES Indonesia)
Intelektual muda NU Mukhlas Syarkun (Grafis: TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dikisahkan ketika Allah menciptakan ruh dan kemudian ditanya; siapa Aku dan siapa kamu? Ruh itu menjawab; "Anta Rabbi wa ana 'abdi" (Engkau Tuhanku dan aku hambaMu).

Hal ini berbeda ketika Allah menciptakan nafsu, selanjutnya ditanya; "Siapa Aku dan siapa engkau?" Dengan angkuhnya nafsu itu menjawab; "Ana ana anta anta"(saya ya saya kamu ya kamu ). Kemudian nafsu disiksa dibakar, tetapi tetap tak berubah. Selanjutnya nafsu dipenjara. Tidak diberi makan dan minum dalam waktu yang lama. Baru setelah itu nafsu insaf dan menyatakan; "Anta Rabbi ana 'abdi"(Engkau Tuhanku dan aku hambaMu).

Advertisement

Kisah di atas memberi pengajaran bahwa puasa mempunyai pengaruh yang besar untuk menundukkan nafsu. Mengapa nafsu harus ditundukkan? Karena menurut Alquran, nafsu itu menyeret pada keburukan. Ini jadi pesan, jangan sampai nafsu mendominasi pikiran, sikap, dan langkah kita. Jangan dibiarkan nafsu menguasai potensi dan energi spiritual kita. Sebab nafsu itu mengubah ke arah yang lebih buruk. 

Sesuatu yang positif ketika dimasuki nafsu akan berubah menjadi negatif. Seperti tahta, sesuatu yang positif. Karena itu Allah memberikan tahta pada Nabi Sulaiman dan Nabi Daud untuk mengatur kemaslahatan manusia. Tetapi ketika dihinggapi oleh nafsu, maka tahta itu akan berubah menjadi monster pemangsa manusia.

Fir'aun adalah simbol nyata tahta yang didominasi oleh nafsu ammara dan lawwama. Dalam perspektif Alquran, harta adalah hal yang positif. Disebut dalam Alquran sebagai anugerah Allah dan juga  disebut sebagai kebaikan. 
Tetapi ketika harta itu bercampur dengan nafsu, maka harta itu akan berubah menjadi fitnah dan bahkan menjadi sumber malapetaka dan kehancuran.

Ketika nafsu mendominasi hati, maka hati akan berubah menjadi hati yang keras atau menjadikan hati yang berpenyakit hati yang tertutup. Sehingga tidak bisa menerima kebenaran dan nasihat.

Ketika nafsu masuk dalam akal pikiran, maka akan melahirkan berbagai penipuan, rekayasa yang mencelakakan dan memadharatkan. Ketika nafsu menempel di bibir, maka keluarlah kata-kata makian, fitnah, nista, serta adu domba.

Itulah dampak buruk akibat pengaruh nafsu. Ini menjadi sesuatu yang sangat berat,sebab nafsu itu sendiri bersemayam dalam diri kita dan tak bisa dihilangkan. Karena bagian dari dimensi spritual kita sendiri dan tugas manusia adalah menundukkan nafsu, bukan menghilangkan nafsu, karena nafsu tak bisa dilenyapkan.

Namun kita patut bersyukur karena Allah telah mewajibkan ibadah puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan sebagai latihan pengendalian nafsu. Khususnya nafsu lawwamah dan ammara bissu'.

Semoga ibadah puasa yang sedang kita jalani di bulan Ramadhan ini benar-benar menjadi proses pengendalian nafsu. Sehingga nafsu menjadi tenang. Yakni, kondisi nafsu yang stabil, yang membuat hidup lebih tenang dan nyaman, di bawah naungan ridha Ilahi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES