
TIMESINDONESIA, MALANG – Kenyataan pahit harus diterima buruh perempuan terkait dengan isu buruh dalam peringatan Hari Buruh 2020. Jangankan secara umum, buruh perempuan masih banyak kehilangan hak - hak nya. Kondisi buruh perempuan tidak kunjung membaik hingga kini.
Berdasarkan data yang ditampung Kalyanamitra,-organisasi perempuan nonpemerintah,- nasib buruh perempuan masih belum membaik. Terpenuhinya hak-hak buruh perempuan masih kurang hingga kini.
Advertisement
“Isu kekerasan terhadap perempuan di tempat kerja. kalau kita masih melihat data, kekerasan di tempat kerja masih terjadi hingga saat ini, terutama kekerasan seksual,” Listyowati, Ketua Kalyanamitra, Jumat (5/1/2020).
Tidak hanya itu, buruh perempuan juga dihadapkan dengan kekerasan seksual. Kondisi ini tidak banyak terungkap karena korban tidak berani bersuara dengan berbagai alasan, seperti takut kehilangan pekerjaan.
“Mulai dari pelecehannya, hingga tingkat rape. Dengan modus disertai ancaman dan intimidasi,” papar Sekjen Koalisi Perempuan Indonesia.
Listyowati memaparkan, di Indonesia upah buruh perempuan dan laki - laki masih banyak ketimpangan. Dengan jenis pekerjaan yang sama. Gaji buruh laki - laki lebih tinggi daripada buruh perempuan.
“Ambil contoh misalkan kuli bangunan. atau pemetik teh, kita dapat data di Sumatra. Per kilo nya berbeda. Atau di Jawa Barat masih terjadi,” tambahnya.
Salah satu alasan ketimpangan gaji tersebut beralasan laki-laki adalah kepala keluarga. Padahal, beban dan jenis pekerjaannya sama.
Terkait dengan kesehatan reproduksi, lanjutnya, jauh dari pemenuhan hak. Baik tingkat formal atau informal. Salah satunya perihal cuti haid yang masih diabaikan oleh perusahaan. Sering kali buruh akan dipotong gaji apabila mengambil cuti.
“Padahal merujuk pada UU Ketenagakerjaan itu adalah hak bagi pekerja untuk mendapatkan cuti haid. Faktanya di lapangan sulit untuk mendapatkan cuti haid. Bahkanjuga banyak yang tidak punya ruang laktasi,” bebernya.
Data juga mengungkapkan banyak para buruh tidak memiliki ruang laktasi. Sehingga terpaksa harus membuang ASI nya. Perasaan yang nelangsa harus diderita oleh buruh - buruh tanpa bisa bicara.
Mirisnya, penambahan jumlah buruh perempuan cukup signifikan. Faktor kebutuhan hidup semakin meningkat. Sedangkan buruh adalah pekerjaan paling mudah dan cepat untuk mendapatkan uang. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Adhitya Hendra |
Sumber | : TIMES Malang |