Cerita Mahasiswa Unesa Setelah Kembali dari Wuhan Tiongkok

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Saat meningkatnya jumlah korban yang terjangkit pandemik Corona Virus Disease (Covid-19) di Wuhan, Tiongkok. Ayu Larasati, mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menjadi saksi nyata saat terjadinya lockdown di negara tersebut.
Perempuan berkaca mata ini mengaku mendapatkan beasiswa Bahasa Mandarin di Central China Normal University (CCNU) di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Advertisement
Disamping itu, disana Ayu patuh dan mengikuti himbauan Pemerintah agar tetap menghindari keramaian, terlebih asrama yang ia tinggali jauh dari pemukiman penduduk.
"Jadi kebetulan waktu itu aku tinggal di asrama kampus. Kampus kan luas ya, di dalem kampus ada asrama, nah disitu aku tinggal jauh dari pemukiman penduduk dan kebetulan juga kampusku sebelahan sama Mall," ungkapnya saat dihubungi TIMES Indonesia, Jumat (27/3/2020).
Ayu juga mengatakan, selama disana kondisi tempat yang ia tinggali bisa dibilang sepi bukan karena kasus Corona saja, tetapi juga bertepatan dengan liburan semester (libur musim dingin) dan juga Imlek
"Jadi warga Wuhan waktu itu sudah banyak yang pulang kampung buat ngerayain imleknya," kata Ayu.
Kendati demikian, Setelah menjalani masa karantina selama dua pekan, Ayu dan seluruh mahasiswa Indonesia dievakuasi dan dipulangkan dari Tiongkok.
"Aku menganggap itu jadi pengalaman yang luar biasa berharga. Gak pernah kebayang bisa pulang pakai prodesur evakuasi. Seru sih bisa tau ternyata begitu besar dedikasi Pemerintah buat warga Indonesia," kata Ayu.
Dengan kejadian itu, Ayu bisa mengambil sisi positif apa yang ia dapat selama mengikuti lockdown di Wuhan selama dua pekan. Menurutnya, meskipun di Indonesia belum semua akses keluar masuk ditutup, tetapi ia yakin bahwa Pemerintah Indonesia telah mengupayakan lebih untuk melawan kasus virus Corona.
"Dengan me-lockdown diri sendiri itu penting, karena itu cara yang ampuh untuk membantu Pemerintah," ungkap wanita asal Sidoarjo tersebut.
Ayu mengaku, pada Kamis (26/3/2020) ia berkomunikasi dengan salah satu teman yang berwarganegaraan China, bahwa mereka bilang dengan karantina mandiri (Stay at Home) itu merupakan cara terbaik mereka untuk membantu Pemerintah.
"Akhirnya sekarang mereka bilang kondisi jauh lebih baik dari pertengahan Januari kemarin, bahkan anak SMA di provinsi Ningxia sudah mulai masuk sekolah. Sangking membaiknya keadaan," kata Ayu.
Kendati demikian, meskipun keadaan di Wuhan Tiongkok belum dibilang sembuh total, tetapi terdapat kesadaran warga Tiongkok untuk tetap berdiam diri di rumah sehingga kinerja Pemerintah Tiongkok berbuahkan hasil. "Ini menjadi pelajaran buat kita, jangan sampai nunggu keadaan benar-benar genting baru sadar pentingnya Stay at Home," ungkap Ayu. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Sholihin Nur |
Sumber | : TIMES Surabaya |