
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Egrang adalah alat permainan tradisional yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
Bentuknya berupa galah atau tongkat bambu berjumlah dua buah (sesuai dengan sepasang kaki yang kita miliki) dengan tinggi sekitar 2-3 meter. Terdapat pijakan kaki dari dua belah bambu atau kayu yang panjangnya kira-kira 20-30 cm yang dipasang sekitar 30 cm dari pangkal egrang.
Advertisement
Permainan tradisional Indonesia ini belum diketahui secara pasti dari mana asalnya, namun dapat dijumpai di berbagai daerah dengan sebutan yang berbeda-beda. Sebagian wilayah Sumbar memanggilnya tengkak-tengkak (asal katanya adalah tengkak yang berarti pincang).
Masyarakat Bengkulu menyebutnya ingkau (sepatu bambu) dan di Jawa Tengah bernama jangkungan yang berasal dari nama burung berkaki panjang.
Egrang sendiri berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah pancung karena terbuat dari bambu bulat panjang. Dalam bahasa Banjar di Kalimantan Selatan, egrang disebut batungkau.
Permainan egrang tidak membutuhkan tempat (lapangan) yang khusus. Dapat dimainkan di mana saja, asalkan di atas tanah. Luas arena permainan hanya sepanjang 7-15 meter dan lebar sekitar 3-4 meter.
Dari awal kemunculannya, biasanya egrang dimainkan oleh anak yang berumur 7-13 tahun. Bila dilombakan, minimal 2 orang yang bermain. Pemenangnya ditentukan oleh siapa yang paling cepat menyentuh garis finish.
Memainkan Egrang tidaklah mudah. Dibutuhkan kemampuan untuk menyeimbangkan diri dalam menjalankannya. Hanya yang biasa berlatih, yang dapat menyeimbangkan diri lalu berjalan cepat mendahului yang lain.
Biasanya egrang dilombakan saat peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus. Saat ini, di acara khitanan, Car Free Day, dan Masa Pengenalan Kampus, egrang juga dimainkan. Auckland
Manfaat lain bermain egrang
Egrang bisa jadi solusi jitu untuk berjalan ketika terjadi banjir di daerah Anda. Dengan egrang Anda bisa nyaman berjalan tanpa terkena air. Tentu perlu kehati-hatian agar egrang tidak memilih pijakan tanah yang salah.
Manfaat lain, di tengah fenomena anak yang banyak menghabiskan waktunya untuk bermain gadget dan video game yang membuat anak menjadi asosial dan kurang gerak fisik, permainan tradisional seperti egrang perlu kembali digalakkan.
Egrang bisa mendekatkan anak dengan alam sekitar dan tidak lagi sibuk dengan gadget dan videogame-nya.
Permainan ini dapat melatih dan mengembangkan kemampuan otak kanan dan kiri kita. Bila otak kirinya terbiasa berpikir kalkulatif, maka otak kanannya dipaksa untuk sabar dan ulet dalam melatih keseimbangan dan juga melatih kesabaran untuk menjaga kekompakan dan sportivitas dalam perlombaan.
Disamping itu, egrang bisa melatih konsentrasi karena perlu hati-hati dalam menapaki medan yang dijalani dengan egrang. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Ahmad Sukmana |
Sumber | : Berbagai Sumber |