Reuni 212 Akan Terus Berlanjut untuk Penegakkan Hukum

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Aksi bela Islam pada 2 Desember 2016 lalu atau aksi 212, masih mendapatkan tempat di hati para pelakunya. Mereka pun mengadakan reuni terkait aksi tersebut.
Tak terkecuali, bagi Ust. Ismail Yusanto selaku aktivis 212 yang turut serta mengungkapkan reuni 212 sebagai sebuah pertemuan bersejarah.
Advertisement
"Ini moment sejarah pertemuan terbesar di dunia. Kalau mau representasi Jakarta ada di Monas, dan 212 ada 7 juta itu valid. Banyak latar belakang ormas, profesi, termasuk latar belakang politik hadir dengan tertib, dan sampai berakhir 212 berakhir damai," kata Ismail di acara diskusi publik yang bertajuk "Reuni 212 Untuk Siapa?", di Jakarta, Kamis (29/11/2018).
Menurutnya, kehadiran dari para aktivis 212 tidak terlepas dari peristiwa penistaan agama. "Jadi bukan hanya reuni tapi lebih menjaga ghirroh," lanjutnya.
Sebelumnya aksi 212 hadir sebagai aksi yang bertajuk "Bela Islam" untuk menuntut Basuki Thajaja Purnama dalam kasus penistaan agama. Hal ini pula yang menjadikan faktor utama kembalinya reuni 212 dalam penegakan hukum terhadap oknum penista agama.
"Kenapa banyak penistaan agama karena tidak tegasnya hukum. Lihat dimana Sukmawati, terakhir pembakaran bendera HTI ini penistaan agama luar biasa. Padahal sudah kami jelaskan itu bukan bendera kami, walau pelaku sudah dipenjara tapi hanya 10 hari," ujar Ismail yang juga selaku juru bicara HTI.
Selain itu hadirnya acara reuni 212 menjadi motivasi tersendiri dalam pembelaan agama yang khususnya bagi umat Islam di Indonesia. "Jadi aksi 212 itu pembelaan terhadap agama, dan ini akan terus berlanjut dan tidak selesai," tegasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |