Pembuat Gitar Kelas Dunia, I Wayan Tuges: Terima Kasih TIMES Indonesia

TIMESINDONESIA, BALI – Dua ruangan di kediamannya, dipenuhi dengan puluhan gitar karya tangannya yang sudah mendunia. Itulah pemandangan di rumah I Wayan Tuges, pembuat gitar ukir yang sudah mendunia.
Saat TIMES Indonesia berkunjung ke rumahnya, di Jalan Baruna 5, Guwang, Kabupaten Gianyar, Bali, Selasa (7/8/2018), ditemui langsung oleh I Wayan Tuges, bersama istri tercintanya serta kedua putranya.
Advertisement
Dari TIMES Indonesia, yang bersilaturahmi, Pemimpin Redaksi TIMES Indonesia, Yatimul Ainun, Direktur Pengembangan, SW Wahyuning Utami dan Direktur Gawainesia TIMES Indonesia, Mr D (Doddy Hernanto).
Dalam silaturahmi itu, I Wayan Tuges banyak berkisah soal perjalanan dirinya menggeluti karya Gitar ukir khas Bali yang sudah mendunia.
"Terima kasih TIMES Indonesia telah berkunjung kesini. Saya sangat bangga bisa dikunjungi dan bisa bersilaturahmi," katanya, saat menerima cendera mata e-Koran TIMES Indonesia.
I Wayan menceritakan, dirinya menggeluti dunia seni pembuatan gitar ukir, berawal dari seniman ukir. Namun, kini Wayan Tuges sudah menjadi sosok yang mampu menyulap sebuah gitar biasa menjadi alat musik dengan nilai jual tinggi kelas dunia.
Gitar buatannya dapat mencapai harga ratusan juta rupiah dan pembelinya berasal dari berbagai negara. "Pembelinya dari perbagai negara," katanya santai.
Kesuksesan Wayan Tuges bukannya instan, ia berproses sejak sekitar 13 tahun tahun silam. Dua tahun ia belajar membuat gitar pada sesorang dari Amerika Serikat.
“Tahun 2005 adalah awal saya belajar membuat gitar. Saya dibawakan secara khusus gitar oleh teman saya yang bernama Danny Fonfeder untuk dipelajari dan diisi dengan ukiran ciri khas Bali,” kata dia, kepada TIMES Indonesia, sembari menikmati kopi yang dibuat istri tercintanya.
Saat itu lanjut cerita I Wayan Tuges, pesanan ukiran gitar, tak dapat ia selesaikan, untuk yang petama membuat gitar. Baru pada 2007, ia bertemu dengan seniman gitar asal Amerika Serikat bernama George Morris.
Dari seniman itulah, Wayan Tuges mendapat bimbingan tekun selama dua tahun. "Dua tahun belajar," akunya.
Menurut Wayan Tuges, selama mau belajar, maka tidak ada hal yang tidak mungkin untuk dikerjakan. Berdasarkan keyakinan itulah, dia tak berhenti bereksplorasi menciptakan kebaruan pada produk gitarnya yang dilabeli nama "Blueberry Guitar".
Kini, dia sudah menghasilkan kurang lebih 2.000 produk gitar yang dijual ke berbagai negara sejak 2007. Namun, nasib hasil kerja keseniannya itu tidak begitu diminati di dalam negeri. "Itulah orang Indonesia," cetusnya.
Saat ini, banyak musisi luar negeri yang memesan. "Hal itu bukan gol utama saya. Saya ingin musisi dalam negeri yang memakainya,” ucapnya.
Produk-produknya itu, kata Wayan Tuges, 90 persen menggunakan bahan baku yang berasal dari dalam negeri. Ia tidak lagi bergantung pada bahan baku ekspor.
Yang ekspor itu bebernya, memang benar-benar tidak ada di Indonesia. Selama masih ada barangnya di Indonesia, akan memakai barang Indonesia. "Itu prinsip saya," katanya.
Diketahui, sederet musisi telah menggunakan gitar buatan Wayan Tuges. Diantaranya, musisi jazz Paul Deslaurier, Golden Earing Band, dan George Kooymanns.
Namun, untuk di dalam negeri masih bisa dihitung dengan jari, seperti Jun Bintang vocalist Bintang Band Bali, Iwan Fals. "Juga Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono ke 6," terangnya.
Blueberry Guitar pun sempat dipamerkan di berbagai negara, salah satunya adalah di Kanada dalam ajang Montreal Jazz Festival.
Setiap gitar buatannya memang dipenuhi dengan ukiran. Hal itu yang berbeda dengan gitar lainnya. Dia menerima pembuatan gitar sesuai dengan keinginan pemesannya.
“Memang ciri khasnya ukiran Bali, tapi jika ada yang memesan dengan model lain, kami akan melayaninya,” ungkap Wayan Tuges.
Sebuah karya monumentalnya merupakan alat musik yang unik dan hanya satu-satunya di dunia, yakni Guiharpulele. Alat musik itu merupakan gabungan dari gitar, harpa, ukulele, kalimba, dan washboard.
“Gitar ini dipesan oleh Walk off the Earth dan kelima alat musik itu jadi satu-kesatuan. Itu yang luar biasa,” katanya.
Usai menceritakan perjalannaya selama menggeluti pembuatan gitar, perwakilan TIMES Indonesia menyerahkan cendera mata kepada I Wayan Tuges. "Luar biasa. Sekali lagi terima kasih ya. Sukses dan terus berjuang untuk jurnalisme positif TIMES Indonesia," pesannya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Indonesia |