Peristiwa Nasional

Mengenal Lebih Dekat Sosok Habib Abdul Qodir Bilfaqih

Jumat, 09 Maret 2018 - 20:55 | 3.81m
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Haul Akbar Maha guru Ustadzil Imam Al-Habr Al-Qutub Al-Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih Al-Alawy R.A, akan digelar di Kota Malang, 10-11 Maret 2018. Ribuan jemaah dari berbagai daerah, sudah mulai berdatangan ke Kota Malang sejak Jumat (9/3/2018).

Di pemakaman Habib Abdul Qodir Bilfaqih dan Habib Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih, di Kasin, Kota Malang sudah dipenuhi para jemaah dan para santrinya dari berbagai daerah di Indonesia.

Advertisement

Haul tahun ini (2018), seperti biasa akan digelar di depan Ponpes Darul Hadits Al Faqihiyyah Alussunnah Wal Jamaah, di Jalan Aris Munandar, Kota Malang.

Hari pertama, Sabtu (10/3/2018), akan digelar ziarah bersama ke makam Habib Abdul Qodir Bilfaqih dan Habib Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih, dilanjut dengan Khotmil Quran dan Pembacaan Mutiara-Mutiara Al Imamain di depan Pondok setempat.

Di hari kedua, Minggu (11/3/2018), pembacaan Maulid Nabi dan dilanjut dengan ceramah agama oleh tiga penceramah, yakni, Habib Taufiq bin Abdul Qodir Assegaf dari Pasuruan, Habib Hadi Bin Alwy Alkaf dari Malang, KH Muhyiddin Abdul Qodir dari Sumedang dan Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto.

Setiap tahunnya, saat Haul ‘Imamain’ puluhan ribu jemaah dri berbagai daerah, bahkan ada dari Malaysia dan Singapura, memadati lokasi Haul. Lalu seperti apa sosok Habib Abdul Qodir Bilfaqih?

Dari buku Biografi yang dikeluarkan Ponpes Darul Hadits, Habib Abdul Qodir Bilfaqih disebut Maha guru Ustadzil Imam Al-Habr Al-Qutub Al-Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih Al-Alawy R.A.

Ia dilahirkan disebuah kota yang terkenal dengan julukan “Kota Ilmu dan Kota Auliya” yakni Tariem Hadromaut Yaman Selatan. Beliau R.A pada hari Selasa tanggal 15 Shafar 1316 H.

Bersamaan dengan malam kelahiran Al-Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih Al-Alawy R.A, ada seorang ulama yang besar yang bernama Al-Habibul Imam Syaikhon Bin Hasyim As-Seggaf R.A bermimpi bertemu Sulthoniil Auliya’ Asy-Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani R.A menitipkan Kitab Suci Al-Qur’anul Karim kepada Imam Syaikhon Bin Hasyim agar diberikan kepada Habibul imam Akhmad bin Muhammad Bilfaqih R.A, yang merupakan ayahhanda Al-Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih Al-Alawy R.A.

Setelah diceritakan perihal mimpi tersebut Al-Habibul Imam Akhmad Bin Muhammad R.A berkata: “Alhamdulillah tadi malam aku dianugrahi oleh Allah SWT seorang putra. Dan itulah isyaroh ta’wil mimpimu bertemu dengan Asy-Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani R.A yang menitipkan Al-Qur’anul Karim agar disampaikan kepadaku.

Oleh karen itu, putraku ini akan kuberi nama Abdul Qodir dengan harapan, Allah SWT memberikan nama maqom dan wilayahnya sebagai mana Asy-Syekh Abdul Qodir Jaelani R.A”.

Masa Pendidikan Habib Abdul Qodir Bilfaqih

Pendidikan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih diawali dari kota kelahirannya yaitu kota Tariem Hadromaut. Pendidikannya dimulai dari Ibtida’iyah, Tsanawiyah, Aliyah, sampai kuliah tinggi dari ulama-ulama besar dari berbagai fakultas ilmu agama.

Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih dalam memperdalam ilmu-ilmu tersebut bukan hanya di sekitar kota Tariem saja, melainkan sampai kota-kota lain seperti kota Sewun Hadramaut, Mekkahtul Mukarromah, Madinah, Munawaroh, Kairo Mesir, Afrika Barat, dan sebagainya.

Selama menuntut ilmu, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih dikenal sebagai murid yang cerdas dan tangkas dalam pelajaran. Juga dikenal sebagai seorang murid teladan yang penuh yang penuh kesungguhan, ketekunan, dan keuletan dalam belajar.

Disamping itu, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih, dikenal sebagai seorang murid yang amat mengagungkan mahaguru-mahagurunya dan menaruh rasa hormat kepada mereka meskipun Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih terkenal sebagai pakar dalam berbagai banyak bidang ilmu agama.

Bukti kegigihan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih dalam menambah ilmunya, sering mendatangi mahaguru-mahaguru dalam rangka menambah hasanah ilmu pengetahuannya. Sehingga salah seorang maha gurunya pernah berkata:

“Bangsa Bilfaqih dalam bidang fiqihnya bagaikan Imam Adzroi dan dalam bidang Tasawuf serta adabnya laksana lautan tak bertepi.”

Pernah pula salah seorang maha guru Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih yang bernama Al-Habib Al-Imam Akhmad bin Hasan Al-Aththos R.A di depan rumahnya berkata: Aku mencium aroma ilmu yang harum nan murni dari rumah ini”.

Perjuangan Habib Abdul Qodir Bilfaqih

Pada tahun 1331 H/1921 M, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih lulus mendapat ijazah dan berhak memberikan fatwa agama, antara lain bidang hukum, dakwah, pendidikan, dan sosial. Dengan sabar dan penuh keikhlasan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih memberi fatwa-fatwa agama.

Ditengah kobaran semangat dan kegigihannya dalam berda’wah dan berjuang, beliau R.A mendapat tugas yang suci dari Baginda Rasulullah SAW melalui dengan isyarah agar terus melanjutkan kegiatan dakwah, tidak hanya di dalam kota Tariem melainkan harus meninggalkan kota Tariem kota kelahiran Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih.

Perjalanan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih tentu bukan perjalanan yang tanpa makna melainkan perjalanan mulia dan suci demi menyiarkan agama dakwah Islamiyah. Kapan dan dimana saja Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih berada selalu berdakwah.

Sehingga disetiap tempat yang Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih singgahi, selalu meninngalkan kesan mulia. Bahkan tidak sedikit pula kemudian hari muncul kader-kader agama yang tangguh berkat didikan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih.

Hal diatas sebagai wujud nyata kecintaan dan kepatuhan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih, baik terhadap baginda rasul maupun kepada mahagurunya meski harus meninggalkan sanak famili dan kampung halaman tercinta.

Sabelum meninggalkan kota Tariem, beliau R.A sempat pula mendirikan “Jam’iyah Al-Ukhuwwah Wal Mua’awwanah dan Jam’iyah An-Nashr Wal Fadholi”.  Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih juga menyempatkan diri untuk menunaikan ibadah haji dan berziarah ke Makam Suci Baginda Nabi Muhammad SAW.

Setelah itu, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih melanjutkan perjalanan menuju Aden dan selanjutnya berturut-turut menuju Pakistan, India, Malaysia, Singapore, dan terakhir menuju Indonesia.

Dalam menuju negara-negara tersebut diatas beliau selalu membina umat, baik secara umum maupun secara khusus dalam lembaga-lembaga pendidikan dan majelis ta’lim.

Disinilah terlihat kecintaan dan kepatuhan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih R.A baik terhadap Baginda Nabi Besar Muhammad SAW maupun terhadap maha gurunya meski harus meninggalkan kota yang Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih cintai karena melaksanakan dan mengemban tugas yang suci.

Setiba di Indonesia, tepatnya kota Surabaya, pada tahun 1338 H/1919 M, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih langsung diangkat sebagai Direktur Madrasah Al-Khoiriyah. Pada tahun 1358 H/1938 M di kota Solo Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih mendirikan Lembaga Pendidikan Madrasah Ar-Robithoh.

Tetapi sebelum mendirikan Madrasah tersebut pada tahun 1351 H/1931 M, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya, sekaligus berziarah ke Makam Suci Baginda Rasulullah SAW.

Pada Kesempatan itu, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih mempergunakan waktunya untuk saling memanfaatkan ilmu dengan para tokoh ulama disekitar kota Mekkah dan Madinah.

Begitu tinggi dan besar tekad Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih dalam menyebarkan ajaran Allah SWT. Dan Baginda Rasulullah SAW, dengan tidak henti-hentinya berdakwah dan mengajarkan ilmu agama, seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

Dalam memperlancar dakwah Islamiyah dan pengajaran ilmu agama, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih, pada tanggal 12 Februari 1945 (enam bulan sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI) mendirikan “Lembaga Pesantren Darul Hadist Al-Faqihiyah” dan “Peguruan Tinggi Atas” di Malang, Jawa Timur, yang terus berkembang sampai sekarang.

Hal ini membuktikan betapa tinggi dedikasi Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih dalam menyiarkan ajaran Allah SWT dan Rasulnya serta sebagai wujud nyata peran aktif dalam memajukan dan mencerdaskan bangsa Indonesia pada umumnya, umat islam pada khususnya.

Dengan demikian nyata kiranya, bahwa Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih juga ikut andil dalam mengusir penjajah, baik Belanda maupun Jepang.

Ketinggian ilmu dan kepakaran beliau R.A dalam bidang agama tidak dapat diasingkan lagi. Semua kalangan, baik masyarakat umum maupun pejabat mengetahui hal itu.

Maka pada tahun 1330 H/1960 M Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Malang mengangkat Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih sebagai dosen matakuliah tafsir.

Pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 1331 H/1961 M, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih diangkat sebagai Advisur Menteri penghubungan Alim Ulama Indonesia.

Dari jerih payah yang penuh tanggung jawab dan keikhlasan dalam mendidik dan mengasuh santri-santri, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih telah berhasil banyak mendirikan Pesantren dan Majlis-majlis Ilmu di banyak daerah di Indonesia.

Murid-murid Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih menyebar di banyak daerah di Indonesia. Seperti, Ustadz Ahmad Al-Habsy, pengasuh pesantren Ar-Riyadh di Palembang, Sumatra Selatan.

Ustadz Al-Habib Muhammad Ba’addud (alm), pengasuh pesantren Darul Nasyi’in  Lawang, Malang, Jawa Timur, Al-Habib Syekh Bin Ali Al-Jufri, Pimpinan Yayasan Al-Khoirot Jakarta Timur, KH Alawy Muhammad, pengasuh pesantren At-Thoroqi Sampang, Madura, dan banyak tokoh lainnya.

Alhasil berkat didikan dan gemblengan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih, murid-muridnya menjadi pelopor umat dalam meneruskan pejuangan suci menegakkan agama Allah SWT dan Baginda Rasulullah SAW.

Keteladanan Habib Abdul Qodir Bilfaqih

Telah digariskan dalam syariat agama, bahwa tidaklah dinamakan mengagungkan ilmu apabila tidak memulyakan ahli ilmu.hal ini benar-benar disemayamkan dalam lubuk hati Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih.

Pernah pada suatu ketika disaat menuntut ilmu pada salah seorang maha gurunya, beliau ditegur dan diperingatkan, padahal Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih dipihak yang benar.

Setelah gurunya memahami dan mengetahui kalau muridnya benar, maka gurunya meminta maaf. Namun Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih berkata:

“Meskipun saya benar andaikan paduka memukul mukaku dengan sepasang sandal paduka, tak ada rasa tidak menerima sedikitpun”.

Itulah salah satu contoh keteladanan yang tinggi bagaimana seharusnya seorang murid bersopan santun kepada gurunya. Contoh keteladanan budi pekerti yang patut kita ambil intisari dan hikmahnya sebagai pelajaran untuk diikuti.

Sebab inilah yang terpenting di dalam menelaah manaqib orang-orang besar seperti Yang Mulia Maha Guru Samahatil Ustadzil Imam Al-Habr Al-Qutub Al-Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih Al-Alawy R.A.

Kenyataan di atas sejalan dengan kata mutiara Sayyidunal Imam Ali bin Abi Tholib Karromallohu Wajhah Wa’alaihis Salam Warodiallohu ‘anhu : “Aku adalah budak sahaya dari seorang yang pernah mengajarku meski hanya satu huruf “.

Keistimewaan Habib Abdul Qodir Bilfaqih

Keistimewaan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih sungguh tak dapat dihitung banyaknya dan sangatlah panjang untuk diuraikan. Namun demikian, skelumit diuraikan sebagian dari keistimewaan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih yakni sebagi berikut:

Pertama, Ketekunan dan keuletan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih dalam menuntut ilmu agam tanpa mengenal lelah tempat dan waktu. Sungguh sulit dicari tandingannya. Cinta Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih terhadap ilmu teramat dalam dan telah menyatu dalam lubuk hatinya.

Kedua, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih bukan hanya ahli dan menguasai ilmu syariat saja, melainkan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih ahli dan menguasai bidang thariqah.

Begitu pula dengan bidang haqiqat dan ma’rifat, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih ahli dalam menguasainya, sehingga Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih terkenal dengan sebutan “Syaikhusy Syariah Wat Thoriqoh Wal Haqiqat”.

Ketiga, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih, ahli dalam ilmu Alat, Nahwu, Shorof, Ma’ani, Bayan, Badi, Mantiq, dan sebangsanya, serta ahli dalam ilmu kalam. Dalam bidang hadist Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih benar-benar menguasainya, baik dalm hal riwayat maupun dalam diroyah. Beliau R.A Hafal Jutaan Hadist Nabi Besar Muhammad SAW.

Disamping itu, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih, banyak mendapatkan Al-Hadist Al-Musassal, yakni hadits riwayat langsung dari Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih, hingga tersambung isnadnya kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW.

Misalnya, saat Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih berkunjung ke beberapa ulama di Saudi Arabia bersamaan dengan ibadah haji kedua, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih saling bertukar isnad dengan Al-Allamah As-Sayyid Alwy bin Abbas Al-Maliky R.A.

Penguasaan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih dalam bidang hadits dan ilmu hadist diwariskan langsung dan khusus kepada putra tunggal Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih yaitu maha guru Al-Ustadzil Imam Al-Hafidz Al-Qutub Prof Dr Al-Habib Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih Alawy R.A.

Demikianlah ringkasan biografi maha guru Al-Ustadzul Imam Al-habr Al-Qutub Al-Washil Al Mushil Al-Qutbul kabir An-Nihrir Hamilus Sunnah Wa Qomiul Bid’ah Syaikhis-Syariah Wat-Thoriqoh Wal Haqiqoh Al-Mursyidul Kamil Sayyiduna Wamaulana Al-Habib Abdul Qodir bin Al-Habibul Imam Al-Allamah Ahmad Bin Muhammad Bilfaqih Al-Alawy al-Husainy R.A.

Sang penerus keluhuran pelita agama dan penerus Sayyidul Anbiya’ Wal Mursalin Muhammad SAW. Perjalanan hidup Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih adalah perjalanan suci.

Saat berpulang bagi seluruh makhluq adalah telah menjadi ketetapannya. Saat berpindah dari alam ini sudah digariskan tanpa ada sesuatu apapun yang dapat merubah dan menunda. Itulah kebesaran dan kekuasaannya yang Azaly.

Pada tanggal 21 bulan Jumadil Akhir Tahun 1382 H atau Tanggal 19 November 1962 M menghadaplah ruh suci Al-Ustadzul Imam Al-Habr Al-Qutub Al-Habib Abdul Qodir Bin Ahmad Bilfaqih Al Alawy R.A keharibaan Rabbul ‘Alamin dalam usia 62 tahun.

Bagi Al-Ustadzul Imam Al-Habr R.A bertemu Allah SWT adalah dambaan besar dari lubuk hati yang penuh bejan cinta dan rindu akan Allah SWT dan Rasulnya SAW. Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih kala itu pada saat-saat terakhir sempat berkata kepada putra tunggalnya.

 “……Lihatlah wahai anakku, ini kakekmu Muhammad SAW datang, dan ini Ibumu Sayyidatuna Fatimah datang …..”

Ribuan umat berdatangan guna menyampaikan rasa duka cita dan penghormatan terakhir yang sedalam-dalamnya kepangkuan maha guru dan Bapak Umat. Jenazah suci terlebih dahulu disemayankan di Masjid Jami’ Malang untuk memberi kesempatan kepada hadirin untuk shalat jenazah. selanjutnya di makamkan di Pemakaman Kasin Kota Malang, Jawa Timur. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Khoirul Anwar
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES