Batik Nusantara, Cerita Zaman Majapahit hingga Kerajaan Mataram Islam

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Batik telah ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya nonbendawi milik Indonesia oleh UNESCO. Batik memiliki sejarah panjang yang mewarnai Nusantara.
Batik sendiri tercatat sebagai kain turun temurun dari leluhur Bangsa Indonesia. Dikutip dari buku Batik Nusantara: Makna Filosofi, cara pembuatan & Industri Batik tulisan Ari Wulandari batik telah ada sejak zaman kerajaan Majapahit.
Advertisement
Hal ini dibuktikan dengan penemuan arca dalam Candi Ngrimbi dekat Jombang yang menggambarkan sosok Raden Wijaya, raja pertama Majapahit (1294-1309), memakai kain batik bermotif kawung.
Kejayaan kerajaan Majapahit di masa lampau telah membuat seni batik tertancap kuat selama berabad-abad sebagai warisan budaya nusantara. Itulah sebabnya, motif-motif batik dapat ditemukan di setiap artefak peninggalan budaya seperti pada candi-candi, yoni, dan tempat pemujaan hindu-budha lainnya.
Arca Peninggalan Abad ke-13 dengan Busana Batik (Foto: wikipedia)
Beragam motif batik tersebar di seluruh wilayah nusantara. Seperti motif dasar lereng dapat ditemukan pada patung emas Syiwa yang dibuat abad IX di Gemuruh, Wonosobo. Dasar motif ceplok ditemukan pada pakaian patung Ganesha di Candi Banon dekat Candi Borobudur yang dibuat abad IX. Batik juga ditemukan pada titik-titik dalam motif pada patung Padmipada di Jawa Tengah menurut perkiraan patung tersebut dibuat awal abad VIII-X. Motif liris ditemukan pada patung Manjusri, Ngemplak, Semongan, Semarang dibuat abad X.
Kenyataan tersebut membuktikan bahwa kegiatan membatik telah ada sejak ratusan tahun silam. Kejayaan majapahit yang memiliki wilayah kekuasaan sangat luas, membuat Kkegiatan membatik sudah menjadi tradisi yang mendarah daging di seluruh kawasan. Mulai ujung Sumatera hingga Papua.
Meski demikian, kepastian kapan batik mulai ada di Indonesia masih menjadi bahan kajian para pakar.
Ada pula yang berspekulasi sejarah batik mulai terdokumentasi sejak berdirinya kerajaan Mataram Islam. Terlihat dari motif-motif batik yang bersumber dari istana keraton Mataram. Seperti parang rusak dengan variannya; parang rusak barong, parang rusak gendreh, parang rusak klithik, semen ageng sawat grudha, semen ageng sawat lar, udan riris, rujak senthe, semen rama, dan sebagainya .
Sumber lain menyebutkan pada awalnya, batik digunakan sebagai hiasan pada daun lontar yang berisi naskah atau tulisan agar tampak lebih menarik.
Pahlawan Nasional R.A. Kartini dan Suaminya Memakai Kain Batik (Foto: wikipedia)
Seiring perkembangan interaksi bangsa Indonesia dengan bangsa asing, maka mulai dikenal media batik pada kain. Sejak itu, batik mulai digunakan sebagai corak kain yang berkembang sebagai busana tradisional, khusus digunakan di kalangan ningrat keraton.
Saat ini batik tak hanya dipakai oleh kalangan keraton saja, seluruh warga Indonesia merasa bangga dapat mengenakan batik, sebagai warisan budaya.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Sholihin Nur |
Sumber | : Berbagai Sumber |