DR Yanto, Hakim Tipikor asal Yogyakarta yang Piawai Mendalang

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Bagi pegiat antikorupsi di Indonesia, tentu tak asing lagi dengan seorang hakim bernama DR Yanto SH MH. Selain sebagai hakim, pria kelahiran Gunung Kidul, 21 Januari 1960 ini piawai mendalang. Kemahiran memainkan wayang kulit ini membuat ia kerap mendalang dalam event-event tertentu.
Karena itu, sosok hakim yang ramah dan tegas ini juga tidak asing dikalangan pecinta wayang kulit, dalang, sinden, wiyogo (penabuh gamelan) maupun para penggemar seni budaya jawa lainnya.
Advertisement
Yanto mengaku, sudah puluhan kali mementaskan wayang kulit selama semalam suntuk. Tentu, kegiatan itu dilakukan disaat libur kerja, disela-sela kesibukannya selama sebagai hakim dan kini menjabat sebagai Ketua Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi Jakarta Pusat.
Yanto menerangkan, hobi memainkan wayang kulit karena sejak kecil dirinya memang senang menonton dan mendengarkan pementasan wayang kulit. Selain melestarikan tradisi, hobi ini dilakoni untuk mengisi waktu luang ditengah kesibukanya sebagai hakim.
Yanto mengatakan, profesi dalang tidak bersifat komersil. Sebab, hobi ini dilakuksn semata-mata untuk memelihara dan melestarikan seni budaya warisan leluhur.
Meski tidak bersifat komersil ternyata Yanto kerap mendapatkan job. Juli mendatang, dirinya mengaku mendapat undangan untuk tampil di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan pentas di kawasan Sentul.
Rencanannya, Jumat (21/6/2019) malam ini Yanto akan berkolaborasi dengan dua dalang lainnya. Mereka mendalang secara bergantian di Alun-alun Wonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta. Pentas wayang ini dalam rangka memperingati Hari Jadi ke -188 Kabupaten Gunung Kidul.
Kepada TIMES Indonesia, Yanto mengatakan akan membawakan lakon Wahyu Sri Makutha Rama. Lakon ini menceritakan watak yang harus dimiliki seorang raja meniru apa yang sudah dilakukan Prabu Rama Wijaya suami Dewi Shinta Raja di Ayodya. Sedangkan Wahyu tersebut berupa ajaran yang sangat mulia dan luhur. Bernama ajaran "Hasta Brata" yang bermakna delapan jalan / laku.
Bagi para pemimpin haruslah bersifat seperti delapan alam. Meliputi: surya (Matahari), candra (bulan), kartika (bintang), bayu (angin), agni (api), samudra (laut), kisma (bumi), serta himantaka (mendung / awan). Sehingga, apabila seorang raja atau pemimpin dapat mentauladani sifat kedelapan unsur alam tersebut. Maka, bisa menjadi raja yang berbudi baik, arif dan bijaksana dalam semua hal.
“Dalam setiap pementasan saya tidak pernah mematok tarif. Lha wong ini saya lakukan semata-mata karena hobi dan ingin melestarikan budaya warisan leluhur,” terang Yanto.
Yanto menuturkan, pada 22 September 2017 lalu dilantik dan disumpah sebagai hakim dengan jabatan Hakim Madya Utama (ketua) di Pengadilan Negeri Niaga/HAM/Tipikor/H.I Jakarta Pusat Kelas 1A khusus. Dimana jumlah Pengadilan Negeri kelas 1A khusus sendiri terbatas jumlahnya di Indonesia.
Berbagai perkara besar negeri ini pernah ditanganinya, terlebih menyangkut kedudukannya sebagai hakim tipikor (tindak pidana korupsi).
Meski jadi pejabat hubungannya dengan para seniman juga cukup akrab. Yanto dekat dengan para wartawan ketika menjabat sebagai Ketua Pengadilan Negeri di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sebelumnya, Yanto pernah menjadi sebagai Ketua Pengadilan Denpasar, wakil ketua dan ketua Pengadilan Negeri Sleman serta Ketua Pengadilan Negeri Bantul.
“Doakan semoga saya tetap bisa istiqomah melestarikan budaya wayang kulit,” pinta DR Yanto SH MH, hakim Tipikor Jakarta Pusat yang piawai mendalang ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |
Sumber | : TIMES Yogyakarta |