Menelusuri Jejak Digital Pemegang Saham RuangGuru

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pasca hengkang dari Stafsus Milenial Presiden RI Jokowi pada 21 April 2020 kemarin, langkah Founder dan CEO RuangGuru, Adimas Belva Syah Devara (Belva Devara) terus menjadi sorotan publik.
Bukan sekadar polemik Kartu Prakerja yang mengarah pada dugaan memiliki konflik kepentingan. Namun juga investor besar di belakang platform digital yang ia buat sejak 2014 silam turut menjadi perbincangan publik.
Advertisement
Bahkan, hengkangnya Belva Devara seolah menampar Presiden Jokowi. Saat kondisi genting, harusnya ia mendapatkan dukungan penuh dari ring satu yaitu orang-orang kepercayaannya.
Terlebih, status startup yang konon milik perusahaan asing dari Singapura tersebut mulai dipersoalkan khalayak. Kendati Belva Devara membantah mentah-mentah.
Lantas, benarkah pemilik sesungguhnya RuangGuru berada di Singapura? Nama Seah Kian Wee disebut-sebut sebagai penyokong dana platform RuangGuru. Berikut jejak digital perjalanan investasi platform yang tengah naik daun saat pandemi ini.
Business Times mengabarkan pada 1 Oktober 2019 dalam sebuah berita bertajuk Investing for Good.
Kala itu, Seah Kian Wee sebagai kepala eksekutif UOB Venture meneken kerjasama kolaborasi pendanaan pertama dengan perusahaan sekuritas global Credit Suisse yang diwakili oleh Kepala Credit Suisse dari Impact Advisory dan Departemen Keuangan Asia Pasifik, Joost Bilkes, Selasa (1/10/2019) pukul 5,50.
Lebih dari beberapa tahun terakhir, investasi berdampak telah menjadi daya tarik tersendiri. Banyak investor tidak hanya ingin menghasilkan pengembalian keuangan tetapi juga menghasilkan dampak sosial dan lingkungan.
Di Singapura, kolaborasi antara UOB Venture Management (UOBVM)dan Credit Suisse membangun keberhasilan dana dampak pertama. Pendanaan pertama disebut Dana Investasi Dampak Asia (AIIF I). Mengumpulkan senilai 55 juta dolar AS pada peluncurannya di tahun 2015.
Selanjutnya, para mitra berencana meluncurkan dana dampak kedua. Dengan harapan dapat mengumpulkan antara 100 dan 150 juta dolar AS.
Seperti AIIF (I), dana kedua akan fokus pada perusahaan-perusahaan kecil di wilayah ini. Di mana para mitra percaya peluang terbesar ada. Pendanaan itu memanfaatkan kekuatan kelompok UOB di Asia Pasifik dengan harapan membantu membuka pintu bagi kesepakatan yang menjanjikan.
UOBVM sendiri telah memberikan pembiayaan kepada lebih dari 100 perusahaan sejak 1992 melalui investasi ekuitas langsung, terutama di Asia Tenggara dan Cina Besar.
Hingga akhir Mei, ia memiliki lebih dari 1,7 miliar dolar AS dalam modal komitmen. AIIF (II) bakal fokus pada sektor pendidikan, kesehatan dan pertanian. Mandatnya didefinisikan sebagai 'garis bawah ganda' dengan tujuan dampak kembar dan pengembalian keuangan.
Seah Kian Wee yakin bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk menggelontorkan investasi berdampak.
"Pada awalnya, investasi adalah tentang pengembalian. Di masa yang akan datang, investor akan melihat tidak hanya risiko dan pengembalian, tetapi juga pada dampaknya. Kami percaya ini adalah kelas aset yang berkembang. Milenium dan kaum muda ingin berinvestasi dengan tujuan. Kami percaya diri, setelah melakukan apa yang kita miliki di dana pertama," kata Seah Kian Wee.
Senada, Joost Bilkes, Kepala Credit Suisse dari Impact Advisory and Finance Department (IAF) Asia Pacific, mengatakan jika perusahaan kecil adalah tempat kesenjangan pendanaan di mana peluang terbesar berada.
"Kami membutuhkan seseorang yang sangat berpengalaman dalam segmen itu dan siapa yang ada di lapangan. Tim CS IAF bertindak sebagai penasihat dampak untuk strategi dana," tandasnya.
Berdasarkan definisi Jaringan Investasi Dampak Global, investasi dampak harus memenuhi tiga kriteria. Pertama, memiliki niat untuk menciptakan dampak sosial atau lingkungan yang positif. Kedua, memiliki harapan pengembalian finansial dan terakhir, komitmen untuk mengukur dampak.
Tidak hanya itu saja. Mitra juga mencari perusahaan portofolio yang memiliki kegiatannya dapat menghasilkan efek pengganda dalam memberi manfaat kepada kelompok pengguna yang semakin besar.
Sebagai contoh, salah satu perusahaan portofolio saat AIIF (I) adalah Ruang Guru yang menawarkan konten pendidikan digital dengan harga rendah dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dan menjangkau sebanyak mungkin siswa, khususnya yang kurang beruntung di daerah pedesaan.
Menurut Seah Kian Wee, hingga saat ini, platform pembelajaran perusahaan telah memberi manfaat kepada lebih dari 10 juta siswa. Dengan membagikan datanya, ia juga membantu para pendidik dan pejabat pemerintah.
"Banyak kesepakatan memiliki elemen dampak, tetapi mereka harus mampu menentukan skala dan membuat perbedaan. Kadang-kadang menyelesaikan masalah besar berisiko, tetapi jika berhasil pengembaliannya sangat besar. Perusahaan yang scalable dan berdampak dapat menghasilkan pengembalian lebih dari 10 kali. Produk RuangGuru ditawarkan dengan biaya yang sepersepuluh dari biaya sekolah swasta konvensional," paparnya.
"RuangGuru membuat konten menjadi sangat terjangkau dan aksesnya telah meningkat pesat sehingga menjadi dampak besar. Dua dari dana kami telah diinvestasikan di dalamnya, karena itu sesuai dengan mandat untuk dampak dan pengembalian finansial. Kami melacak jumlah siswa di kota maju versus daerah terpencil. Bisakah mereka membelinya? Kami melacak peningkatan nilai tes. Sekarang, kami memiliki cukup data untuk mengatakan itu berfungsi. Perusahaan ini mendapatkan banyak daya tarik," ujarnya menjelaskan.
Hingga saat ini, UOBVM adalah pemegang saham tunggal terbesar di RuangGuru. AIIF (I) juga telah menginvestasikan Halodoc, platform perawatan kesehatan digital yang memungkinkan pengguna di seluruh Indonesia untuk melakukan konsultasi langsung dengan lebih dari 20.000 dokter berlisensi, di mana saja dan kapan saja.
Mereka dapat menggunakan aplikasi untuk memesan tes laboratorium dan obat-obatan dan dapat dikirim dalam waktu satu jam saja. Halodoc telah terikat dengan Gojek untuk membuat layanannya tersedia melalui aplikasi Gojek. Investor strategis Halodoc termasuk Yayasan Bill & Melinda Gates, Allianz X dan Prudential.
Dari laman Wikipedia dengan merujuk The Jakarta Post, Daily Social dalam versi Bahasa Inggris, Tech in Asia Indonesia, hingga Kompasiana dan Berita Satu berikut portofolio PT Ruang Raya Indonesia yang lebih dikenal sebagai RuangGuru.
Sebagai sebuah perusahaan startup teknologi asal Indonesia yang berfokus pada pendidikan, RuangGuru menawarkan platform pembelajaran berbasis kurikulum sekolah melalui video tutorial interaktif oleh guru dan animasi di aplikasi ponsel.
Perusahaan ini didirikan oleh Adamas Belva Syah Devara dan Muhammad Iman Usman pada April 2017 dan telah memiliki 15 juta pengguna hingga tahun 2019.
RuangGuru mendapat pendanaan tahap awal (seed funding) dari East Ventures di tahun yang sama mereka berdiri dengan nilai yang tidak disebutkan.
Sebelumnya, RuangGuru menjalankan sistem pendanaan sendiri atau bootstrap. Pada tahun 2015, RuangGuru berhasil menggalang pendanaan Seri A senilai lebih dari Rp13 miliar.
Pendanaan dipimpin oleh Venturra Capital yang merupakan modal ventura milik Lippo Group.East Ventures, investor sebelumnya juga berpartisipasi dalam seri pendanaan yang dimaksudkan untuk memperluas bisnis dengan melakukan diversifikasi layanan serta meningkatkan sumber daya manusia perusahaan ini.
Pada 5 Juli 2017, RuangGuru mengkonfirmasi telah mendapatkan pendanaan seri B yang dipimpin oleh modal ventura milik bank asal Singapura yaitu UOB Venture Management.
Tidak disebutkan berapa nilai investasi yang dikucurkan dalam seri pendanaan ini namun sumber dari Dealstreet Asia menyebut nilainya mencapai US$7 juta atau sekitar Rp93 miliar. RuangGuru memakai dana ini untuk memperkuat konten edukasi, teknologi hingga pemasarannya.
Selain dari modal ventura, RuangGuru juga mendapatkan pendanaan dari dana hibah. Pada Mei 2017, RuangGuru mendapat hibah dari Groupe Speciale Mobile Association (GSMA) melalui program Ecosystem Accelerator Innovation Fund dengan nilai yang tidak disebutkan.
Pada 25 September 2017, RuangGuru berhasil memenangkan tiga penghargaan dalam ajang SOLVE Challenge yang diselenggarakan oleh The Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat.
RuangGuru kemudian berhak mendapatkan dana hibah dari Pemerintah Australia melalui Australian Department of Foreign Affairs and Trade dan Atlassian Foundation International.
Keberhasilan RuangGuru dalam kompetisi global yang diikuti 103 negara tersebut diraih melalui ide Digitalbootcamp yang membantu anak putus sekolah melalui bimbel daring agar dapat lulus SMA dan memperoleh pekerjaan yang layak.
Pendanaan yang didapatkan RuangGuru digunakan untuk melakukan proyek percontohan (pilot project) program tersebut pada sekitar 600 pelajar. Pada Mei 2018, RuangGuru mendapatkan hibah putaran kedua dari program ini yang digunakan untuk mengembangkan konten-konten kesiapan kerja.
RuangGuru melakukan ekspansi pertamanya pada 2019. Pada Oktober 2019, RuangGuru meluncurkan aplikasi untuk pasar Vietnam bernama Kien Guru. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Surabaya |