Peristiwa Nasional Bencana Nasional Covid-19

Dr Joni : Jika Surabaya Beres, Separuh Masalah Covid-19 di Jatim Berhenti  

Jumat, 12 Juni 2020 - 11:04 | 49.21k
dr Joni Wahyuhadi. (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
dr Joni Wahyuhadi. (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
FOKUS

Bencana Nasional Covid-19

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Kasus Covid-19 di Jatim melonjak tiap hari. Menurut Ketua Gugus Kuratif Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim dr Joni Wahyuhadi, hal tersebut sudah diperkirakan sebelumnya. 

Tercatat hingga 11 Juni 2020 terdapat penambahan 265 kasus baru se-Jatim. Jumlah kasus secara kumulatif membengkak total menjadi 7.096 kasus. 

Advertisement

Sehari sebelumnya, dr Joni sudah memperkirakan jika angka penambahan kasus akan terus naik. Bahkan pada tanggal 10 Juni, terdapat penambahan sebanyak 304 kasus. 

"Jadi hari ini kita mendapati sesuatu yang memang sudah kita perkirakan bahwa ada penambahan kasus confirm sebanyak 304 baru, cukup banyak," terang Joni saat itu. 

"Nanti kenapa demikian ada jawabannya. Ini dulu nanti saya tambahkan," imbuhnya. 

Melalui grafik dan data, Joni mengurai dari sisi epidemiologis yang harus diawasi adalah Orang Tanpa Gejala (OTG) sebagai carrier atau pembawa penyakit yang sulit diketahui. Sehingga penggunaan masker tidak bisa ditawar lagi. Termasuk cuci tangan menggunakan sabun sebagai proteksi diri. 

"Kira-kira mapping-nya kasus yang paling banyak kasus barunya di Kota Surabaya ini bisa diterangkan kenapa nanti Surabaya masih cukup tinggi penambahan kasusnya yang sembuh juga cukup banyak di Surabaya," ucapnya. 

Surabaya merupakan kota dengan kasus tertinggi di Jatim namun juga memiliki angka kesembuhan cukup banyak. Demikian juga dengan Sidoarjo. 

"Yang meninggal ini Surabaya paling banyak, ya memang case-nya paling banyak tentunya paling banyak secara kumulatif. Tapi merata di seluruh kabupaten ada 1,2, yang nomor 4 itu Gresik," ungkapnya. 

Bukan Asal Mewarnai Zona

Jika melihat peta persebaran Covid-19 maka terbagi dalam daerah dengan berbagai warna mulai oranye, kuning, hijau hingga merah. Bukan asal mewarnai. Namun mapping warna tersebut berdasarkan surveilans secara komprehensif.

"Jadi ada metode baru, bukan baru-baru amat tapi dari Gugus Tugas Pusat. Jadi daerah-daerah itu dibagi warnanya untuk memudahkan identifikasi daerah berisiko tinggi, sedang, rendah dan tidak terdampak," ungkap dr Joni. 

Daerah berisiko tinggi ditandai dengan warna merah, daerah berisiko sedang ditandai warna oranye, daerah berisiko rendah ditandai dengan warna kuning, dan daerah tidak terdampak ditandai dengan warna hijau. 

"Kalau ini datanya dari pusat. Jadi dari gugus tugas pusat. Kita diberi akses untuk mendapatkan ini," ucapnya. 

Terdapat 11 daerah berisiko tinggi di Jatim. Total sekitar 28,9 persen. Antara lain Kota Surabaya, Mojokerto, Sidoarjo, Gresik, Pamekasan, Jombang, Malang, Tuban, Lamongan, Kota Mojokerto Kota dan Kabupaten Mojokerto 

"Jadi kalau kita berada di 11 kota ini, maka risiko akan tertular Covid-19 lebih tinggi," kata Joni mengingatkan.

Sedangkan untuk daerah berisiko sedang ada 22. Antara lain Sampang, Probolinggo, Bondowoso, Pasuruan, Kediri dan seterusnya ditandai dengan warna oranye. Total sekitar 57,89 persen. 

Daerah berisiko rendah (kuning) mulai Trenggalek, Ponorogo, Lumajang, Kota Blitar. Total sekitar 5 persen. 

"Jadi kalau kawan-kawan pengen pindah rumah, pindahan aja ke yang 5 persen itu," ucapnya. 

Rata-rata tersebut merupakan kompilasi data yang berasal dari hospital online. 

"Nah, apa dasarnya? Ini dasarnya. Jadi, mereka punya kompilasi data yang berasal dari hospital online. Setiap rumah sakit itu real time melaporkan ke gugus tugas pusat," jelas Direktur Utama RSUD dr Soetomo ini. 

Ada 15 kriteria mendasari. Salah satunya penurunan jumlah kasus positif selama dua minggu, penurunan jumlah kasus ODP, PDP selama dua minggu terakhir dari puncak, kemudian penurunan jumlah peningkatan kasus selama dua minggu terakhir, penurunan jumlah meninggal dari kasus ODP, PDP selama dua minggu terakhir, serta penurunan kasus positif selama dua minggu terakhir. 

"Jadi kalau ini tidak melakukan surveilan pengamatan yang terus menerus nggak mungkin punya data ini," tegasnya. 

Survei meliputi kenaikan sembuh, jumlah selesai pemantauan, penurunan laju insiden kasus positif per 100 ribu penduduk, penurunan angka kematian per 100 ribu penduduk, angka reproduksi efektif (Rt) kurang dari 1. Kemudian jumlah pemeriksaan spesimen meningkat selama dua minggu. 

"Jadi sampel atau spesimen yang banyak itu juga akan mempengaruhi warna ini. Warna ini tujuannya untuk me-mapping daerah-daerah itu," jelasnya menambahkan. 

Daerah dengan risiko rendah atau ditandai dengan warna kuning. Skornya 2,5 - 3. Sedang daerah oranye skornya 1,9 - 2,5.

"Kalau tinggi yang merah itu kalau hijau yang tidak terdampak. Tentunya untuk Jatim agak susah yang tidak terdampak karena hampir semuanya sudah terdampak," urainya. 

"Sehingga dari kriteria ini muncullah tadi mapping itu. Mapping itu real time. Setiap waktu berubah. Jadi data yang masuk ke mereka langsung merubah warna-warni ini. 

Tidak semua orang dikasih akses ini. Tidak semuanya. Karena kita dipercaya dikasih akses ini oleh gugus tugas pusat," imbuh Joni. 

Artinya, jika daerah berisiko intervensinya harus lebih intensif untuk mencegah penularan dan melakukan pengobatan yang tepat, menyediakan tenaga kesehatan, menyediakan pusat layanan, melakukan observasi yang intensif, tracing yang intensif, surveilans atau pengamatan yang terus menerus. 

"Nah, ini akan kami sampaikan apa yang disebut dengan RT tadi atau rate of transmission. Jadi RT adalah duplikasi jumlah case yang confirm selama satu minggu ke depan. Kalau kita lihat Jatim sebetulnya RT pada (10/6) adalah 0,87," jelasnya. 

Angka tersebut terbilang cukup rendah. Sehingga probabilitas untuk melonjak dua kali dalam seminggu itu cukup rendah atau sekitar 0,86.

"Untuk Jatim, berdasarkan RT-nya kita lihat sudah warna biru itu di bawah satu sebetulnya. Seluruh Jatim ini. Tapi nanti daerah-daerah beda-beda lagi kita lihat lebih detail," ungkapnya. 

Menurut dr Joni, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Surabaya Raya dan Malang Raya pada dasarnya merupakan upaya menurunkan RT. 

"Karena PSBB itu adalah upaya supaya penularannya itu mengecil. Ukuran penularannya adalah rate of transmision itu. Namun pada kenyataannya itu masih ada peningkatan-peningkatan pada saat PSBB khususnya kalau disiplin mengimplementasikan protokol kesehatan menurun," urainya. 

Berbagai upaya memetakan zona dilanjutkan dengan penanganan. Antara lain testing dan tracing yang ketat. Salah satu yang dilakukan oleh Gubernur Khofifah adalah membentuk Tim Covid-19 Hunter menyasar 10 kabupaten dan akan terus berlanjut di beberapa kecamatan. Tim ini bertugas melakukan pemeriksaan laboratorium berupa rapid test dan swab test. 

"Ini sama esensinya dengan apa yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya dengan melakukan tracing yang massif tujuannya untuk mencari fokus pasien-pasien yang terinfeksi karena pasien-pasien yang terinfeksi ini berbahaya untuk menularkan," tegasnya. 

Sebab, guna memutuskan penularan maka kita harus tahu siapa yang menularkan. 

"Kalau sakit gudik itu gampang kelihatan tapi kalau orang sakit Covid-19 ini nggak kelihatan," tandasnya. 

"Makanya hati-hati jangan pernah menentang Covid-19. Jangan pernah menentang, sudah nggak ada Covid-19 itu saya nggak ketemu. Sampai mati ya nggak ketemu, karena dia nggak bisa kita lihat dengan mata. Kita hanya bisa melihat dengan mikroskop elektron. Jadi nggak bisa, tapi bisa kita rasakan dan saya nggak mau merasakan dan pasien itu yang merasakan. Kita membantu, mudah-mudahan kita tidak pernah merasakannya," ucap Joni. 

Attack Rate Surabaya Tertinggi

Attack rate adalah jumlah yang terkonfirmasi positif Covid-19 per 100.000 penduduk. Jatim dengan penduduk 3 juta lebih memiliki angka attack rate hanya 14,57.

"Bisa kita lihat seluruh Jatim dengan penduduk 3 juta lebih, attack ratenya itu hanya 14,57. Tetapi Surabaya dengan jumlah 3 juta sekian itu 107,6," urai Joni. 

Attack rate di Surabaya Raya meliputi Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo dan Kota Surabaya sekitar 68,8.

"Jadi artinya problemnya adalah pada Surabaya dan Surabaya Raya khususnya. 

Di Jatim sendiri 14,57. Setiap 100.000 penduduk 15 orang sakit Covid-19 di Jatim," bebernya.

Sedangkan Rate of transmision Jatim 0,86. Artinya jika tidak ada penambahan diharapkan seminggu atau dua minggu kasus sudah menurun. 

"Karena di bawah 1 itu berarti tidak akan mereplikasi yang sama banyaknya dengan minggu lalu. Kalau pasiennya cuma 1, rate-nya itu kurang dari 1, ya habis minggu depan. Ini 0,86. Sebetulnya prospektif Jatim. Surabaya 1,1, Surabaya Raya 1,2. Jadi pasti tambah minggu depan karena lebih dari satu. Jumlahnya mesti tambah," ungkap dr Joni. 

Sedangkan penambahan kasus mingguan per-seluruh wilayah satu provinsi di Jatim sekitar 1.116. Namun Surabaya menyumbang angka terbanyak. 

"Surabaya tambah per-minggu rata-rata 554 sendiri. Jadi penambahan Surabaya 49,6 persen. Surabaya Raya 668 (59,8 persen). Makanya mari kita berdoa moga-moga kasus Covid-19 di Surabaya ini segera berakhir. Kalau di Surabaya berakhir, maka separuh masalah Covid-19 di Jatim itu berhenti, berakhir," tutur Joni berharap. 

Sebab jumlah kasus total di Surabaya Raya merupakan 69,7 persen dari seluruh kasus di Jatim. Kendati demikian, jumlah kasus sembuh di Surabaya juga cukup banyak sekitar 54,9 persen dan Surabaya Raya 61,5 persen. Demikian pula dengan jumlah yang meninggal. Surabaya menyumbang angka cukup tinggi sekitar 56,6 persen dari seluruh kematian yang ada di Jatim. Sedangkan Surabaya Raya 73 persen. 

"Kami ditugaskan sebetulnya oleh ibu gubernur dan bapak wagub untuk mengeksplorasi menurunkan bagaimana supaya kematian ini menjadi turun semaksimal mungkin. Tapi ini bukan  pekerjaan gampang karena urusan meninggal urusan yang maha kuasa sebetulnya. Cuma kan kita mencari data-datanya kenapa pasien-pasien kita meninggal," Ketua Gugus Kuratif Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim dr Joni Wahyuhadi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES