Turun ke Surabaya, Dokter Tirta Malah Kaget Banyak Warga Pakai Masker

TIMESINDONESIA, SURABAYA – dr Tirta Mandira Hudhi (Dokter Tirta) melakukan edukasi dan sosialisasi kepada warga Kota Surabaya. Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Pusat tersebut mengaku jika selama ini narasi yang tersebar luas masyarakat Surabaya tidak tertib menerapkan protokol kesehatan.
"Ternyata setelah kita keliling tadi agak epic juga kita keliling narasinya Surabaya kayak war zone ternyata setelah kita ke pasar yang kita lihat itu berbeda dengan fakta di media. Hampir semua orang menggunakan masker."
Advertisement
"Sebenarnya kita lihat banyak orang itu pakai masker di Surabaya. Tetapi yang kita sayangkan orang-orang yang pakai masker ini nggak pernah diupload di media, nggak pernah," ujar Tirta saat diskusi daring di RS Lapangan, Jalan Indrapura, Surabaya, Rabu (8/7/2020).
"Bahkan di warteg pun kita lihat pakai masker. Nek arep ngombe baru dicopot maskere. Bayangno kowe nggawe masker ngombe kopi piye bos?" kelakarnya.
Namun yang terjadi, menurut Tirta, adalah ketika orang melepas masker saat cangkruk di warung kopi justru di-capture dan diframing seolah-olah warga Surabaya ini ndablek (bandel).
"Faktane ora, yang patuh pun banyak. Nah, narasi positif ini yang ingin kita angkat. Sebenarnya warga Surabaya ini patuh. Janganlah kita upload untuk sesuatu yang negatif terus," katanya.
Bahkan ketika dr Tirta membagikan kegiatannya bersama relawan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) di Twitter, banyak warga Surabaya curhat.
Salah satu follower membagikan kisah jika puskesmas di Surabaya ada yang telah membuat stiker bersama edaran cara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang baik sejak dua minggu yang lalu.
"Tapi nggak pernah dishare sama media. Jadi sebenarnya dari nakes, relawan, warga, stakeholder, pentahelix sudah ada inisiatif," ujarnya.
Namun ia menyayangkan jika rata-rata yang tersebar di media adalah narasi ketakutan. Sehingga membuat warga menjadi berdebat bahkan menganggap jika Covid-19 hanyalah ancaman.
Akhirnya warga yang merasakan tertekan, mengalami peningkatan survivol mood dan adrenalin. Serta bertindak represif sehingga menimbulkan self defence mecanism.
"Kalau kita menyebarkan narasi positif, rata-rata mereka akan lebih lunak. Nah di situlah metode yang kita ajarkan. Kalau misal ada yang percaya konspirasi Covid-19 itu tidak ada, daripada kita berdebat kita ajak diskusi," tandasnya.
Mengingat Surabaya dan Jatim masih menduduki peringkat wahid penyumbang kasus terbesar. Menurut dr Tirta, hal ini memiliki dua arti. Antara tingkat kesadaran melakukan tes makin naik atau edukasi yang gagal. "Terlepas apapun itu hasilnya kita akan sosialisasikan lebih lanjut," tandasnya
Gerakan relawan OKP bersama dr Tirta Mandira Hudhi (Dokter Tirta) di Kota Surabaya tersebut akan terus berlanjut hingga Jumat (10/7) depan. Ia berharap agar relawan bisa meneruskan gerakan dan akar rumput bisa terus melakukan gotong royong. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |